Hi's Like, Idiot But Psiko

Keributan Di Bar



Keributan Di Bar

0Max pergi entah ke mana, dia benar-benar sudah gila. Hanya kata itu saja yang bisa dia ungkapkan untuk dirinya yang telah melakukan hal-hal di luar dugaan. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia mau membuatkan makanan untuk seorang pelayan. Jika dia tidak gila, lalu apa namanya?     

Sialnya kedua orangtuanya harus melihat apa yang sedang dia lakukan. Setelah ini jangan sampai dia melakukannya lagi. Entah kenapa dia jadi curiga, jangan-jangan Aleandra Feodora adalah seorang penyihir yang melarikan diri dari Rusia. Sial, sekarang pikirannya semakin berkelana entah ke mana. Mana ada penyihir dan dia tidak percaya itu.     

Untuk menangkan pikirannya yang sedang kacau dan kusut, Max pergi ke bar. Dia ingin mengajak salah satu sepupunya tapi sepertinya mereka semua sibuk. Karena tidak mau mengganggu para sepupunya, Max menghubungi Jared untuk datang ke bar dan menemaninya.     

Sebagai asisten pribadinya tentu saja Jared tidak menolak. Pemuda itu bergegas menuju bar di mana bosnya sedang berada. Max duduk sendiri sebelum Jared datang sambil menikmati segelas whisky. Matanya tidak lepas dari kerumunan orang yang sedang menikmati musik, Max pun menarik perhatian beberapa wanita yang ada di bar.     

Mereka tampak ragu mendekatinya, walau tampan tapi dia terlihat menakutkan. Tapi hal itu tidak berlaku untuk seorang wanita yang secara kebetulan berada di bar itu dan dia adalah Caitlyn. Dia sungguh tidak menyangka akan melihat Max di sana padahal Max bukanlah orang yang suka keramaian.     

Selama ini Max jarang bahkan hampir mustahil ke bar, itu yang dia tahu karena pria penyendiri itu selalu menolak jika dia mengajaknya menghabiskan waktu ke bar atau ke club malam.     

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan walau dia datang dengan seorang pria, Caitlyn meninggalkan mejanya dan menghampiri Max. Lagi pula pria yang menjadi teman kencannya sedang menikmati musik sambil bermain biliar.     

"Max," Caitlyn menghampirinya dengan segelas minuman di tangan.     

Max menatapnya dengan tatapan tidak senang, kenapa wanita itu bisa berada di sana?     

"Oh, aku tidak menyangka kau akan datang ke tempat ini. Apa kau hanya seorang diri?" tanya Caitlyn sambil melihat sana sini.     

"Pergi, Caitlyn. Jangan ganggu aku!" ucap Max.     

"Ayolah, aku tidak menyangka kau bisa berada di sini jadi aku akan menemani dirimu," Caitlyn tersenyum dengan manis, dia harus mendapatkan simpati pria itu.     

"Aku tidak suka mengulangi ucapanku, kau tahu itu!" Max menatap wanita itu tajam. Walau dia dan Caitlyn adalah teman tapi dia tidak akan ragu untuk melemparnya.     

"Tidak baik seorang pria tampan sendirian, biarkan wanita cantik ini menuangkan minuman untukmu," Caitlyn mengambil gelas Max yang sudah kosong dan menuangkan Whisky ke dalamnya. Sial, jika dia tahu akan bertemu dengan Max di tempat itu hari ini maka dia tidak akan membawa pasangan. Padahal ini kesempatan langkah, dia juga bisa menggunakan kesempatan itu untuk menjerat Max. Dengan begitu status Nyonya Smith akan dia dapatkan tapi dia tidak akan menyerah, dia akan memanfaatkan hal itu dengan baik. Semoga saja teman kencannya mengira dia sudah pergi dan tidak mencarinya sehingga mengganggu kebersamaannya dengan Max.     

Jika dia punya obat, sudah dia campurkan ke dalam minuman Max. Cara itu lebih cepat untuk mendapatkan pria itu. Sepertinya dia harus membuat Max mabuk lalu mengajaknya pergi ke suatu tempat untuk menghabiskan malam berdua.     

"Kenapa kau ada di sini, Max?" tanya Caitlyn seraya memberikan gelas minuman yang sudah terisi pada Maximus.     

"Apa ada yang melarang aku di sini?" Max kembali bertanya dengan dingin.     

"Bukan begitu, aku tidak menyangka kau bisa berada di tempat ini."     

Max diam, tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia juga tidak mau berada di tempat berisik itu karena dia tidak suka tapi malam ini dia membutuhkannya. Max melihat jam yang melingkar di tangan, kenapa Jared begitu lama?     

Mata Caitlyn tidak lepas dari wajah tampannya. Sial, walau dia tahu Max sedikit aneh tapi jika dia bisa mendapatkan pria itu, hidup mewah berada di depan mata dan status sosialnya akan melambung dengan tinggi. Siapa yang tidak tahu dengan kekayaan yang keluarganya miliki? Karena dia sudah mengenal Max begitu lama jadi dia tahu semua tentang pria itu.     

Selagi Caitlyn mengagumi wajah tampan Max, teman kencannya sudah kembali. Pria itu tampak heran karena tidak mendapatkan Caitlyn berada di meja mereka. Mata pria yang memiliki perawakan tinggi dan kekar itu melihat sana sini, mencari sosok wanita yang sedang dia kencani.     

Kerumunan orang menjadi sasaran empuk, tapi Caitlyn tidak ada di sana. Matanya kembali mencari sampai akhirnya dia melihat Caitlyn berada di sebuah meja bersama dengan seorang pria. Amarah memenuhi hati, dia tidak terima wanita yang sedang dia kencani bersama dengan pria lain. Sepertinya dia harus memberi pelajaran pada pria itu agar tidak mendekati wanitanya.     

Caitlyn tidak menyadari jika pria yang sedang dia kencani menghampiri mereka dengan kemarahan di hati. Dia terkejut saat tangannya di tarik dengan kasar hingga dia beranjak dari tempat duduknya.     

"Hei, kenapa kau menarik aku!" teriak Caitlyn kesal tapi dia terkejut ketika melihat teman kencannya yang melakukan hal itu.     

"Beraninya kau, Caitlyn? Kau sedang bersama denganku tapi kenapa kau bersama dengan pria itu?" pria itu menatapnya tajam.     

"Bo-Bobby, jangan salah paham. Max sahabatku," ucap Caitlyn sambil mengumpat dalam hati. Dia lupa dengan pria itu.     

"Sahabat, apa semua pria yang ada di bar ini adalah sahabatmu?" tanya pria yang dipanggil Bobby itu.     

Max cuek saja, matanya menatap Bobby dengan tajam. Dia tidak peduli dengan mereka berdua tapi karena sikap Max itu membuat Bobby merasa jika Max sedang meremehkan dirinya dan menghina dirinya dengan tatapan matanya.     

"Apa yang kau lihat? Apa kau sedang menghinaku?" tanya Bobby dengan nada tidak senang.     

"Bob, jangan lanjutkan. Ayo kita pergi," ajak Caitlyn. Bisa gawat jika membuat Max marah.     

Max tetap cuek sambil meneguk minumannya. Tentu hal itu semakin membuat pria bertubuh kekar itu semakin tersinggung dan marah. Belum pernah ada yang berani tidak mempedulikannya seperti itu. Apa pria itu tidak tahu siapa dirinya?     

"Kau benar-benar mencari perkara denganku!" Bobby menggulung lengan baju dan memperlihatkan kedua lengannya yang berotot.     

"Jika kau pintar dan jika aku jadi kau, sebaiknya mau mendengarkan ucapan Caitlyn dan pergi dengannya," ucap Max. Minuman kembali di teguk, dia masih terlihat cuek dan santai.     

Bobby semakin kesal, pria itu berlalu pergi untuk mengambil sesuatu karena dia akan menghajar Max. Caitlyn ketakutan, sial. Kenapa jadi seperti ini?     

"Max, tolong maafkan Bobby," pinta Caitlyn.     

"Pergi, Caitlyn. Segera pulang dan tidur!" ucap Max seraya beranjak.     

"Tapi?" ucapan Caitlyn terhenti karena Max menatapnya tajam.     

Caitlyn menelan ludah, Max mengambil botol Whisky yang ada di atas meja, kebetulan dia sedang ingin memukul seseorang. Bobby menghampirinya dengan beberapa rekan. Mereka juga membawa tongkat biliar yang sudah dipatahkan menjadi dua. Mereka akan memukul Max menggunakan itu.     

Tangan Max sudah gatal, langkahnya terhenti saat Bobby menghampirinya bersama gengnya yang suka membuat onar dan yeah, mereka memang berandal yang ditakuti di bar itu.     

"Jadi ini pria yang harus kita hajar hari ini?" salah satu rekan Bobby bertanya.     

"Kalian harus menghajarnya sampai mati agar dia tahu siapa Bobby!" ucap Bobby dengan nada sombong.     

Max diam, hal itu membuat rekan Bobby menertawakan dirinya. Kenapa pria itu tidak takut sama sekali, apa pria itu idiot? Tidak ada yang berani menantang mereka sebelumnya tapi pria itu begitu berani padahal dia seorang diri.     

"Dia hanya pria idiot yang tidak takut mati!" teriak salah satu dari mereka.     

Tawa mereka terdengar tapi tidak lama kemudian, PRRAAANGGG! Max memukulkan botol minuman yang dia bawa ke kepala Bobby hingga botol itu pecah. Mereka semua terkejut, Bobby berteriak dan melangkah mundur dengan kepala berdarah. Para pengunjung menghindar dan menjadi penonton karena mereka ingin lihat siapa yang menang.     

"Beraninya kau!" Bobby melihat darah yang ada di tangan.     

"Sudah aku katakan, seharusnya kau mendengarkan perkataan Caitlyn!" ucap Max.     

"Sial, serang!" teriak Bobby.     

Para geng Bobby mulai menyerang Max secara bersama-sama, semua pengunjung menganggap Max pasti mati oleh berandalan itu. Tongkat mereka terangkat, Max meraih botol yang ada di atas meja dan melemparkan botol minuman itu ke arah musuh. Dia juga menghindari pukulan dari tongkat biliar dan menahannya dengan lengan.     

"Anak muda, tangkap ini!" seorang pria tua melemparkan tongkat bisbol ke arah Max. Mereka semua berharap Max menang karena mereka sudah muak dengan para berandalan itu.     

Tongkat sudah berada di tangan, dia memang bisa membunuh mereka dengan pistol tapi malam ini dia sangat ingin memukul. Max diserang dari segala sisi, walau dia mendapat pukulan tapi dia tidak peduli, dia bahkan terlihat begitu bersemangat dengan tongkat bisbol.     

Tidak ada yang menghentikan kerusuhan itu, para pengunjung bar malah bersorak apalagi beberapa berandal sudah tergeletak di atas lantai. Di luar sana, Jared baru tiba, jalanan macet membuatnya terlambat. Jared terkejut melihat bosnya sedang tawuran, apa yang terjadi?     

Dengan cepat Jared menghampiri bosnya, dia ingin mengambil pistol tapi Max tahan.     

"Siap memukul sesuatu, Jared?" Darah Max semakin mendidih.     

"Tentu saja," Jared mengambil tongkat biliar yang ada di bawah kakinya. Walau dia tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya bosnya sedang bersenang-senang jadi dia tidak akan melewatkannya.     

Mereka berdua saling pandang, dan setelah itu mereka berlari ke arah musuh yang juga berlari ke arah mereka. Caitlyn semakin ketakutan, sekarang dia tahu kenapa Max bisa berada di bar itu. Sepertinya dia sedang bosan dan lihatlah, pria itu sedang bersenang-senang.     

Sorakan para tamu terdengar karena geng Bobby sudah bergelimpangan di atas lantai begitu juga dengan Bobby. Max dan Jared sudah berhenti memukul karena tidak ada musuhnya lagi yang berdiri. Max merasa puas, inilah yang dia butuhkan. Tongkat yang berada di tangan di lempar dan setelah itu dia mengajak Jared pergi.     

Para berandal mulai dikumpulkan lalu mereka di lempar dengan botol minuman oleh para pengunjung. Sekarang mereka yang akan bersenang-senang bahkan mereka menendang para berandal itu keluar dari bar satu persatu. Tidak ada yang melaporkan permasalahan itu pada polisi karena mereka semua senang.     

Max kembali ke rumah dan mendapati Aleandra tertidur di dapur dengan beberapa piring makanan yang dia buat setelah Max pergi. Sepertinya gadis itu menunggunya sampai tertidur.     

Max menghela napas, sial. Mau tidak mau dia menggendong Aleandra menuju kamarnya. Seharusnya Aleandra tidak melakukan hal itu tapi ya, dia tidak mau memikirkan apa pun lagi. Seperti yang sudah-sudah, anggap saja dia sudah gila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.