Hi's Like, Idiot But Psiko

Beautiful Night



Beautiful Night

0Mereka berdua sudah berada di dalam kamar, Max menurunkan Alendra dari gendongannya dan tidak melepaskan bibirnya. Aleandra masih memeluknya erat, dia tidak mau memikirkan apa pun lagi karena dia ingin menikmati waktu kebersamaan mereka yang seperti itu.     

Sudah jauh-jauh datang maka tidak akan dia sia-siakan. Toh pada akhirnya dia akan melakukannya juga dengan seorang pria. Tangan Max sudah berada di bajunya, tangan Aleandra juga berada di baju Maximus.     

Ciuman mereka terlepas sesaat karena saat itu Max membuka baju yang digunakan oleh Alendra. Baju Aleandra sudah terlepas dan terlempar entah ke mana, begitu juga dengan baju yang dipakai oleh Maximus.     

Max menatap tubuh Aleandra dan meraba bra yang dia gunakan. Aleandra memalingkan wajahnya, entah kenapa tiba-tiba dia merasa malu. Saat itu dia sedang menggunakan bra hijau keluaran Victoria Secret yang dibelikan oleh Maximus. Dia mana punya uang untuk membeli pakaian dalam super mahal itu. Pakaian dalam itu dikirimkan tadi pagi, dia sendiri tidak percaya pria seperti Max bisa membeli pakaian dalam untuknya.     

"Ternyata cocok!" ucap Maximus sambil tersenyum.     

"Th-Thanks," ucap Aleandra gugup.     

"Sekarang aku ingin melepaskannya!" Max menarik pinggang Aleandra, bibir gadis itu kembali di lumat dengan penuh nafsu. Celana yang digunakan oleh Aleandra mulai dilepaskan. Gadis itu tidak membantah bahkan pakaian dalam Victoria Secret-nya sudah terlempar entah ke mana.     

Baju mereka sudah berserakan di atas lantai, mereka sudah tanpa sehelai benang pun saat Maximus menggendong Aleandra menuju kamar mandi. Suara air kamar mandi juga sudah terdengar. Mereka masih sibuk berciuman, sepertinya mereka tidak akan mandi dengan benar karena kegiatan mereka yang menggairahkan.     

Jari jemari Maximus sedang memainkan kedua puncak dadanya. Aleandra menggigit bibir, desahannya bahkan terdengar.     

"Max," Aleandra meremas rambut Max saat pria itu memainkan bibirnya di leher jenjang Alendra. Sial, dia sungguh sudah tidak tahan.'     

Wajah Aleandra memerah karena sosis Amerika sudah tegak berdiri. Dia bahkan melihat benda itu. Max tahu arah mata Aleandra, refleks Max menarik tangan Aleandra dan meletakkan tangan gadis itu ke sosisnya yang sudah menantang.     

"Sentuhlah itu, Aleandra. Mulai sekarang itu akan menjadi milikmu!" ucapnya.     

"Benarkah?"     

"Ya, sosis Amerika milikku ini sudah jadi milikmu!"     

Aleandra tersenyum, kedua tangan sudah melingkar di leher Maximus. Dia jadi tidak sabar ingin tahu bagaimana rasanya melakukan sex pertama kali. Apakah akan sakit sampai membuatnya pingsan? Ataukah tidak semenakutkan yang dia kira?     

"Apakah kau sering melakukan hal ini dengan mantan kekasihmu, Max?" tanya Aleandra.     

"Kenapa jadi bertanya seperti ini?"     

"Aku hanya ingin tahu saja," ucap Aleandra.     

"Sebaiknya tidak perlu tahu tapi aku bukan pria munafik. Aku pria dewasa yang sudah banyak menjalin hubungan dengan wanita jadi sudah pasti aku sudah pernah melakukannya tapi hanya denganmu saja," Max mengangkat dagu Aleandra dan menatapnya dengan tatapan lembut.     

"Hanya denganmu saja aku ingin melakukannya dengan perasaan. Aku berjanji akan bersikap lembut dan akan berhenti jika kau kesakitan."     

"A-Apakah akan begitu sakit?" tanya Aleandra. Jujur saja dia kembali takut.     

"Tidak perlu khawatir, aku akan pelan-pelan!" Max mengecup bibirnya dan setelah itu dia melangkah pergi untuk mengambil handuk. Setelah mendapatkan handuknya, Max menghampiri Aleandra dan melilitkan handuk itu ke tubuhnya.     

"Sepertinya kita belum mandi," ucap Aleandra.     

"Sudah cukup, setelah ini aku yang akan membersihkan tubuhmu!"     

Wajah Aleandra memerah saat Maximus menggendong tubuhnya. Mereka berdua keluar dari kamar mandi, jantung Aleandra berdebar saat Maximus menurunkan tubuhnya ke sisi ranjang.     

Tubuh Aleandra yang sedikit basah membuat Max semakin bergairah. Max melepaskan handuk yang melilit di tubuh Aleandra dan membuangnya begitu saja. Dia ingin melakukannya dengan perlahan, agar Aleandra menikmati permainan mereka.     

"Max," Aleandra mengusap wajah Maximus dengan usapan lembut saat pria itu hendak mencium bibirnya.     

"Ini pertama kalinya bagiku jadi berikan aku pengalaman berkesan yang tidak bisa aku lupakan. Beri aku kenikmatan yang bisa membuat aku melayang sehingga aku lupa dengan segalanya!"     

Maximus tersenyum dan mencium wajahnya, tanpa diminta pun dia akan memberikan pengalaman yang tidak akan dilupakan oleh Aleandra dan dia akan membuat Aleandra melayang dengan permainannya.     

Bibir Maximus sudah berpindah, dari wajah menuju bibirnya. Kecupan lembut dan penuh perasaan diberikan dan setelah itu bibir Aleandra di lumat dengan penuh nafsu.     

Degupan jantung Aleandra terdengar, pelukan tangannya semakin erat. Setelah mencium bibir Aleandra, bibir Maximus turun ke bawah menjelajahi leher jenjangnya.     

Aleandra mendesah Saat Maximus membuat sebuah tanda merah di lehernya. Tangan Max sibuk mengusap area perutnya dan setelah itu tangannya mulai naik ke atas. Aleandra semakin tidak sabar, menantikan sentuhan yang akan diberikan oleh Maximus.     

"Ahhhh...!" Aeandra mendesah ketika Maximus menjilati puncak dadanya. Max memainkan lidahnya di sana, memutar puncak dada Aleandra dan setelah itu menghisapnya dengan kuat.     

"Akh... Max!" Aleandra meremas rambut tebalnya. Max menikmati kedua puncak dadanya secara bergiliran. Dia benar-benar ingin menikmati tubuh Aleandra tanpa melewatkannya.     

Aleandra bergerak gelisah saat tangan Max sedang mengusap paha mulusnya. Dia benar-benar mengharapkan lebih dari pada itu. Bibir Maximus sudah turun ke bawah, mencium area perutnya. Tangannya semakin bergerak bebas, kedua paha Aleandra sudah terbuka. Max kembali mencium bibir Aleandra saat jarinya sudah berada di area intim Aleandra dan membelainya.     

Aleandra mengerang tertahan karena Max masih mencium bibirnya, tubuhnya seperti dialiri aliran listrik. Jari Max bermain dengan lincah di bawah sana, membuat Aleandra semakin ingin merasakan lebih.     

"Apa kau menikmatinya, Aleandra?" Max berbisik di telinga gadis itu dan menggigit daun telinganya.     

"Max, akh...!"     

"Ini baru awal, Aleandra," bisik Max lagi.     

Baru awal? Aleandra sudah tidak bisa berpikir lebih jauh. Max kembali mencium wajahnya, lehernya dan menikmati kedua dadanya. Bibirnya turun ke bawah dan terus ke bawah sampai mencapai di pusar Aleandra. Jarinya sudah berhenti bermain. Kaki Aleandra di angkat satu, Max mencium jari kaki Aleandra sebagai permulaan. Matanya tajamnya tidak lepas dari wajah gadis itu.     

Aleandra tidak mengerti, dia berbaring menanti dengan napas yang memburu. Setelah mencium ujung kaki Aleandra, bibir Max sudah berada di pahanya dan menciumnya perlahan. Bibir Max semakin ke atas, pria itu mulai menunduk dan memberikan jilatan lebar di area intim Aleandra.     

Mata Aleandra terbelalak, erangan panjang terdengar. Max tidak juga berhenti, lidahnya masih membelai area intim Aleandra. Tidak saja jilatan, Max juga menghisapnya. Tubuh Aleandra bergetar karena sensasi nikmat yang diberikan oleh Maximus.     

"Max, please!" pinta Aleandra dengan suara parau.     

Max menghentikan aksinya dan menjilati bibirnya, dia kembali mencium bibir Aleandra dengan lembut dan juga mencium pipinya.     

"Apa kau sudah begitu menginginkan aku, Aleandra?"     

"Yes, please!" pinta Aleandra memohon.     

"Katakan kau menginginkan aku, Aleandra," Max kembali mencium pipinya.     

"Aku menginginkamu, Max," pinta Aleandra dengan suara parau, kedua tangan sedang mencengkeram lengan Maximus karena Max sedang memainkan jarinya di bawah sana.     

"Katakan sekali lagi, Aleandra!" Maximus sengaja, dia memang ingin menggoda Aleandra.     

"Aku, akhh... menginginkan dirimu jadi lakukan! Tapi pelan-pelan," pinta Aleandra.     

"Seperti keinginanmu," Max mencium bibirnya lagi, posisinya juga sudah siap. Kedua kaki Aeandra sudah terbuka, Aeandra terlihat ragu saat Maximus hendak melakukannya, dia bahkan menahan tubuh Maximus.     

"Tidak apa-apa, aku akan pelan-pelan," Max bisa melihat ketakutan Aleandra, "Setelah ini tidak akan sakit lagi," ucapnya lagi.     

Aleandra mengangguk, Max mencium bibir Aleandra agar gadis itu tidak memikirkan rasa sakitnya. Sambil mencium bibir Aleandra, Max berusaha di bawah sana. Sial, tidak semudah yang dia pikirkan tapi usahanya tidak sia-sia saat kejantanannya menerobos masuk dan merobek selaput dara Aleandra.     

Aleandra mendorong Max dan berteriak, "Sakit!" air mata pun mengalir. Max tidak bergerak, air mata Aleandra diusap dengan perlahan.     

"Sebentar lagi tidak akan sakit," ucapnya.     

"Sakit, Max!" ucap Aleandra. Dia berusaha mendorong tubuh Maximus agar Max melepaskan dirinya.     

"Hei, sudah aku katakan setelah ini tidak akan sakit lagi!" Max memegangi wajah Aleandra dan mencium wajahnya.     

Aleandra hanya mengangguk, Max benar-benar ingin Aleandra merasa nyaman sebelum mereka melanjutkan percintaan mereka. Menunda sebentar tidak masalah, tapi setelah ini dia tidak akan menahannya.     

"Apa sudah lebih baik?" Max berbisik, bibirnya tidak henti membelai wajah Aleandra.     

Gadis itu mengangguk, memang sakit tapi dia merasa sudah lebih baik. Max tersenyum dan mengusap wajahnya, sekarang dia tidak akan ragu lagi. Dia mulai bergerak perlahan sebagai permulaan. Erangan Aleandra terdengar, itu bertanda jika dia mulai menikmati permainan mereka.     

Gerakan perlahan yang Maximus lakukan semakin cepat, satu kaki Aleandra bertumpu di atas pahanya sedangkan yang satunya diangkat. Gerakan Max semakin cepat saja, tentu hal itu membuat mereka menikmati sensasi nikmat yang mereka rasakan.     

"Max," Aleandra mengulurkan tangannya ke arah Maximus, pria itu meraihnya dan mengecup ujung jarinya.     

"Aleandra," Max juga memanggilnya dengan suara serak yang membuat suara pria itu terdengar seksi.     

"Faster, akhh!" pinta Aleandra. Kedua kakinya sudah melingkar di bokong Maximus. Gerakan pria itu semakin cepat, suara tepukan tubuh mereka terdengar. Desahan napas mereka juga terdengar, ranjang yang terbuat dari kayu itu ikut bergoyang karena permainan mereka. Entah sudah berapa lama, mereka tidak tahu yang pasti permainan itu belum juga berakhir bahkan posisi mereka sudah berubah.     

Max sudah berada di belakang Aleandra, menggoyangkan pinggulnya dengan kekuatan yang dia punya. Aleandra mencengkeram sprei dengan erat, Walau masih ada rasa sakit dia rasakan tapi rasa sakit itu kalah oleh rasa nikmat dari permainan itu.     

Max semakin memacu tubuhnya dengan cepat, untuk mencari klimaks dari permainan mereka. Keringat sudah membanjiri dahi walau pun kamar itu tidak panas. Kedua tangan sudah berada di bokong Aleandra, gerakan semakin cepat dan cepat sampai akhirnya mereka berdua mengerang saat Max mengeluarkan begitu banyak cairan hangat di dalam sana.     

Mereka berdua terengah dengan napas memburu, tangan Max mengusap bokong Aleandra dengan pelan. Gadis itu tampak lemas, benar-benar pengalaman pertama yang tidak akan dia lupakan dan pengalaman pertama yang menguras banyak tenaga.     

Max berbaring di sisi Aleandra yang sedang beristirahat. Setelah selesai dia kembali merasa perih di bagian bawahnya. Sensasi dari sosis Amerika benar-benar luar biasa. Aleandra menahan rasa perih itu, akhirnya dia tahu bagaimana rasanya bercinta.     

"Apa kau baik-baik saja, Aleandra?" Max memeluknya dan mencium dahinya.     

"Perih," jawab Aleandra karena memang itu yang dia rasakan.     

"Shit, sepertinya aku terlalu berlebihan!" Max mengusap pinggangnya. Dia harap setelah ini Aleandra tidak merasa sakit lagi.     

"Tidak apa-apa, aku hanya butuh istirahat saja," Aleandra tersenyum dan memeluk Maximus dengan erat. Walau masih ada rasa sakit tapi dia sangat menikmati malam indah mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.