Hi's Like, Idiot But Psiko

Kau Akan Menyesal



Kau Akan Menyesal

0Si ahli It dan strategi pergi ke lokasi, mereka ingin mencari ketiga rekan mereka tapi mereka tidak melihat ketiga orang itu berada di sana lagi. Mereka bahkan berpencar dan berusaha menghubungi ketiga rekan mereka dengan ponsel yang baru saja mereka beli tapi tidak ada yang menjawab sama sekali. Itu karena ketiga orang itu masih berada di hutan dan tidak percaya jika mereka telah mengejar target yang salah.     

Ketiga pria itu mengumpat marah. Mereka mengira mereka sudah mendapatkan target mereka ternyata mereka salah. Pengejaran mereka jadi sia-sia dan hal itu membuat mereka murka.     

Semua gara-gara si ahli It, bukankah dia sudah melihat wanita itu dari cctv? Apa dia tidak bisa mengenali target tapi memang, wanita itu sedikit mirip dengan target mereka bahkan potongan rambutnya tidak jauh berbeda. Sebab itu mereka juga terkecoh oleh penampilan wanita itu.     

"Sial, ayo kita pergi sebelum wanita itu sadar!"     

"Apa kita harus meninggalkannya? Wanita itu sudah melihat wajah kita!" ucap yang lainnya.     

"kita bunuh saja dan buang ke hutan!" ucap yang lain.     

Mereka berdebat, wanita itu sudah melihat wajah mereka dan itu bisa membahayakan mereka. Mereka masih mendiskusikan hal itu tanpa menyadari jika wanita itu mulai mencari kesempatan untuk melarikan diri. Apa peluru bius itu mengenai dirinya? Tentu tidak, sebuah baju anti peluru sudah dia kenakan sesuai perintah Jared. Sekarang waktunya kembali menggiring mereka ke lokasi yang sudah ditentukan oleh Jared.     

Wanita itu beranjak, dan dengan perlahan dia langsung lari. Ketiga orang itu terkejut, apa yang terjadi? Bukankah seharusnya wanita itu sudah tidak sadarkan diri karena dua senjata bius yang di tembakan?     

"Sial, jangan sampai lepas!" Mereka kembali mengejar, mereka tidak menyangka wanita itu tidak terpengaruh dengan obat bius yang mereka tembakan.     

"Aku sudah mau tiba, Jared," wanita itu memberi laporan.     

"Aku tahu!" Jared memberi perintah pada anak buah yang telah menunggu di lokasi untuk bersiap-siap karena target sudah mendekat.     

Tanpa tahu jika sudah ada yang menunggu mereka, ketiga orang itu terus mengejar. Wanita itu tidak boleh mereka lepaskan karena dia sudah melihat wajah mereka bertiga. Mereka terus mengejar tapi tiba-tiba saja wanita itu menghilang.     

"Sialan, ke mana dia?" Lari mereka terhenti. Mata mereka melihat sekeliling untuk mencari keberadaan wanita yang mereka kejar. Tidak ada siapa pun, wanita itu seperti hilang di balik pohon. Mereka terus melangkah maju dan tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh teriakan salah satu dari rekan mereka.     

Seorang pria jatuh di atas tanah, kedua orang lainnya mendekati rekan mereka yang tiba-tiba saja jatuh berlutut.     

"Hei, ada apa denganmu?"     

Belum sempat rekannya menjawab tapi tiba-tiba saja, "Craattt!!" kepalanya berlubang karena sebuah timah panas sudah bersarang di sana.     

Kedua rekannya terkejut, mereka berdua tampak waspada tapi sialnya yang mereka bawa hari ini adalah senjata bius saja.     

"Siapa? Keluar!" teriak salah satu dari mereka. Mereka berdua sudah berdiri saling membelakangi, senjata bius pun menjadi pilihan untuk melindungi diri. Hal ini tidak terduga sama sekali, misi mereka hanya menangkap Aleandra Feodora. Apa yang sedang menyerang mereka saat ini adalah polisi hutan?     

"Keluar, jangan bermain-main!" mereka berdua terus melangkah ke jalan yang mereka lalu tadi karena mereka harus keluar dari tempat itu. Mereka bahkan melewati tubuh rekan mereka yang sudah menjadi mayat, entah kenapa situasi jadi tegang seperti itu.     

Salah seorang anak buah Jared sedang berusaha membidik salah satu dari mereka dari balik semak-semak. Sesuai perintah, Max hanya butuh satu orang saja jadi mereka akan membiarkan satu orang dari mereka untuk hidup.     

Kedua orang itu saling pandang, tidak ada tanda-tanda adanya orang di sana. Sebaiknya mereka pergi apalagi mereka tahu jika mereka tidak akan menang hanya mengandalkan senjata bius saja. Langkah mereka terhenti, mereka siap lari tapi mereka tidak tahu jika kepala salah satu mereka sudah terkunci dan terbidik.     

Dari semak-semak pohon, sebuah peluru melesat dengan kecepatan tinggi disusul dengan sebuah peluru lain yang di tembakan dari semak lainnya. Mereka tidak menyadarinya karena tidak terdengar suara letusan senjata api apa pun.     

Peluru yang di tembak melesat dengan kecepatan tinggi mengarah ke arah dua orang itu yang mulai lari, Mereka sudah berlari beberapa langkah tapi tidak lama kemudian, sesuatu benda keras dan panas mengenai salah satu kaki di antara mereka sedangkan yang satunya lagi jatuh tersungkur di atas dedaunan kering seperti rekan yang pertamanya karena sebuah lubang sudah berada di kepalanya.     

Orang yang tersisa berteriak, dia juga menembakkan senjata biusnya ke sembarang arah. Hari ini mereka terlalu ceroboh tidak membawa senjata api tapi seandainya mereka membawanya pun, siapa yang harus dia tembak?     

"Keluar kalian, keluar!" pria itu berteriak dan terus menembak. Musuh yang telah membunuh kedua rekannya tidak terlihat, dia tahu jika ada beberapa orang di tempat itu. Pria itu itu mengumpat karena peluru biusnya sudah habis. Pistol di lempar, teriakannya pun semakin nyaring terdengar.     

Jared memerintahkan anak buahnya untuk keluar, mereka muncul dari semak-semak yang ada di hutan itu. Pria itu terkejut melihat dia dikepung oleh beberapa orang dengan senjata api laras panjang di tangan.     

"Siapa kalian? Kenapa kalian menyerang kami?" teriaknya. Matanya melihat orang-orang itu, dia tampak terkejut ketika melihat wanita yang dia kejar tadi melangkah mendekatinya bersama dengan Jared.     

"Siapa kau? Kenapa mengelabui kami menggunakan wanita itu?" teriaknya.     

"Bos kami menginginkan dirimu!" ucap Jared santai.     

"Siapa bosmu? Kami tidak mencari perkara dengan siapa pun dan tidak mengenal siapa pun!"     

"Tapi kau menginginkan wanita itu!"     

"Tidak, kami hanya salah mengejar orang!" teriaknya. Apa wanita itu pemimpin sebuah organisasi? Apa mereka tidak saja mengejar orang yang salah tapi mereka juga sudah menantang seseorang yang berbahaya di kota itu?     

Pria itu masih berteriak tapi matanya terbelalak ketika melihat seorang pria menghampirinya bersama dengan Aleandra, target yang harus dia tangkap.     

"Jadi kau salah mengejar orang?" tanya Max. Dia ingin lihat apa pria itu masih berkelit setelah melihat Aleandra?     

"Kau?" Matanya tidak lepas dari Aleandra. Tidak salah lagi, gadis itulah yang harus dia tangkap tapi siapa orang-orang yang bersama dengannya?     

Aleandra melangkah mendekati pria itu, dia ingin tahu siapa yang telah membunuh keluarganya. Aleandra menarik kerah baju pria itu tanpa ragu, matanya juga menatap pria itu dengan tajam.     

"Katakan padaku, siapa yang memerintahkanmu untuk menangkap aku?" tanya Aleandra dalam bahasa Rusia.     

"Kau bisa ikut aku kembali jika kau ingin tahu!" pria itu juga menjawab dalam bahas Rusia.     

"Jangan main-main, sebaiknya katakan padaku sekarang!" teriak Aleandra marah.     

Pria itu tertawa terbahak, dia tidak akan mengatakannya apalagi hanya diancam oleh seorang wanita. Memangnya apa yang bisa gadis itu lakukan? Jangan kira dia takut hanya karena dia bersama dengan orang-orang yang ada di belakangnya itu.     

"Sudah aku katakan, ikut aku kembali ke Rusia. Aku akan mempertemukan kau dengannya. Kau tidak perlu khawatir, dia menginginkan dirimu dan tidak akan membunuhmu. kau akan menjadi anjing peliharaannya saja!"     

"Sialan, aku akan merobek mulutmu!" Aleandra sangat kesal. Dia sudah ingin memukul wajah pria itu tapi Max menahannya.     

"Tidak perlu buang tenaga, kita pasti akan tahu siapa bosnya nanti," ucap Max.     

"Siapa kau? Aku tidak ada urusan denganmu, yang aku inginkan hanya wanita ini saja!"     

"Jika kau menginginkannya, berarti kau harus berhadapan denganku!"     

"Jangan bercanda, sejak awal masalah ini tidak ada hubungannya denganmu bahkan bosku tidak kenal denganmu jadi sebaiknya serahkan wanita ini baik-baik jika tidak kau akan menyesal karena telah menantang bosku!" ucapnya.     

Max tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya. Apa dia seperti seorang pengecut yang akan langsung lari setelah mendapat ancaman seperti itu? Sungguh lucu. Tawa Max tidak juga berhenti dan tentunya tawanya membuat pria itu kesal.     

"Hentikan tawamu, kau pasti akan menyesal karena berani melindungi wanita ini. Bosku tidak akan melepaskanmu. Dia juga akan memburumu seperti dia memburu wanita ini!" ucapnya.     

"Jika begitu katakan siapa bosmu? Aku ingin lihat sehebat apa dirinya!"     

"Sekalipun kau menyiksa aku sampai mati, aku tidak akan mengatakannya. Jika kau hebat, cari sampai kau menemukan dirinya dan pada saat itu, kau pasti akan menyesal karena telah berani melindungi wanita incarannya!"     

"Baiklah jika itu maumu, kita lihat sampai di mana kau akan bertahan. Aku harap kau kuat menerima siksaan dariku!" Max meraih tangan Alaendra dan mengajaknya melangkah menjauh.     

"Jared, bawa ke markas dan bereskan yang dua itu!" perintahnya.     

"Yes, Master!"     

"Hei, kau! Jangan main-main! lepaskan aku dan serahkan wanita itu padaku!" teriak pria itu ketika dua anak buah yang diperintahkan oleh Jared menangkap tangannya.     

"Jika kau mengatakan padaku siapa yang menginginkan gadis ini maka aku akan bermurah hati dan memberikan kematian yang mudah untukmu!"     

"Sekalipun kau memotong lidahku aku tidak akan mengatakannya padamu!" teriak pria itu.     

"Bagus, bawa dia pergi!"     

Teriakan pria itu terdengar karena dia sudah ditarik oleh anak buah Jared tapi teriakannya terhenti setelah sebuah pukulan dia dapat sehingga membuatnya pingsan.     

Alendra masih melihat ke arah pria itu. Jika dia berada di posisi wanita tadi, dia pasti sudah tertangkap oleh ketiga pria itu. Setelah pria itu dibawa, mata Aleandra melihat ke arah Max yang sedang memerintahkan anak buahnya untuk bubar dan membersihkan tempat itu.     

Max berpaling setelah menyadari jika Aleandra sedang melihat ke arahnya saat itu.     

"Kenapa? Sudah tidak sabar ingin berterima kasih padaku?" tanyanya.     

"Ti-Tidak! Aleandra membuang wajah.     

"Ayo kita kembali," ajak Max.     

Aleandra mengangguk, mereka melangkah menuju mobil bersama karena Max tidak melepaskan tangannya.     

"Te-Terima kasih," ucap Aleandra pelan.     

Max tersenyum, sudah dia duga gadis itu akan berterima kasih. Max memperlambat langkahnya, tangannya sudah merangkul pinggang Aleandra.     

"Berterima kasihlah dengan benar," ucapnya.     

"Maksudmu?" tanya Aleandra tidak mengerti.     

"Semak-Semak ini membuat aku gatal, Aleandra. Kau tahu bukan apa tugasmu nanti?"     

"Oh, no!" Aleandra tertunduk lemas.     

"Aku memberimu kesempatan untuk melihat sosis Amerika, jadi kau harus berterima kasih padaku," goda Max.     

Aleandra melotot, sebal. Lagi-Lagi sosis! Kenapa pria itu suka mengungkit hal itu terus?     

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, banyak yang ingin Aleandra tanyakan tapi dia pikir nanti saja. Dia sangat ingin tahu, ke mana pria itu dan dua rekannya yang sudah tidak bernyawa dibawa? Sungguh dia sangat ingin tahu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.