Hi's Like, Idiot But Psiko

Introgasi



Introgasi

0Teriakan seorang pria terdengar di sebuah bangunan yang ada di tengah hutan. Bangunan itu berdiri sendiri, pagar tinggi mengelilingi bangunan itu. Bangunan itu begitu luas karena itu adalah markas dan juga tempat Maximus Smith menyiksa setiap musuh yang dia tangkap.     

Setiap musuh yang sudah masuk ke dalam sana tidak akan bisa lari lagi, tidak saja dipenuhi dengan kawat berduri di setiap pagar yang membentengi tempat itu, tapi terdapat begitu banyak jebakan dan juga ranjau yang akan meledak saat terinjak jika ada yang ingin melarikan diri dari sana.     

Di dalam bangunan terdapat banyak alat penyiksaan, setiap musuh akan disiksa dengan mengerikan sebelum menghadapi kematian mereka. Mereka tidak akan dibiarkan mati dengan mudah. Setelah disiksa sedemikian rupa para musuh itu akan di lempar ke dalam kandang binatang buas yang dipelihara di belakang bangunan.     

Musuh yang dibawa tentunya musuh yang berani melawan dan menentang mereka juga musuh yang akan mereka introgasi.     

Teriakan pria Rusia itu kembali terdengar, umpatan dan makiannya tidak berhenti. Dia tidak terima di perlakukan seperti itu. Kedua tangannya membentang dan terikat rantai. Dia sudah berusaha menarik rantai itu agar terlepas tapi sayangnya rantai itu tidak bisa dilepaskan begitu saja.     

"Lepaskan!" pria itu kembali berteriak, suara rantai pun terdengar karena dia kembali menarik rantai itu.     

Tempat itu dijaga tapi tidak ada yang peduli dengan teriakannya, mereka hanya bertugas menjaga agar pria itu tidak bisa melarikan diri karena bagian lain akan dilakukan oleh bosnya yang pasti akan datang dan memang, Max sedang dalam perjalanan menuju markas bersama dengan Jared.     

Max seperti sedang tidur, dia membutuhkan hal itu karena semalam dia kesulitan tidur. Tentunya hal itu terjadi karena Aleandra tapi malam ini tidak lagi karena dia akan mencari tahu keanehan yang sedang dia alami.     

Jared tidak berani mengganggu, dia juga tidak berani bersuara. Di lihat bagaimana pun suasana hati bosnya sedang tidak bagus. Sepertinya pria asal Rusia itu akan mendapat siksaan yang tak terduga jika dia tidak menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh bosnya nanti.     

Mereka sudah tiba, Jared membunyikan klakson mobil agar anak buah yang ada di dalam sana membukakan pintu untuk mereka. Setelah mobil masuk ke dalam, pintu pagar akan kembali di tutup. Mobil terus berjalan menuju bangunan yang cukup jauh dari jalan raya, mereka akan melewati jalan yang dipenuhi oleh pohon besar dan tentunya setiap pohon memiliki jebakan.     

Tidak perlu khawatir pemburu akan masuk ke sana, tidak ada satu pun yang bisa mendekat karena selain di kelilingi oleh pagar yang menjulang tinggi, tempat itu juga memiliki begitu banyak cctv dan alat sensor yang bisa mendeteksi pergerakan yang terjadi di radius beberapa meter.     

Jared menghentikan mobilnya karena mereka sudah tiba di depan bangunan. Anak buah yang ada disana sudah berbaris dengan rapi, siap menyambut kedatangan bos mereka. Max turun dari mobil sambil merapikan jas yang dia pakai. Para anak buah yang sudah berbaris segera menunduk hormat saat melihatnya.     

Teriakan pria Rusia itu terdengar saat salah satu anak buah membuka pintu. Max melangkah masuk disusul oleh Jared yang melangkah di belakangnya.     

"Lepaskan aku! Kalian tidak akan mendapatkan apa pun walau kalian menyekap aku seperti ini!" teriak pria itu.     

"Tidak perlu berteriak, kau juga tidak akan bisa pergi dari tempat ini!"     

Mata pria itu menatap Max dengan tajam, siapa sebenarnya pria itu? Kenapa dia melindungi Aleandra Feodora?     

"Siapa kau sebenarnya? Seharusnya semua ini tidak ada hubungannya denganmu!"     

"Memang tidak tapi permasalahan yang dialami oleh Aleandra sudah menjadi permasalahanku dan sekarang aku akan terus terlibat dalam permasalahannya karena dia sudah menjadi wanitaku!" ucap Max dan tentunya Jared jadi terkejut. Jadi gadis Rusia itu telah berhasil menjerat bosnya?     

"Ha.. Ha... Ha...!" sebaiknya tidak melakukan hal ini. Asal kau tahu, bosku menginginkan gadis itu dan sekarang kau juga menginginkannya? Jika aku jadi kau, aku akan mencari gadis lain dan melupakan Aleandra Feodora karena kau tidak akan berakhir baik!" ucap pria itu.     

Max tertawa terbahak-bahak, kenapa pria itu begitu suka melemparkan lelucon seperti itu? Apakah dia begitu pengecut sehingga pria itu meremehkan dirinya? Menarik, ini semakin menarik saja. Dia semakin ingin tahu siapa yang begitu menginginkan Aleandra.     

"Jika begitu, beri tahu aku siapa yang menginginkan Aleandra? Aku ingin lihat sekuat apa dirinya sehingga kau meremehkan aku seperti ini!" ucap Max.     

"Dia bukan orang yang pantas kau tahu bahkan menyebut namanya saja kau tidak pantas!"     

Max kembali tertawa terbahak, dia tidak pantas? Sekarang dia semakin curiga jika yang menginginkan Aleandra bukanlah orang biasa. Dilihat dari ucapan pria itu dia menebak jika yang menginginkan Aleandra adalah salah satu penjahat berbahaya yang ada di Rusia.     

"Hentikan tawamu, apa kau pikir perkataanku ini lelucon? Saat kau sudah bertemu dengannya maka jangan menangis di bawah kakinya dan memohon pengampunan padanya jadi sebaiknya kau lepaskan aku dan berikan Aleandra Feodora padaku sebelum terlambat!"     

Max tidak bisa menahan diri, untuk ketiga kali dia kembali tertawa dan tentunya tidak dia saja, Jared dan beberapa anak buahnya juga tertawa. Apa pria asal Rusia itu tidak tahu dengan siapa dia berbicara?     

Selama ini, tidak ada yang berani menyinggung clan Smith dan mencari gara-gara dengan mereka. Max adalah salah satu yang terkenal kejam di antara mereka. Sifat psiko yang dia miliki melebihi yang lainnya. Dia akan berubah menjadi orang lain saat melihat darah dan ekspresi wajah musuh yang sudah tidak berdaya. Baginya itu adalah kesenangan, menyiksa musuhnya perlahan, menikmati jeritan dan juga ekspresi wajah kesakitan mereka adalah hiburan baginya tapi beraninya pria itu berbicara seperti itu di hadapan Maximus Smith?     

"Hentikan tawa kalian semua!" teriak pria itu marah.     

Max mengangkat tangan, tawa Jared dan anak buahnya terhenti. Tidak ada yang berani bersuara lagi, mata mereka melihat ke arah tawanan yang terlihat begitu kesal.     

"Kau tahu, aku rasa kau lebih cocok berada di sirkus!" ucap Max menghina.     

"Jangan sembarangan bicara!" pria itu menatapnya tajam.     

"Jika bosmu begitu hebat, katakan padaku siapa dia? Aku ingin bertemu dengannya!" ucap Max.     

"Sudah aku katakan kau tidak pantas!"     

Saat itu, Jared mendekati Max dengan beberapa barang milik pria Rusia itu. Sebuah ponsel diambil dan tentunya itu ponsel milik pria Rusia itu.     

"Sekarang hubungi bosmu karena aku ingin berbicara dengannya!"     

"Jangan harap! Aku tidak akan pernah menghubunginya!" tolak pria itu.     

"Kenapa? Bukankah kau bilang dia sangat hebat?"     

"Apa pun yang kau katakan, aku tidak akan menghubunginya karena ini adalah sumpahku!"     

"Sebaiknya tidak membuang waktuku dan menguji kesabaranku. Segera hubungi bosmu sekarang juga!" ucap Max, dia sudah terlihat kesal karena dia tidak suka banyak bicara.     

"Tidak akan pernah sekalipun aku mati!"     

"Baiklah," Max melangkah mundur. Sepertinya sudah waktunya melakukan pertunjukkan.     

"Ini pilihanmu dan aku ingin lihat, seberapa lama dan sejauh apa kau akan berpegang teguh pada sumpahmu itu!"     

"Apa maksud ucapanmu?" Entah kenapa dia merasakan firasat buruk apalagi Max sedang membuka jasnya dan menggulung lengan kemejanya. Matanya bahkan melihat dua orang yang berjalan pergi ke arah sebuah meja lalu mendorong meja itu mendekat.     

Sebuah pisau kecil diambil, Max kembali melangkah mendekati pria itu dengan seringai lebar.     

"Ma-Mau apa kau?" tanya pria itu.     

"Takut? Sudah terlambat!" ucap Max.     

"Jangan pernah berani menyentuhku!" teriaknya karena Max sudah berdiri di hadapannya dengan pisau kecil yang diputar di tangan.     

"Ini pilihanmu!" mata pisau yang tajam sudah berada di pelipis pria itu.     

"Ja-Jangan coba-coba!" Ucapnya tapi sayangnya mata pisau sudah menggores kulit di pelipisnya.     

Teriakannya terdengar nyaring, mata pisau semakin masuk ke dalam kulit karena Max menekannya dengan kuat. Mata pisau itu dari pelipis lalu bergerak ke arah kupingnya.     

"Hentikan, apa kau sudah gila?" Teriaknya.     

Max tidak juga berhenti, ekspresi wajahnya sudah berubah. Darah yang mengalir dari pelipis membuat jiwa psikopatnya berkobar. Seringai menghiasi wajahnya, dia tidak peduli dengan teriakan pria itu dan dalam sekejap mata saja, Max menyabetkan mata pisaunya yang tajam ke daun telinga pria itu.     

Max tertawa terbahak diiringi dengan suara teriakan kesakitan pria itu saat daun telinganya putus dan jatuh ke atas lantai. Darah mengalir membasahi lantai dan tentunya hal itu membuat Max semakin gila.     

Pisau yang ada di tangan kembali di mainkan, kini sasarannya adalah batang hidung pria itu. Teriakan kembali terdengar, Max melakukannya sambil tertawa karena dia sangat menikmati apa yang sedang dia lakukan.     

Jared berdiri tidak jauh, itu pemandangan yang sudah biasa dia lihat. Bosnya memang akan seperti itu saat mengeksekusi lawannya.     

"Apa kau masih tidak mau menghubunginya?" Max mengangkat dagu pria itu dan memandangi wajahnya yang sudah berlumuran darah. Tidak saja satu daun telinganya yang sudah hilang, tapi pangkal hidungnya juga sudah hilang.     

Pria itu tidak menjawab, dia tampak menahan rasa sakit yang teramat sangat karena luka yang ada di wajahnya. Gila, pria itu gila. Ekspresi wajahnya saat sedang menyiksa dirinya benar-benar memperlihatkan jika dia menikmati apa yang dia lakukan.     

Max melangkah mundur, dia ingin lihat sampai sejauh mana pria itu akan bertahan apalagi siksaan yang dia berikan barulah permulaan.     

"Pergi bakar lempengan besi, Jared! Aku ingin lihat apa dia masih dengan pendiriannya atau tidak!"     

"Kau gila!" teriak pria itu.     

"Ya, ada yang menyebut aku gila, ada pula yang menyebut aku idiot! Yang mana saja aku tidak peduli jadi sebaiknya persiapkan dirimu untuk ke siksaan selanjutnya."     

"Bunuh aku sekarang!" teriak pria itu.     

"Kau tahu? Setiap orang yang sudah berada di tempat ini tidak akan mati dengan mudah!"     

Pria itu menelan ludah, sial. Jangan-Jangan pria gila itu lebih berbahaya dari pada bosnya. Jangan-Jangan Aleandra memang meminta bantuan pada orang yang lebih kuat.     

Bara sudah menyala dan membakar lempengan besi yang dimasukkan ke dalam sana. Pria itu menelan ludah, apa yang hendak dilakukan oleh pria gila itu menggunakan lempengan besi yang sudah merah membara?     

Lempengan besi dibawa mendekat, pria itu kembali menelan ludah bahkan kakinya terasa lemas. Seringai menghiasi wajah Max ketika lempengan besi sudah berada di tangannya. Pria itu ketakutan, sial, sepertinya dia bertemu dengan psikopat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.