Hi's Like, Idiot But Psiko

Dua Musuh Berbeda



Dua Musuh Berbeda

0Oliver terlihat gelisah, beberapa hari telah berlalu sejak pertemuannya dengan Aleandra tapi sampai sekarang gadis itu belum juga menghubungi dirinya dan memberinya jawaban dari tawaran yang dia berikan waktu itu.     

Seharusnya Aleandra sudah memberinya jawaban saat ini tapi kenapa tidak ada kabar sama sekali? Apa gadis itu tidak tertarik dengan penawaran yang dia berikan? Sial, seharusnya waktu itu dia mengatakan jumlah uang yang akan Aleandra dapatkan mungkin dengan demikian gadis itu tidak ragu untuk menerima tawaran itu.     

Oliver melangkah mondar mandir sambil menggigit ujung kuku jempolnya, sepertinya dia harus mengubah strategi. Bisa jadi gadis itu tidak tertarik sama sekali dengan penawaran yang dia berikan, mungkin dia benar-benar harus mencari cara lain.     

"Apa yang kau lakukan, Oliver? Kenapa kau terlihat gelisah seperti itu?" tanya Austin. Tidak biasanya Oliver bertingkah seperti itu. Dia bahkan sudah tidak lebih dari setrikaan baju. Jangan-jangan lantai pun jadi licin karena ulahnya.     

"Aku sedang berpikir, apa kau tidak bisa melihatnya?" ucap Oliver.     

"Aku tahu, tapi apa yang kau pikirkan sampai membuatmu seperti itu?" Austin mendekatinya dan memeluknya dari belakang. Mereka berdua adalah pasangan yang bertemu tanpa sengaja.     

Pada saat itu, Oliver berada di sebuah makam begitu juga dengan Austin. Mereka berdiri tidak jauh, Oliver terlihat menangis sambil mengucapkan sumpahnya di depan sebuah makam.     

"Aku bersumpah akan membalas dendam dan membunuh mereka semua! Marline Miller dan Michael Smith juga putranya yang idiot itu akan mati di tanganku dan aku akan membuatmu bangga pada saat aku sudah bisa membunuh mereka!" itu perkataan yang Oliver ucapkan dan tentunya, Austin mendengar sumpah itu dengan jelas. Entah dendam apa tapi dua nama yang disebutkan oleh Oliver membuat Austin tertarik.     

Austin mendekatinya, pura-pura berbasa basi, tentunya dia mencari tahu kenapa Oliver begitu dendam dengan Marline Miller dan Michael Smith. Ternyata mereka tidak jauh berbeda dan memiliki tujuan yang sama. Sebab itu Austin mengajak Oliver bekerja sama dan tanpa mereka duga hubungan mereka menjadi dekat.     

Sambil menjalin kasih, mereka berdua merencanakan balas dendam. Tentunya mereka tahu itu tidak mudah, sebab itu mereka berusaha mencari sekutu kuat yang bisa mereka ajak untuk bekerja sama dan tentunya mereka juga berusaha mencari celah untuk melancarkan aksi balas dendam mereka tapi sayangnya, target yang ingin mereka bunuh tidaklah mudah dihabisi.     

"Ini mengenai gadis yang hendak kita peralat, Austin. Sudah beberapa hari tapi dia tidak juga menghubungi aku dan setuju dengan ajakan kerja sama yang aku berikan," ucap Oliver.     

"Sabarlah, mungkin dia sedang bimbang untuk menerima tawaranmu atau tidak," ucap Austin.     

"Tapi ini sudah lama. Jangan sampai dia mengatakan pada Maximus Smith apa yang aku bicarakan padanya hari itu."     

"Walau dia mengatakannya lalu si idiot itu bisa apa? Kau tidak memperlihatkan wajah aslimu, bukan? Walau mereka mengecek semua cctv dan juga satelit, mereka tidak akan menemukan apa pun. Kita akan tetap aman, kita tidak akan ketahuan sampai waktunya nanti tiba kita menyerang mereka!" ucap Austin.     

"Baiklah, sekarang apa yang harus kita lakukan? Sepertinya gadis itu tidak mau bekerja sama dengan kita. Apa kita harus mencari target lainnya?" tanya Oliver.     

"Aku punya rencana bagus, kau mau mendengar?"     

"Tentu, apa rencanamu?"     

Austin tersenyum penuh arti, Oliver menatapnya dengan tanda tanya di hati. Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Austin? Semoga saja kali ini rencana mereka tidak gagal, mencari kelemahan Max sebelum menyerang itu sangat diperlukan. Walau kecewa karena Aleandra tidak mau bersekutu dengan mereka tapi mereka masih memiliki seribu satu cara agar tujuan mereka tercapai.     

Hari itu, tidak mereka saja yang kecewa. Jauh dari tempat itu, di sebuah kota yang ada di Rusia, seorang pria tampak begitu marah setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengejar Aleandra beberapa hari yang lalu.     

Salah satu dari mereka sedang memberi laporan, mereka berbicara secara bertatap muka melalui sebuah perangkat elektronik yang ada di atas meja.     

"Siapa yang memerintahkan kalian untuk menembaknya?!" teriak pria itu lantang dengan emosi tertahan.     

"Kami hanya ingin melumpuhkan kakinya saja tapi dia menghindar sehingga tanpa sengaja mengenai bagian lainnya," jawab si anak buah. Setelah kejadian itu, mereka sudah mencari Aleandra selama beberapa hari tapi mereka tidak bisa menemukan keberadaannya. Mereka memberi laporan karena mereka mengira Aleandra sudah mati akibat kejadian itu.     

"Lalu, kenapa kalian tidak menangkapnya padahal gadis itu sudah terluka?"     

"Maaf, tiba-tiba ada polisi yang menggagalkan niat kami."     

"Bodoh!" pria itu berteriak lantang dan marah.     

"Kenapa kalian takut hanya karena petugas! Lenyapkan dan tangkap gadis itu. Bawa dia padaku, itulah tugas kalian. Apa kalian tidak mengerti!" teriak pria itu lagi.     

"Brother, jangan emosi. Kau hanya akan membuat penyakitmu kambuh saja," seorang pria yang lebih muda melangkah mendekatinya.     

"kau lihat anak buah yang kau utus, mereka begitu bodoh! Hanya menangkap satu orang wanita saja mereka tidak becus. Target sudah berada di depan mata tapi mereka melepaskannya begitu saja. Untuk apa mereka takut akan petugas yang ada di sana?"     

"Tenanglah, Brother. Tidak perlu terburu-buru. Aku sudah menemukan beberapa orang yang akan mempermudah mereka untuk menangkap gadis itu. Mereka tidak akan mengecewakan kita. Tidak perlu mencari perkara di Amerika. Kita tahu tidak akan berakhir baik. Kita lakukan dengan pelan, selama gadis itu masih hidup maka peluang kita untuk mendapatkannya masih terbuka lebar. Lagi pula apa yang bisa di lakukan oleh Aleandra Feodora di tempat asing itu? Anggap saat ini dia berada di sangkar besar dan kita, akan mendapatkannya cepat atau lambat!"     

"Baiklah, aku menginginkan gadis itu dalam keadaan hidup dan kalian?" Pria itu kembali berbicara dengan anak buahnya, "Terus cari keberadaannya, ingat jangan sampai lengah dan jangan sampai gagal menangkapnya jika kalian melihatnya. Aku akan kirimkan beberapa orang lagi untuk membantu kalian."     

"Yes, Sir. Kali ini kami akan berhati-hati. Walau kami belum menemukan keberadaannya tapi kami yakin dia masih hidup dan sedang bersembunyi saat ini!" ucap sang anak buah.     

"Bagus, sekarang pergi. Jangan mengecewakan aku!" pembicaraan berakhir, pria yang memiliki tato hampir di seluruh tubuh itu menjatuhkan diri di atas sofa. Daun telinganya hampir dipenuhi dengan tindikan, tidak hanya itu saja, alis, bibir dan lidah tidak luput dari tindikan bahkan tato hampir memenuhi wajah.     

Pria yang ditakuti oleh sebagian penjahat yang ada di Rusia itu memang berpenampilan mengerikan. Itu untuk menakuti para musuh agar tidak ada yang berani dengannya tapi ketenangannya sudah diganggu sehingga dia harus mendapatkan Aleandra Feodora.     

Akan dia jadikan gadis itu anjing peliharaannya dan pemuas nafsunya sampai gadis itu mati. Aleandra harus menjadi pembayar hutang karena hanya dia yang tersisa. Dia tidak menyangka ada yang lolos malam itu dan yang lolos itu adalah seorang gadis cantik yang begitu menarik. Gadis itu cukup menjadi pembayar hutang atas apa yang telah keluarganya lakukan.     

"Jadi, mana orang-orang yang kau bilang bisa menemukan keberadaan gadis itu, Antonio?" tanyanya pada pria yang lebih muda itu dan ternyata pria itu adalah adiknya.     

Antonio menepukkan telapak tangannya dan pada saat itu, dua orang masuk ke dalam ruangan. Seorang laki-laki dan perempuan. Mereka terlihat seperti profesional. Kaca mata hitam mereka gunakan, mereka juga berpenampilan dengan begitu rapi.     

"Apa yang bisa mereka lakukan untukku?" alis terangkat, matanya melihat ke arah dua orang yang baru saja adiknya panggil dengan tatapan sedikit mengejek.     

"Jangan meremehkan mereka, Brother. Mereka dulu bekerja di pemerintahan. Yang wanita itu ahli IT dan yang satu itu, dia ahli strategi untuk menangkap musuh. Aku jamin kau tidak akan kecewa dengan mereka berdua," ucap Antonio.     

"Benarkah?" sang kakak masih terlihat tidak percaya.     

"Kami tidak akan mengecewakan dirimu, Sir," ucap yang wanita.     

"Berikan aku alasan bagus kenapa aku harus percaya dengan kalian berdua?" kaki di silangkan, mata menatap kedua orang itu dengan angkuh.     

"Kami berdua dulu adalah yang terbaik tapi karena kami tersandung sebuah kasus jadi kami diberhentikan secara tidak terhormat. Sekarang kami bekerja pada siapa saja yang bersedia membayar kami mahal dan kami menjamin tidak akan mengecewakan!" ucap yang pria.     

"Percaya padaku, Brother. Mereka tidak akan mengecewakan dirimu," ucap Antonio.     

"Baiklah, jika begitu," foto Aleandra dilemparkan ke atas meja, "Pergi cari gadis itu, temukan dia dan bawa dia padaku dalam keadaan hidup. Kalian bisa bergabung dengan para anak buahku yang ada di sana!"     

Foto Aleandra diambil, kedua orang itu saling pandang. Hanya mencari seorang gadis bukanlah hal sulit. Mereka bergegas pergi, mereka akan segera pergi menuju California untuk menangkap Aleandra Feodora dan membawanya kembali ke Rusia dalam keadaan hidup.     

"Apa kau yakin mereka tidak akan mengecewakan aku, Antonio?" pertanyaan itu dilontarkan setelah kedua orang itu pergi.     

"Tentu, aku jamin tapi jika sampai mereka gagal, aku yang akan turun tangan. Aku masih punya kartu As untuk memancingnya jadi percayalah, sebelum kartu As aku keluarkan, mereka pasti sudah mendapatkan gadis itu untukmu," ucap Antonio dengan penuh percaya diri.     

"Baiklah, aku percaya padamu," dia memang harus mempercayai adiknya karena berkat adiknya mereka bisa membantai keluarga Feodora tapi gadis yang melarikan diri itu adalah bonus yang harus dia dapatkan.     

Salahkan mereka sudah mencari gara-gara dengannya, padahal mereka bisa hidup dengan tenang tapi mereka sudah mengusik dirinya. Mata pria itu melihat foto Aleandra yang dia tempel di dinding. Ck, gadis secantik itu sayang untuk dilewatkan. Setelah tertangkap dia akan menjadi mainan yang tidak akan dia lewatkan.     

Dia harap dua orang yang baru saja dibawa oleh Antonio tidak mengecewakan dirinya tapi apa dia pikir mereka bisa menangkap Aleandra dengan mudah? Gadis itu memang sebatang kara di kota itu tapi dia tidak tahu, siapa yang akan membantu Aleandra nantinya. Semakin mereka kesulitan mendapatkan Aleandra, semakin mereka akan dekat dengan maut mereka dan tentunya mereka tidak akan pernah menduga dengan siapa mereka akan berhadapan nantinya.     

Untuk saat ini mereka yakin bisa mendapatkan Aleandra dengan mudah jadi biarkan mereka mengkhayal sebelum mereka jatuh ke dalam jurang yang paling dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.