Hi's Like, Idiot But Psiko

Di Dalam Hutan



Di Dalam Hutan

0Max dan para anak buahnya sudah tiba, mereka berpencar untuk menyelusuri hutan yang lebat dan gelap. Mereka menerangi hutan itu dengan senter yang mereka bawa, mereka juga membawa senjata api karena bisa saja mereka bertemu dengan binatang buas.     

Binatang buas biasanya lebih aktif pada malam hari untuk memburu mangsa, sebab itu Max memerintahkan anak buahnya untuk berpencar agar mereka bisa segera menemukan Aleandra.     

Tujuannya adalah terowongan di mana dia melihat Aleandra untuk terakhir kali, semoga saja gadis itu masih berada di sana sehingga dia bisa menemukan keberadaannya dengan mudah.     

Jared melangkah di depan dan tampak waspada. Senjata api selalu siap, mereka akan menembak jika ada yang mencurigakan. Max berjalan di belakangnya sambil melihat ponselnya karena dia sedang melihat posisi ponsel yang dia berikan pada Aleandra yang lumayan jauh berada di dalam hutan.     

Sepertinya gadis itu lebih suka hutan dan tentunya bukan tanpa alasan Aleandra melarikan diri ke hutan. Di sana tidak ada orang dan tidak ada petugas. Jika dia mati, maka tidak akan ada yang melihat penderitaannya sebelum kematian dan mungkin saja tubuhnya akan dimakan oleh binatang buas sehingga tidak meninggalkan bekas.     

Max dan para anak buahnya terus menyelusuri hutan, sedangkan Aleandra tersadar dari pingsannya. Akibat tembakan yang dia dapat, dia pingsan selama beberapa jam. Aleandra melihat sekelilingnya yang gelap sambil menahan rasa sakit di lengan dan di pinggang tapi yang paling sakit adalah bagian pinggang. Dia bahkan kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya.     

Aleandra hanya bisa menangis sambil memegangi lukanya. Kenapa lagi-lagi dia tidak mati? Padahal dia sangat berharap dia mati tapi kenapa kematian seolah-oleh menjauhinya? Kenapa takdir begitu mempermainkan dirinya?     

Dia benar-benar sendirian, tidak ada yang mempedulikan dirinya. Rasanya ingin segera mati tapi kenapa dia tidak juga mati padahal dia sudah mendapat dua tembakan bahkan dia rasa darahnya sudah hampir habis tapi kenapa dia tidak juga mati?     

"Kenapa kau tidak mengijinkan aku mati?!" tanya Aleandra sambil menangis pilu.     

"Kenapa kau begitu tega padaku?" dia kembali bertanya sambil menangis. Kenapa Tuhan tidak juga mengambil nyawanya padahal dia sudah seperti itu? Sudah berapa kali dia mengalami hal seperti itu, apa Tuhan sedang menunggunya melakukan bunuh diri? Apa Dia ingin melihat apakah dia masih bisa bertahan atau tidak?     

Aleandra berteriak dengan keras dan menangis, dan tentunya teriakannya dapat di dengar oleh Max dan anak buahnya. Walau lokasi masih jauh, tapi setidaknya teriakan putus asanya terdengar samar bahkan binatang buas yang sedang mencari mangsa pada malam itu terusik dengan teriakannya.     

Max memerintahkan anak buahnya untuk bergerak cepat, dia harus segera menemukan Aleandra yang ternyata masih hidup. Bagus, setidaknya gadis itu masih bertahan tapi mereka tetap harus berhati-hati karena binatang buas bisa menyerang secara tiba-tiba tanpa mereka sadari.     

Setelah puas melampiaskan amarah dan putus asanya, mata Aleandra berpaling, melihat kegelapan malam. Biasanya di hutan seperti itu akan banyak binatang buas. Biasanya macan atau sejenisnya akan mencari makan, dia rasa dia harus menemukan salah satu binatang buas itu. Kali ini dia ingin lihat, apa Tuhan masih membiarkan dirinya hidup? Dia sungguh sudah tidak mau hidup lagi tapi sayangnya, jika ajal belum tiba, apa pun yang akan dia lakukan untuk mati akan tetap sia-sia.     

Aleadra menarik tubuhnya dengan susah payah keluar dari lorong, dia rasa ketiga orang yang mengejarnya tidak akan berada di sana. Lebih baik dia mati diterkam oleh macan atau serigala dari pada di tangkap oleh mereka. Walau seluruh tubuhnya terasa sakit, tapi hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk keluar dari tempat gelap itu.     

Ternyata di luar sana tidak segelap yang dia kira. Cahaya bulan yang menyusup melalui pepohonan membuatnya bisa melihat hutan itu. Walau tidak begitu terang tapi itu sudah cukup. Lolongan serigala terdengar, Aleandra melangkah sambil memegangi lukanya menuju suara itu karena dia ingin mencari kawanan binatang buas itu. Rasa putus asa yang teramat dalam membuatnya terus melangkah menuju kematiannya. Biarlah, lagi pula hidupnya tidak berarti lagi.     

Memang hutan itu menjadi tempat tinggal kawanan serigala liar, Max dan para anak buahnya bahkan dicegat oleh sekelompok serigala yang sedang lapar. Para serigala itu mengelilingi mereka, para binatang liar itu terlihat begitu lapar. Mereka menggeram, gigi mereka terlihat tajam bahkan air liur mereka menetes dari sela gigi tajam mereka.     

Padahal Aleandra yang sangat ingin bertemu dengan para binatang itu tapi mereka justru lebih tertarik dengan Max dan para anak buahnya. Max memerintahkan anak buahnya untuk tenang karena serigala akan agresif saat mangsa yang dia buru panik dan ketakutan. Jangan sampai mereka diterkam oleh serigala-serigala liar itu.     

Jared dan anak buah yang lainnya mengelilingi bos mereka, tentunya mereka harus melindungi bos mereka. Senjata api berada di tangan kanan, senter berada di tangan kiri. Max berada di tengah-tengah, sedangkan anak buahnya membentuk lingkaran untuk mengelilinginya.     

Mereka semakin waspada karena jumlah serigala yang semakin banyak. Serigala itu memang memanggil yang lainnya untuk memburu mangsa mereka. Max mengumpat, serigala-serigala itu benar-benar menghambat langkah mereka. Seharusnya dia membawa helikopter dan segera turun di tempat tujuan tapi pepohonan yang menjulang tinggi, tidak memungkinkan helikopter untuk terbang rendah.     

"Habisi para serigala itu, Jared. Aku tidak punya banyak waktu karena bisa saja Aleandra sudah pergi!" perintah Max.     

"Yes, Master!"     

Mereka masih belum bergerak, begitu juga dengan para serigala yang sedang mengincar mereka. Mereka benar-benar waspada dengan napas tertahan, mata mereka bahkan tidak lepas dari para serigala yang berada di kegelapan malam. Jantung bahkan berdegup kencang, mereka seperti sedang menunggu salah satu dari mereka menyerang.     

Pemimpin kelompok serigala kembali menggeram dan menggunakan aba-aba, para serigala itu mulai menyerang. Mereka berlari ke arah Max dan para anak buahnya, tembakan pun terdengar. Jared dan yang lain menembaki serigala yang menyerang mereka dari segala sisi bahkan salah satu dari anak buah Max harus menjadi korban dari tajamnya taring serigala yang sedang lapar.     

Tembakan terus terdengar, dan tentunya hal itu membuat Aleandra terkejut. Langkah Aleandra terhenti, dia berpaling dan melihat ke arah datangnya suara tembakan. Apa itu orang-orang yang mengejarnya?     

Sepertinya memang mereka, didengar dari suara tembakan yang bertubi-tubi, itu tidak mungkin suara tembakan dari pemburu. Sial, dia bahkan masih diburu dan tidak bisa mati dengan tenang.     

Serigala masih terus menyerang, Max dan para anak buahnya masih melawan. Para binatang yang begitu gesit begitu sulit di tembak. Seorang anak buah yang sudah terluka sudah diamankan. Kaki dan tangannya menjadi sasaran empuk bagi gigi serigala.     

Para serigala itu mulai kalah jumlah, banyaknya kawanan yang mati dan terluka membuat mereka mulai mundur. Mereka masih menatap Max dan para anak buahnya dengan tatapan tajam mereka dari kegelapan malam, suara geraman dari para serigala itu bahkan terdengar. Tembakan sudah terhenti tapi mereka masih tetap waspada.     

Ini serangan mendadak yang tidak terduga, mereka memang sudah terlatih tapi binatang yang gesit itu sedikit sulit dibidik apalagi gelapnya hutan membuat pandangan mereka menjadi minim.     

Kawanan serigala itu mulai pergi, meninggalkan Max dan anak buahnya. Salah satu dari mereka membantu rekannya yang terluka, mereka tidak bisa membawanya dalam misi pencarian itu.     

"Bawa dia kembali dan bawa helikopter. Sinari hutan ini agar pencarian ini cepat berakhir!" perintah Max.     

Sesuai perintah, anak buah yang terluka dibawa pergi oleh beberapa anak buah lainnya. Max kembali menyelusuri hutan bersama Jared dan anak buah yang tersisa. Mereka semakin dekat dengan lokasi ponsel yang dijatuhkan oleh Aleandra dan tentunya dengan lorong tua di mana Aleandra bersembunyi.     

Mereka terus bergerak tanpa membuang waktu sampai akhirnya Max menemukan ponselnya. Benda itu diambil, dia terus bergerak menuju lorong yang tidak begitu jauh. Lorong yang gelap pun sudah berada di depan mata, entah kenapa lorong itu ada di tengah hutan tidak ada yang tahu karena lorong itu sudah ada sejak dulu.     

Senjata api kembali diangkat, begitu juga dengan senter. Mereka bergerak masuk ke dalam lorong yang benar-benar gelap dan berbau tidak sedap. Mereka mencari setiap sudut tanpa melewatkannya.     

"Aleandra!" Max berteriak memanggil. Mungkin saja Aleandra sedang bersembunyi saat mendengar kedatangannya.     

Suara teriakannya bergema di dalam lorong, tapi tidak ada respon. Max kembali berteriak, dia harap Alendra masih berada di sana tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam lorong yang hanya memiliki panjang beberapa meter saja itu.     

"Terus cari, Jared!" perintah Max. Dia yakin Aleandra tidak pergi jauh apalagi dia mendengar teriakannya tadi.     

Mereka terus bergerak sampai di ujung lorong, langkah mereka terhenti. Ke mana lagi mereka harus mencari di hutan yang luas itu? Max mengumpat, dia tidak bisa mencari keberadaan Aleandra melalui satelit karena tidak ada sinyal dan juga keadaan hutan yang gelap akan membuatnya kesulitan melihat sosok gadis itu.     

Beberapa kilo meter dari posisi mereka, Aleandra terus melangkah masuk ke dalam hutan. Suasana sudah hening, tidak terdengar lagi suara tembakan bahkan suara lolongan serigala pun tidak lagi terdengar. Hutan begitu hening, hanya terdengar suara serangga saja. Aleandra melangkah tanpa tujuan, dia benar-benar tidak tahu ke mana dia melangkah. Dia membiarkan kakinya yang membawa dirinya pergi dan ini sudah kesekian kalinya dia berada di hutan. Jika dia tahu akan seperti ini, maka dia sudah memilih mati saat dia masih berada di hutan yang ada di Rusia.     

Sekarang, ke mana dia akan pergi? Kakinya terus melangkah di tengah gelapnya hutan, keadaan hutan begitu dingin. Hujan yang turun secara tiba-tiba juga semakin memperburuk keadaan. Tubuh Aleandra menggigil, dia sudah tidak kuat lagi. Kali ini, apakah Tuhan akan mengijinkan dirinya untuk mati?     

Aleandra bermaksud untuk beristirahat tapi sayangnya, dia tidak sadar dia sedang berada di sisi lembah. Kaki Aleandra tergelincir, teriakannya terdengar memecah keheningan hutan dan tubuhnya berguling ke bawah lembah.     

Teriakannya kembali di dengar oleh Max, kali ini anak buahnya tidak menunggu perintah. Mereka berlari menuju datangnya suara begitu juga dengan Max dan Jared. Max kembali memanggil Aleandra sambil berlari sampai akhirnya mereka tiba di sisi lembah di mana Aleandra jatuh tadi.     

"Aleandra!" Max berteriak memanggilnya sambil menerangi dasar lembah dengan senter.     

Aleandra sudah tidak berdaya tapi dia bisa mendengar suara Max walau samar. Aleandra tersenyum pahit, apakah itu suara malaikat kematian yang memanggilnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.