Hi's Like, Idiot But Psiko

Pikirkan Baik-Baik



Pikirkan Baik-Baik

0Oliver tahu jika Aleandra sedang bimbang, dia bisa melihat hal itu dari ekspresi wajahnya. Itu hal wajar, Aleandra pasti ragu dan tidak percaya padanya. Sebaiknya dia tidak memaksa agar Aleandra tidak curiga. Gadis itu pasti bersedia bekerja sama dengannya, dia yakin itu. Sebagai seorang tahanan, penawaran itu pasti tidak bisa ditolak.     

Sebaiknya dia memberi Aleandra waktu, jika dia memintanya memutuskan hari ini juga bisa-bisa dia gagal dan mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan. Lagi pula dia sudah harus keluar, jangan sampai anak buah yang diutus oleh Max menjadi curiga.     

Aleandra masih diam, belum bisa mengambil keputusan. Jujur saja dia takut jika itu adalah jebakan yang disiapkan oleh Max untuk mengetes kesetiaannya. Gerak gerik Oliver juga mencurigakan, dia bahkan tidak tahu kenapa wanita itu menginginkan kelemahan Maximus Smith. Apa wanita itu mantan pacar Max yang sakit hati?     

"Pikirkanlah baik-baik, aku tidak memaksamu menjawab sekarang," ucap Oliver karena Aleandra semakin terlihat ragu.     

"Sebelum aku mengambil keputusan untuk menerima tawaranmu ini, jawab pertanyaanku terlebih dahulu. Siapa kau dan kenapa kau meminta aku melakukan hal ini? Apa kau membenci Maximus Smith?" tanya Aleandra.     

Oliver berusaha tersenyum, ternyata gadis itu tidak sebodoh yang dia kira. Walau begitu, dia akan meyakinkan gadis itu agar mau menerima tawaran darinya,     

"Anggap saja demikian, aku memang membencinya bahkan rasa benciku padanya sudah masuk ke dalam tulang-tulangku. Oleh sebab itu aku memberikan penawaran ini padamu. Berpikirlah bijak dan buat keputusan dengan benar karena kesempatan ini tidak akan terulang kembali. Kau bisa memikirkan hal ini baik-baik dan setelah kau setuju untuk bekerja sama denganku maka hubungi aku di nomor itu, aku akan tunggu tapi jangan terlalu lama karena aku akan mencari orang lain dan memberikan penawaran itu padanya!" ucap Oliver sambil memberi sedikit tekanan agar Aleandra tidak terlalu lama mengambil keputusan.     

Oliver berjalan menuju pintu, dia rasa sudah cukup dan dia yakin gadis itu tidak akan mengecewakan dirinya.     

"Tunggu, kau belum menjawab pertanyaanku. Siapa kau?" tanya Aleandra.     

Oliver menghentikan langkahnya sejenak, dia melirik Aleandra dari balik bahu dan setelah itu dia berkata, "Kau tidak perlu tahu tapi ingat, jangan mengatakan pada siapa pun jika aku memberimu penawaran ini apalagi pada Max. Dia tidak akan percaya padamu dan jika sampai kau berani, aku akan mengutus seseorang untuk memperkosamu dan membunuhmu dengan keji!" ancamnya.     

Oliver keluar dari kamar ganti, setelah berkata demikian. Aleandra tidak bergeming, dia masih memikirkan penawaran yang diberikan oleh Oliver. Oliver berpura-pura membeli pakaian agar anak buah Max yang mengawasi sedari tadi tidak curiga. Dia bahkan keluar dari toko baju itu dengan santai.     

Anak buah Max melihat jam yang melingkar di tangan, sudah setengah jam lebih Aleandra berada di dalam kamar ganti, tapi kenapa belum juga keluar? Apa gadis itu melarikan diri tanpa sepengetahuannya? Tidak mungkin, dia tidak memalingkan matanya dari toko baju itu jadi dia yakin Aleandra tidak mungkin melarikan diri dari tempat itu.     

Di dalam sana, Aleandra masih memikirkan tawaran yang diberikan oleh Oliver. Jujur saja, itu adalah penawaran yang sangat menggiurkan karena dia memang ingin bebas. Dia tidak mau menjadi burung dalam sangkar. Cukup mencari kelemahan Max saja maka dia akan bisa pergi dari tempat itu. Uang yang dia dapat juga bisa dia gunakan untuk membayar uang Max yang dia curi dan setelah itu dia akan pergi tapi apakah ada kebetulan seperti ini?     

Dia sudah terjebak satu kali oleh Rebeca jadi dia tidak boleh di jebak lagi oleh wanita lainnya apalagi dia adalah orang asing yang mudah dimanfaatkan. Tidak menutup kemungkinan wanita itu tidak jauh berbeda dengan Rebeca dan bisa saja wanita itu hanya menipunya saja dan untuk memanfaatkan dirinya. Soal kebebasan yang wanita itu ucapkan, bagaimana caranya wanita itu memberikannya kebebasan?     

Dia bisa percaya dengan uang yang wanita itu janjikan tapi soal kebebasan, hanya kematian Max saja yang bisa membuatnya pergi dari sana dengan mudah. Apa wanita itu bisa membunuh Maximus? Bagaimana jika gagal? Sebaiknya dia pikirkan baik-baik lagi untuk tawaran yang sangat menggiurkan itu.     

"Kembali ke dunia nyata, Aleandra. Kau sudah dibodohi satu kali, apa kau mau dibodohi lagi? Kau sudah mengalami banyak kejadian berat, seharusnya kau belajar dari pengalaman," ucap Aleandra pada diri sendiri.     

Sebaiknya dia segera mencoba baju dan pergi, perutnya sudah lapar. Dia juga harus pulang untuk membuat makan malam. Dari pada percaya pada orang yang tidak dia kenal dan tidak jelas, bukankah lebih baik dia berusaha mencari simpati Maximus Smith? Pria itu banyak uang, tidak diragukan lagi bahkan dia bisa melihat, jika pria itu memiliki kekuatan walaupun pria itu aneh. Dia punya anak buah, seharusnya yang dia perlukan adalah kekuatan yang Maximus miliki untuk membantunya balas dendam tapi jika dia tidak bisa mengambil simpati Max dan pria itu menolak membantunya, barulah dia memikirkan tawaran wanita itu karena dia tidak punya jalan lain lagi.     

Aleandra mulai mencoba baju yang dia pilih dan karena hal itu, anak buah Max semakin curiga karena dia begitu lama di ruang ganti. Sang anak buah mulai menghubungi bosnya, dia memang harus memberi laporan jika ada yang mencurigakan.     

"Dia semakin mencurigakan, Master," ucap sang anak buah.     

"Apa maksudmu? Apa dia lari?" tanya Max.     

"Gadis itu sudah begitu lama berada di ruang ganti dan belum juga keluar," jawab sang anak buah.     

Max memainkan jari di dagu dan terlihat berpikir, apa yang Aleandra lakukan? Apa dia pingsan di dalam sana? Atau dia sedang menyusun sebuah rencana agar dia bisa melarikan diri darinya? Dia ingin lihat gadis itu bisa melakukannya atau tidak karena seperti yang sudah-sudah, dia tidak akan bisa.     

"Oh, dia sudah keluar," ucap sang anak buah saat melihat Aleandra keluar dari ruang ganti.     

"Apa dia bersama dengan orang lain?" tanya Max. Dia harus curiga karena bisa saja Aleandra meminta bantuan pada seseorang di ruang ganti. Dia tidak boleh meremehkan gadis itu karena dia tidak sebodoh yang dikira.     

"Tidak, dia sendirian saja."     

"Jika begitu terus awasi!" perintah Max. Entah kenapa saat seperti ini dia ingin mengerjai Aleandra dan memintanya melakukan sesuatu. Sepertinya dia harus memberi gadis itu sebuah ponsel dan tentunya sudah dia modifikasi. Bukan ide buruk, dia bisa memberi perintah pada gadis itu kapan saja dan tentunya, dia akan tahu siapa saja yang Aleandra hubungi nanti, dengan siapa saja dia berbicara. Dengan cara itu maka dia akan tahu, apakah Aleandra akan menghubungi seseorang untuk meminta bantuan?     

Setelah memberi perintah pada anak buahnya, Max memanggil Jared dan memberikannya perintah untuk membeli sebuah ponsel yang biasa digunakan oleh seorang wanita dan tentunya yang mahal agar Aleandra senang dan tidak curiga. Setidaknya dia harus pura-pura baik, bukan? Lagi pula uang yang digunakan untuk membeli ponsel itu akan menjadi hutang dan juga uang yang digunakan oleh Aleandra untuk membeli baju karena saat itu sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya dan memperlihatkan uang yang sudah digunakan oleh Aleandra untuk membeli baju.     

Tanpa tahu jika hutangnya semakin bertambah, Aleandra masuk ke dalam toko lainnya dan kali ini toko pakaian dalam. Dia tidak tahu jika pemilik kartu adalah pria pelit penuh perhitungan, sepertinya dia lupa untuk menahan diri dan setelah mendapatkan apa yang dia mau, Aleandra pergi ke restoran fastfood. Dia tidak mau memikirkan tawaran yang diberikan oleh Oliver tapi tawaran itu seperti menghantuinya karena jujur saja, tawaran itu begitu menarik baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.