Hi's Like, Idiot But Psiko

Kau Yang Terbaik



Kau Yang Terbaik

0Setelah Maximus memperkenalkan semua anggota keluarganya pada Aleandra, mereka kembali berdiri di sisi makam Adrian sebelum mereka pergi. Aleandra ingin berdiam diri di sana untuk sesaat sambil mengenang kebersamaannya dengan sang kakak. Masa kecil yang mereka lalui, kebersamaan mereka tidak akan pernah dilupakan.     

Dia akan datang lagi untuk mengunjungi kakaknya namun dia tidak tahu kapan karena dia tahu selama permasalahan yang dia hadapi belum juga selesai, maka dia belum bisa bebas pergi ke mana pun.     

Selama berdiam diri di sisi makam kakaknya, sumpah terucap di hati. Dia pasti akan membalas apa yang telah kakaknya alami. Kematian kedua orangtuanya, kehidupan mereka yang semula tenang menjadi hancur dan semua kejadian tragis yang mereka alami akan dia balas. Selama ini dia memang terlalu lemah, dia merasa jika apa yang dia alami sangat tidak adil dan menyedihkan namun nyatanya, apa yang dialami oleh kakaknya lebih tragis dari apa yang dia alami.     

Dia masih beruntung bertemu dengan Maximus, walau awal pertemuan mereka tidak menyenangkan. Dia sangat beruntung dicintai oleh pria itu sehingga dia bisa hidup dengan damai karena perlindungan yang Maximus berikan sampai saat ini namun kakaknya? Dia benar-benar harus bersyukur dan tidak menyia-nyiakan pria yang berdiri di sisinya saat ini.     

Napas berat dihembuskan, Aleandra tersenyum tipis saat Maximus mengusap kepalanya. Aleandra merapatkan tubuh mereka berdua, dia rasa sudah cukup apalagi waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang.     

"Setelah ini kita mau pergi ke mana, Max?"     

"Apa sudah selesai?"     

"Uhm, kita tidak mungkin berdiri di sini sepanjang hari, bukan?"     

"Aku tidak keberatan jika kau mau," ucap Maximus.     

Aleandra kembali tersenyum, satu tangannya sudah melingkar di tubuh Maximus. Beberapa hari ini dia sudah sangat merepotkan Maximus dan membuat pria itu mengkhawatirkan dirinya.     

"Bawa aku pergi kencan di tempat indah, Max. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu di alam yang indah. Aku ingin kita duduk di atas lempengan batu sambil melihat indahnya danau sambil menikmati burger, kentang goreng dan segelas cola," pintanya.     

"Kau pasti akan mendapatkannya," ucap Maximus seraya mencium dahinya.     

"Terima kasih," Aleandra bersandar di bahuya, matanya melihat makam sang kakak sejenak.     

"Apa ada yang ingin kau katakan pada kakakmu? Jika ada segera katakan jika tidak kita pergi."     

"Tidak ada, aku rasa sudah cukup. Lagi pula dia tidak bisa mendengar aku lagi, aku akan selalu mendoakan dirinya dan aku akan membalas apa yang telah dia alami selama ini."     

"Kita berdua yang akan membalasnya. Aku akan membantumu, kita akan memberikan balasan yang setimpal untuk orang-orang yang telah membuat keluargamu seperti ini."     

"Yeah, kita akan membalas mereka bersama!" ucap Aleandra. Tunggu saja, pada saatnya tiba dia pasti akan membalas dendam dan dia tahu dia tidak boleh menjadi lemah jika ingin dendamnya terbalas.     

"Jika begitu ayo kita pergi, beli burger dan kentang lalu aku akan mengajakmu pergi ke sisi danau."     

"Aku sudah tidak sabar!"     

Mereka berdua melangkah pergi, meninggalkan makam. Aleandra berpaling untuk melihat makam sang kakak dan setelah itu dia kembali berpaling. Kakaknya sudah tidak merasakan sakit lagi, juga tidak merasakan penderitaan lagi. Itu jauh lebih baik dari pada sang kakak hidup dalam penderitaan.     

Maximus memerintahkan Jared untuk membawa mereka ke tempat yang Aleandra inginkan. Suasan Jepang mungkin sangat Aleandra butuhkan, selain alam yang sejuk tapi tempat yang indah juga dibutuhkan untuk memperbaiki suasana hati sebab itu dia akan membawa Aleandra menikmati waktunya di Japanese Tea Garden.     

Musim semi seperti itu sangat cocok berkunjung ke taman itu untuk menikmati bunga Cherry yang indah. Tempat itu memiliki jembatan melengkung, pohon yang tertata rapi dan ikan koi yang hidup di dalam danau. Jika berada di sana, para pengunjung akan merasa jika mereka seperti sedang berada di jepang.     

Beberapa bangunan khas Jepang juga berdiri kokoh di tempat itu, tidak saja menikmati indahnya taman tapi para pengunjung juga bisa menikmati indahnya bangunan yang berada di taman itu.     

Sebelum tiba, mereka membeli burger dan kentang goreng seperti yang Aleandra inginkan. Apa pun yang Aleandra mau, akan dia kabulkan karena dia ingin Aleandra tidak tenggelam dalam kesedihan hatinya.     

Aleandra tidak tahu mereka akan ke mana, Maximus juga tidak mengatakan apa pun karena ini akan menjadi kejutan. Dia yakin Aleandra pasti akan suka dengan tempat itu. Makanan yang mereka beli bahkan tidak mereka sentuh karena mereka akan menikmatinya setelah mereka tiba di Japanese Tea Garden.     

Perjalanan lumayan lama karena tempatnya yang cukup jauh, tapi semua itu terbayar oleh pemandangan yang memuaskan dan memanjakan mata. Dan begitu tiba, mata Aleandra melotot melihat tempat indah itu. Apa dia sedang berada di Jepang?     

"Wow!" ucap Aleandra kagum. Dia bahkan belum bisa melangkah karena dia tidak menyangka ada tempat seindah itu.     

"Bagaimana, kau suka tidak? Jika tidak kita pindah tempat," ucap Maximus.     

"Tidak, aku suka!" Aleandra mulai melangkahkan kaki, matanya tidak lepas dari tempat itu.     

"Apa kita berada di Jepang? Atau kita berada di Amerika?" tanyanya.     

Maximus terkekeh dan melangkah mendekat ke arahnya, pinggang Aleandra diraih dan setelah itu mereka melangkah bersama.     

"Bagus jika kau suka, aku yakin tempat ini cocok untuk menenangkan suasana hatimu yang sedang sedih."     

"Aku tidak tahu ada tempat seperti ini," Aleandra benar-benar mengagumi tempat itu. Deretan pohon cherry dengan bunga yang bermekaran indah membuat tepat itu semakin menakjubkan. Kekaguman Aleandra tidak sampai di sana saja, dia bahkan menarik tangan Maximus dan mengajaknya menyelusuri jalan setapak menuju bangunan yang berbentuk pagoda.     

"Ini benar-benar luar biasa, Max!" teriaknya. Aleandra merentangkan kedua tangan dan berputar di atas jembatan. Semoga dia bisa pergi ke Jepang suatu hari nanti.     

"Ayo cepat!" Aleandra kembali menarik tangan Maximus, dia seperti tidak sabar. Maximus tersenyum, ternyata membawa Aleandra ke tempat itu adalah pilihan paling tepat.     

"Pelan-Pelan, Aleandra. Kita akan berada di sini selama yang kau inginkan."     

"Kau benar, sepertinya kau harus mengajak aku pergi ke Jepang. Aku sungguh ingin pergi ke sana."     

"Jika begitu kita akan berbulan madu ke sana sesuai dengan keinginanmu."     

"Benarkah?" Aleandra terlihat senang.     

"Yes, sekarang nikmati dulu taman buatan ini, aku akan membawamu ke Jepang setelah kita menikah."     

"Oh, Max. Kau yang terbaik," Aleandra mendekatinya dan memeluknya.     

"Jadi, kau ingin kita berpelukan sepanjang hari di atas jembatan atau kau ingin duduk di atas lempengan batu seperti yang kau inginkan?"     

"Tentu saja duduk di lempengan batu, tapi aku ingin kita seperti ini untuk sejenak."     

Pelukan Aleandra semakin erat, matanya terpejam karena dia ingin menikmati kebersamaan mereka yang seperti itu. Angin yang berhembus membuat bunga cherry berguguran. Mereka masih berdiri di atas jembatan yang menghubungi satu sisi ke sisi lain. Tidak saja berpelukan, mereka bahkan berciuman di atas jembatan itu. Lupakan burger yang dingin, lupakan Jared yang sudah berada di sebuah lempengan batu dan meletakkan burger yang dia bawa sedari tadi. Biarkan yang lain menunggu karena mereka tidak mau melewatkan satu detik pun kebersamaan mereka di sana.     

Setelah cukup lama menikmati waktu mereka di atas jembatan karena dari sana mereka bisa melihat indahnya taman buatan itu, Maximus mengajak Aleandra duduk di atas lempengan batu seperti yang dia inginkan sebelumnya. Lagi-Lagi untuk kesekian kali, Aleandra begitu kagum dengan indahnya danau di mana ikan-ikan koi memenuhi danau yang terbentang sepanjang taman. Jika ada gondola pasti akan lebih menyenangkan namun sayangnya tidak ada.     

Walau burger dan kentang goreng sudah dingin, tapi mereka tetap menikmatinya. Walau hanya makanan fastfood namun makanan seperti itu tetap enak apalagi jika dinikmati dengan orang yang dicintai dan dinikmati di tempat indah seperti Japanese Tea Garden.     

"Aku jadi ingin memakai yukata dan berdiri di bawah pohon Cherry itu sambil membawa sebuah payung," ucap Aleandra sambil menunjuk ke arah sebuah pohon cherry yang tidak jauh dari mereka.     

"Jika kau mau maka aku akan memerintahkan Jared mencari yukata untukmu."     

"Tidak, jangan merepotkan dirinya lebih dari ini," Aleandra memejamkan mata, membayangkan mereka dalam pakaian khas tradisional Jepang. Maximus pasti terlihat gagah dengan balutan kimono dan sebilah pedang di tangan. Tiba-Tiba dia jadi ingin melihatnya apalagi jika Maximus bisa menggunakan pedang. Pasti akan terlihat begitu keren.     

"Habiskan burgernya, masih banyak tempat yang bisa kita lihat di taman ini. Kita bisa masuk ke dalam pagoda itu jika kau mau."     

"Benarkah? Jadi kita bisa masuk ke dalam sana?"     

"Yeah, itu memang untuk pengunjung. Kita bisa melihat semua bangunan yang ada di taman ini."     

"Baiklah, aku akan menghabiskannya tapi apakah aku boleh melempar roti untuk ikan itu?" tanya Aleandra karena ikan-ikan yang ada di kolam berkumpul di dekat mereka.     

"Tidak!" ucap Maximus ambil menggeleng.     

"Ups," Aleandra sudah melemparkan sepotong roti burger ke dalam air sehingga ikan-ikan itu mulai merebutnya.     

"Hei, jangan lakukan!" Maximus hendak meraih burger yang ada di tangan Aleandra tapi potongan roti kembali dilemparkan ke dalam kolam.     

"Aleandra!"     

"Sttss," Aleandra meletakkan jari di bibir. Bagaimana jika ada yang melihat?     

"Aku tidak akan melakukannya lagi," Aleandra memakan burgernya, dia hanya iseng saja.     

"Memang tidak, bagaimana jika ikan-ikan itu mati?" Maximus menariknya mendekat dan memeluk pinggangnya.     

"Sepertinya kau penyayang binatang?"     

"Yeah, mau lihat binatang peliharaan keluargaku?"     

Aleandra mengernyitkan dahi, jangan katakan Maximus juga memiliki kebun binatang yang bisa dia kunjungi.     

"Serius?" tanyanya tidak percaya.     

"Yes, jika kau mau aku akan mengajakmu melihat binatang peliharaan yang kami pelihara sejak lama."     

"Wow, aku tebak pasti yang kalian pelihara adalah anjing yang berharga fantastis."     

Max terkekeh, anggap saja demikian. Mereka tidak berbicara lagi karena Aleandra sedang menghabiskan burgernya. Mereka berdua duduk di sisi danau cukup lama sampai burger dan kentang goreng habis semua.     

"Sekarang kita ke tempat lain," ajak Maximus.     

Aleandra mengangguk, mereka beranjak meninggalkan sisi danau. Mereka kembali menyelusuri jalanan setapak, menikmati kebersamaan mereka dan menikmati indahnya tempat itu. Tidak ada yang mereka lewatkan, Maximus tidak keberatan berlama-lama di tempat itu yang penting Aleandra senang. Dia harap setelah ini, Aleandra tidak bersedih lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.