Hi's Like, Idiot But Psiko

Kecurigaan Maximus



Kecurigaan Maximus

0Setelah melewati hari-hari menyenangkan mereka di lembah Yucca, Maximus akan membawa Aleandra kembali. Walau enggan dan berat tapi Aleandra tidak akan melupakan kenangan manis yang mereka lewati berdua di tempat itu. Dia juga tidak menyesal telah menyerahkan dirinya pada Maximus di tempat itu. Walau tempat itu panas di siang hari tapi keindahannya pada malam hari tidak diragukan lagi. Sayangnya dia tidak bisa melihat Aurora tapi cahaya lampion tidak kalah indahnya dari cahaya itu.     

Aleandra baru saja selesai memasukkan barang-barang mereka ke dalam tas, dia memilih berbaring di kursi malas yang ada di balkon kamar sambil memandangi gurun batu yang panas. Max berbicara dengan Jared di luar sana. Dia memerintahkan Jared membawa helikopter untuk menjemput mereka kembali.     

Selama menunggu Jared datang, sepertinya dia bisa mengajak Aleandra menikmati waktu di bawah pohon Juniper yang rindang. Dia bisa melihat jika Aleandra enggan kembali tapi tidak mungkin dia mendirikan rumah di gurun panas itu dan tinggal di sana bersama Aleandra.     

Max masuk ke dalam kamar setelah memberi perintah kepada Jared. Dia tahu Aleandra ada di mana jadi dia segera pergi ke balkon. Aleandra tampak tertidur, walau tempat itu panas tapi angin yang berhembus cukup menyegarkan.     

"Aleandra," Max memanggil sambil mengusap wajah Aleandra perlahan.     

"Apa sudah saatnya pulang, Max?" tanya Aleandra. Matanya masih terpejam, dia enggan membuka matanya yang mengantuk.     

"Tunggulah, sebentar lagi Jared menjemput," ucap Maximus seraya menunduk dan mengecup bibirnya.     

Aleandra tersenyum, kini matanya terbuka dan menatap ke arah kekasihnya yang tampan. Max mengusap wajahnya kembali, mereka saling pandang dengan senyum menghiasi wajah.     

"Sambil menunggu Jared datang, bagaimana jika jalan-jalan sebentar?" ajak Maximus.     

"Boleh, aku ingin duduk berdua denganmu di sana," Aleandra menunjuk ke arah pohon Juniper yang tidak jauh dari mereka.     

"Ayo lakukan! Apa yang ingin kau lakukan selama kita masih berada di sini katakan saja, aku akan mengabulkannya sebelum kita kembali."     

Aleandra tersenyum, Maximus sangat memanjakan dirinya dan tentunya dia bahagia. Percintaan seperti inilah yang sangat dia inginkan sejak dulu dan akhirnya dia dapat merasakannya. Apakah harus mengalami kejadian tidak menyenangkan terlebih dahulu baru bisa merasakannya? Tidak, dia merasa kejadian yang telah dia alami telah mempertemukannya dengan Maximus. Jika dia tidak melarikan diri di negara itu, bagaimana mungkin dia bisa bertemu dengan Maximus? Entah dia harus sedih atau harus senang atas kejadian yang dia alami yang pasti, semua yang dia alami saat ini memang sudah jalannya.     

Maximus dan Aleandra sudah berjalan menuju pohon Juniper, mereka berdua melangkah menuju pohon itu sambil berpegangan tangan. Panasnya terik sinar matahari tidak menyurutkan niat mereka ke pohon itu. Lagi pula setelah ini entah kapan mereka akan kembali lagi.     

Mereka sudah tiba, Max menggendong Aleandra dan mendudukkannya di atas batang pohon juniper yang lumayan rindang. Di tempat itu benar-benar tidak ada orang sehingga tidak ada yang mengganggu mereka. Mereka memanfaatkan waktu yang tersisa di tempat itu sebelum Jared datang. Max sedang mencium bibir Aleandra, gadis itu juga memeluknya erat.     

Mereka seperti sedang melakukan piknik, angin yang berhembus meniup rambut pendek Aleandra. Setelah mencium bibir Aleandra, mereka berpelukan.     

"Aku jadi ingin pergi piknik," ucap Aleandra.     

"Lain kali kita akan melakukannya tapi tidak sekarang, aku akan mengajakmu pergi ke tempat yang lebih bagus untuk piknik."     

"Setelah kembali apa yang akan kita lakukan, Max?" tanya Alandra.     

"Ibuku ingin mengajakmu pergi, kau tidak lupa bukan? Habiskanlah lebih banyak waktu dengan mereka agar kalian lebih akrab."     

"Baiklah," ucap Aleandra sambil tersenyum. Mereka masih berada di sana sampai akhirnya sebuah helikopter terbang mendekat ke arah mereka. Itu sudah pasti Jared. Dia datang menjemput dan tentunya ada berita penting yang hendak dia sampaikan pada bosnya.     

Max mengajak Aleandra kembali, lagi pula sudah cukup lama mereka berada di sana. Dia akan mengajak Aleandra ke tempat lain jika Aleandra mau karena tempat indah tidak di sana saja.     

Aleandra mengambil barang-barang mereka ke dalam kamar, tapi tiba-tiba dia merasa sedikit mulas. Dia meminta Max untuk menunggunya sebentar karena dia tidak mau menahan sampai mereka tiba di rumah. Max berada di ruang tamu bersama dengan Jared, tidak saja mengatakan jadwal pekerjaan tapi Jared juga menyampaikan apa yang harus dia sampaikan.     

"Master, beberapa hari yang lalu seorang anak buah bertemu dengan seorang pria yang sedang mencari Nona Aleandra. Pria itu membawa foto Nona Aleandra dan mencari keberadaannya dengan bertanya pada setiap orang yang dia temui," ucap Jared.     

Max menatap Jared dengan tatapan tajamnya, siapa lagi yang mencari Aleandra? Dia rasa tidak mungkin orang yang menginginkan Aleandra karena dia yakin mereka tidak mungkin mencarinya secara terang-terangan seperti itu.     

"Apa orang itu juga berasal dari Rusia, Jared?"     

"Yes, Master. Orang itu memang berasal dari Rusia," jawab Jared.     

Max memainkan jari di dagu, dia sedang berpikir. Siapa sebenarnya orang itu? Apakah kakak Aleandra yang sedang mencari keberadaan Aleandra? Ataukah keluarga Aleandra yang lain? Hal itu tidak menutup kemungkinan, bisa saja Aleandra memiliki paman atau bibi karena Aleandra juga tidak pernah mengatakan hal ini sebelumnya.     

Dia juga tidak yakin jika yang mencari adalah kakak Aleandra karena dia yakin seratus persen kakak Aleandra sudah berada di tangan musuh yang akan mereka gunakan sebagai pion untuk menangkap Aleandra tapi seandainya musuh sudah bergerak, tidak menutup kemungkinan pula jika musuh mulai menggunakan kakak Aleandra sebagai umpan untuk memancing agar Aleandra keluar.     

Sebaiknya dia tidak mengatakan hal ini terlebih dahulu, sebaiknya Aleandra tidak tahu sampai dia mengetahui siapa sebenarnya yang mencari keberadaan gadis itu. Dia khawatir Aleandra bertindak gegabah yang bisa mencelakai dirinya. Sepertinya dia harus memberikan sebuah alat pelacak untuk gadis itu. Walau ponsel yang dia berikan ada alat pelacaknya tapi benda itu bisa hilang kapan saja.     

"Bagaimana, Master. Apa aku harus menangkap orang itu?" tanya Jared.     

"Tidak perlu, Jared. Cukup awasi dan cari tahu siapa yang memerintahkan orang itu untuk mencari Aleandra. Lakukan secara perlahan dan jika kau bertemu dengan orang itu, berpura-puralah jika kau pernah melihat Aleandra dan cari informasi. Terlalu banyak musuh jadi lakukan tanpa membuat keributan!"     

"Yes, Master," ucap Jared.     

"Jika begitu bawa semua barang itu ke helikopter!" Maximus beranjak setelah memberi perintah, dia ingin melihat Aleandra sudah selesai atau belum.     

Jared mengambil barang-barang dan membawanya ke helikopter, sedangkan Maximus masuk ke dalam kamar. Saat Maximus masuk, Aleandra keluar dari kamar mandi sambil mengusap perutnya.     

"Apa belum selesai?" Max menghampirinya dan menatapnya heran.     

"Tentu saja sudah tapi perutku rasanya tidak nyaman," Aleandra kembali mengusap perutnya. Dia rasa lambungnya sedang bermasalah. Mungkin dia terlalu banyak makan akhir-akhir ini.     

"Kemarilah," Max meraih tangan Aleandra dan mengajaknya duduk di sisi ranjang. Aleandra duduk di atas pangkuan Max, tangan pria itu sudah masuk ke dalam baju Aleandra dan mengusap perutnya perlahan.     

"Apa begitu sakit?" tanya Max, dia terlihat khawatir.     

"Aku rasa lambungku bermasalah karena aku terlalu banyak makan akhir-akhir ini."     

"Jika begitu kita langsung pergi ke rumah sakit setelah kita tiba," Max masih mengusap perut Aleandra. Seharusnya dia tidak memaksa Aleandra untuk makan terlalu banyak.     

"Tidak perlu, Max. Cukup belikan obat lambung saja. Aku hanya butuh istirahat jadi tidak perlu khawatir."     

"Baiklah, bagaimana sekarang? Jika memang masih sakit sebaiknya kau beristirahat sebentar."     

"Aku sudah tidak apa-apa, ayo kita pulang."     

"Kau yakin?" tanya Maximus memastikan.     

Aleandra mengangguk, Max mencium dahinya sejenak dan setelah itu dia menggendong Aleandra dan membawanya keluar dari kamar. Aleandra benar-benar merasa enggan karena dia suka berada di tempat itu tapi dia tetap harus pulang bersama Max. Mereka keluar dari rumah, Max membantu Aleandra naik ke atas helikopter. Mata Aleandra bahkan tidak lepas dari tempat itu saat helikopter mulai terbang pergi. Walau berada di sana hanya beberapa hari saja tapi apa yang mereka lakukan di sana sangat berkesan dan tidak akan dia lupakan.     

Selama perjalanan kembali, Aleandra tertidur. Max sedang berpikir tentang orang yang mencari Aleandra. Sepertinya masalah yang akan mereka hadapi akan sedikit rumit. Banyak pihak yang ingin tahu keberadaan Aleandra. Tidak saja musuh ternyata ada pihak lain.     

Max berpikir dengan keras dan pada akhirnya dia curiga jika yang sedang mencari keberadaan Aleandra adalah Fedrick. Hal itu bisa saja apalagi Jared berkata orang itu mencari Aleandra sambil membawa foto Aleandra. Fedrick pasti ingin menemukan keberadaan Aleandra tapi yang jadi pertanyaannya adalah, bagaimana Fedrick bisa tahu keberadaan Aleandra? Jangan-Jangan musuh juga memanfaatkan pria itu dan jangan-jangan musuh juga yang mengatakan pada Fedrick di mana Aleandra berada.     

Dia sudah memodifikasi ponsel yang digunakan oleh Aleandra waktu itu jadi tidak akan ada yang bisa mengetahui di mana lokasi Aleandra berada ketika dia sedang menghubungi Fedrick.     

Rasa curiga Max semakin kuat, dia semakin yakin jika orang yang mencari Aleandra adalah orang bayaran Fedrick. Dia mendengar semua percakapan Aleandra dan Fedrick saat itu, dia tahu pria itu tidak terima dengan keputusan Aleandra untuk mengakhiri hubungan mereka.     

Fedrick pasti membayar seseorang untuk mencari keberadaan Aleandra dan aksinya tercium oleh musuh sehingga orang bayaran Fedrick dipancing ke tempat itu. Bisa saja musuh yang bernama Antonio itu memanfaatkan Fedrick dan berpikir jika Fedrick bisa membawa Aleandra kembali sehingga dia tidak perlu menghadapi dirinya.     

Sial, dugaan itu semakin kuat. Jika begitu akan sangat berbahaya dan masalah akan semakin rumit. Jangan sampai musuhnya mencium masalah ini karena musuh bisa memanfaatkan hal ini untuk melawan dan memanfaatkan hubungannya dengan Aleandra sehingga masalah semakin runyam tapi memang apa yang dia khawatirkan saat ini sedang terjadi.     

Niat Fedrick untuk mencari keberadaan Aleandra memang menjadi masalah baru bagi mereka berdua karena secara tidak sengaja, sang informan yang Fedrick bayar bertemu dengan Oliver yang saat itu sedang menikmati waktunya di Starbucks. Tentunya hal itu membuat Oliver tertarik apalagi dia memang sedang mencari tahu tentang Aleandra.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.