Hi's Like, Idiot But Psiko

Tantangan



Tantangan

0Pria itu masih dengan pendiriannya dan tidak mau menghubungi bosnya, tentu hal itu membuat Max tidak ragu sama sekali. Teriakannya nyaring terdengar saat lempengan besi panas mencium pipinya.     

Suara daging yang terkena benda panas mengiringi teriakannya, bau daging yang terbakar pun tercium.     

"Cepat hubungi bosmu jika tidak sekarang giliran lidahmu karena kau sudah tidak membutuhkannya dan percayalah, setelah ini siksaan-siksaan yang belum pernah kau bayangkan di dalam hidupmu akan kau dapatkan!" ucap Max.     

"Ka-Kau psikopat gila!" pria itu sudah lemas akibat rasa sakit yang dia dapatkan. Dia sudah tidak bisa merasakan wajahnya lagi. Kedua kakinya bahkan sudah tidak kuat menopang tubuhnya apalagi satu kakinya memang sakit akibat tembakan yang dia dapatkan.     

"Ha... Ha... Ha... Ha...!" Max tertawa. Memang dia seperti itu. Setiap musuh yang dia eksekusi pasti akan berkata demikian.     

"Aku memang psikopat, sebelum kau mati aku tidak akan berhenti mengiris setiap bagian yang ada di tubuhmu jadi sebaiknya kau mendengarkan apa yang aku inginkan. Kau cukup menghubungi bosmu, sisanya aku yang mengambil kendali. Bukankah kau bilang bosmu adalah orang yang berbahaya? Jadi buat apa kau takut? Aku hanya ingin berbicara sedikit dengannya!" ucap Max.     

Pria itu diam, dia tahu dia tidak bisa lolos dari tempat itu sekalipun dia menghubungi bosnya. Sumpah setia yang dia ucapkan sewaktu bergabung dalam organisasi tidak akan dia khianati. Tapi melihat pria psiko gila yang saat ini berdiri di hadapan dengan lempengan besi membara di tangannya itu, membuat nyalinya ciut apalagi ancaman yang dia ucapkan.     

"Kau benar-benar menguji kesabaranku!" Max semakin kesal, sepertinya pria itu tidak bisa diajak bernegosiasi.     

"Pegang dia dan buka mulutnya. Dia harus mengulum lempengan besi panas ini agar dia tahu aku bukan orang yang suka bermain-main!" perintah Max pada anak buahnya.     

Dua orang mendekati pria itu bersama dengan Jared, satu orang memegang bagian kepala, yang satu memegang bagian bahu agar pria itu tidak memberontak sedangkan Jared memegang bagian wajah untuk membuka mulutnya.     

"Lepaskan, jangan lakukan hal seperti ini!"     

"Buka mulutnya, Jared!" perintah Max.     

Jared sudah memegangi wajah pria itu, rahangnya dibuka dengan paksa. Lempengan besi yang baru saja dibakar dan panas membara dibawa mendekat. Pria itu ketakutan setengah mati.     

Seringai menghiasi wajah Max, dia sungguh ingin melihat apa pria itu masih dengan pendiriannya atau tidak. Lempengen besi itu akan dimasukkan ke dalam mulutnya lalu pria itu akan dipaksa mengulum lempengan besi itu sampai besi menjadi dingin.     

Pria itu berusaha menggeleng, gila. Jika bisa memilih dia lebih suka menggantikan kedua rekannya yang mati tertembak karena dia tidak mau berada di posisi itu dan mendapatkan siksaan yang mengerikan. Ini baru beberapa saja, lalu bagaimana dengan selanjutnya?     

Lempengan besi sudah akan dimasukkan ke dalam mulutnya, mata pria itu melotot. Mulutnya juga sudah terbuka lebar. Keringat mengalir di dahi, wajahnya yang terbakar oleh benda itu saja sudah begitu terasa sakit lalu bagaimana jika mulutnya yang dibakar?     

Ketika panasnya lempengan besi sudah terasa di bagian mulutnya, pria itu akhirnya tidak bisa menolak permintaan Max.     

"A-Aku akan menghubunginya," ucap pria itu dengan susah payah.     

Lempengan terhenti, Max tersenyum dan menjauhkan besi itu dari mulutnya.     

"Bagus, pilihan yang sangat bagus!" ucapnya seraya memberi perintah pada anak buahnya untuk melepaskan pria itu.     

Pria itu bernapas lega saat dia sudah dilepaskan, sungguh situasi yang sangat mengerikan. Selama hidupnya menjadi anak buah bosnya, dia bahkan belum pernah melihat bosnya menyiksa musuh yang sudah dia tangkap dengan begitu mengerikan seperti yang pria itu lakukan. Sebenarnya siapa pria yang sedang berdiri di hadapannya saat ini?     

Jared sudah mengambil ponsel pria itu dan membawanya mendekat, sebuah kode pria itu ucapkan untuk membuka kunci ponsel dan setelah itu nama Antonio di sebutkan.     

Setelah mendapatkan siapa nama bos pria itu, Jared membawa ponsel mendekat ke arah Max. Belum ada yang menjawab panggilan itu tapi tidak lama kemudian terdengar suara seorang pria yang berbicara dalam bahasa Rusia dan dia adalah Antonio.     

"Bagaimana, apa kalian sudah mendapatkannya?" tanya Antonio. Kedua anak buah yang dia utus mengatakan jika mereka kehilangan ketiga rekan mereka saat sedang menjalankan misi untuk menangkap Aleandra. Mereka sudah mengecek rekaman ccrtv dan mencari keberadaan mereka bertiga tapi mereka tidak menemukan keberadaan ketiga rekannya itu. Mereka bertiga terlihat di tempat semula terakhir kali, mereka tidak melihat ketiga rekan mereka mengejar Aleandra palsu karena Max sudah mengacaukan rekaman cctv yang ada.     

Max menyeringai, jadi pria itu yang menginginkan Aleandra? Ponsel diambil dari tangan Jared, dia juga melangkah pergi menjauh tapi sebuah isyarat dia berikan pada Jared untuk menyiksa tawanan mereka.     

Jared mengangguk dan melangkah mendekati pria itu untuk memberikan siksaan lainnya dan tentunya pria itu ketakutan.     

"Kenapa kau diam saja?" teriak Antonio marah.     

"Kau ingin aku berkata apa, Antonio?" tanya Max.     

Antonio terkejut, siapa pria yang sedang berbicara dengannya saat ini?     

"Siapa kau? Kenapa ponsel anak buahku ada padamu?" tanya Antonio dan pada saat itu, teriakan anak buahnya terdengar karena Jared sedang memberikan siksaan untuknya. Jared mulai dari jari, setiap jari yang ada di tangan mulai dipatahkan. Hal itu membuat teriakan pria itu memenuhi ruangan.     

Wajah Antonio menegang, siapa yang sebenarnya sedang berteriak? Apa itu adalah anak buahnya, dan siapa sebenarnya pria yang sedang berbicara dengannya saat ini?     

"Siapa sebenarnya kau?" Antonio kembali bertanya.     

"Aku adalah malaikat maut yang akan mencabut nyawamu!" ucap Max tanpa ragu.     

"Ha... Ha... Ha... Ha...!" Antonio tertawa terbahak lalu dia berkata setelah tawanya terhenti, "Jangan bercanda kau! Kita tidak saling mengenal, apa yang kau lakukan pada anak buahku dan apa maumu?" tanya Antonio dengan nada tidak senang. Siapa pun pria yang sedang berbicara dengannya saat ini, dia yakin pria itu sedang menantang dirinya.     

"Keinginanku mudah saja, Antonio. Aku rasa kau bisa melakukannya!"     

"Katakan!" Antonio masih belum mengerti apa maksud dari pria yang sedang berbicara dengannya dan apa yang sebenarnya terjadi di sana.     

"Aku ingin kau berhenti mengejar Aleandra Feodora!" ucap Max. Dia tahu pria itu tidak akan menyetujui permintaannya dan sesungguhnya permintaannya itu seperti surat tantangan yang dia lemparkan pada pria yang bernama Antonio itu dan benar saja, Antonio tertawa terbahak mendengar permintaan yang diucapkan oleh Maximus.     

Antonio masih tertawa, ternyata hanya itu permintaan pria itu. Apa dia sudah gila? Beraninya dia meminta hal demikian yang tidak ada hubungannya sama sekali dengannya.?     

"Siapa pun kau, sebaiknya berhenti membuat lelucon!" ucap Antonio.     

"Jadi kau tidak ingin mengabulkan permintaanku, Antonio?" tanya Max pura-pura.     

"Tentu saja, apa kau sudah bosan hidup? Siapa pun kau, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu. Aleandra adalah buronanku sejak awal, apa dia merayumu agar kau membantunya? Sebaiknya kau hentikan niat baikmu itu, kawan," ucap Antonio mengejek.     

"Oh, aku ingin mendengarnya. Kenapa aku harus menghentikan niat baikku untuk menolong wanita milikku?"     

Wajah Antonio kembali menegang, dia tampak tidak senang mendengar ucapan Max. Aleandra miliknya? Apa Aleandra sudah menjual dirinya pada pria itu? Tidak akan dia biarkan pria itu mengambil gadis yang diinginkan oleh kakaknya.     

"Sebaiknya jangan main-main denganku!" ucap Antonio dengan nada kesal.     

"Kenapa? Apa Aleandra milikmu?" Max semakin sengaja.     

"Dia adalah milik kakakku, beraninya kau menginginkan gadis yang dia inginkan?" teriak Antonio lantang.     

"Sayang sekali, aku tidak bisa melewatkan wanita cantik yang begitu menggoda. lagi pula siapa kakakmu, aku saja tidak tahu siapa kau!"     

"kau?!" teriak Antonio dengan emosi tertahan. Kedua tangannya bahkan sudah mengepal dengan erat.     

"Jangan main-main dengan kami anak muda, jika kau ingin hidup lebih lama maka serahkan Aleandra padaku. Aku akan memberikan imbalan yang cukup besar untukmu dan kau bisa membeli puluhan wanita yang kau inginkan!" ucap Antonio.     

Max tertawa terbahak mendengar tawaran yang diberikan oleh Antonio. Beraninya pria itu menawarkan uang padanya? Dia semakin tertantang dan dia akan membuat pria itu datang ke California untuk mencarinya.     

"Bagaimana jika aku tidak mau, Antonio?" tanya Max memancing.     

"Sebaiknya kau tidak memancing amarahku! Aku benar-benar tidak akan melepaskan dirimu. Saat aku sudah menemukan keberadaanmu dan Aleandra Feodora, aku pastikan kau tidak akan mati dengan mudah karena kau sudah berani menantangku. Aku akan merobek mulutmu, aku akan mencincang tubuhmu menjadi serpihan dan melemparkannya pada anjing liar!!" ancam Antonio.     

"Wah, aku takut mendengarnya!" ucap Max dengan seringai lebar.     

"Sebaiknya jangan membuat aku semakin marah!" teriak Antonio lantang. Sebenarnya siapa pria yang sedang berbicara dengannya saat ini? Kenapa dia tidak terdengar takut sama sekali dengan ancaman yang dia berikan?     

"Dengar baik-baik, Antonio. Aku tidak takut sama sekali dengan ancaman yang kau berikan. Aleandra adalah milikku jadi aku tidak akan tinggal diam saja apalagi ada yang menginginkan dirinya. Jika kau menginginkan dirinya dan ingin tahu siapa aku, datang ke sini. Aku menunggumu dan kita lihat, apakah kau mampu menangkap aku dan melakukan apa yang baru saja kau ucapkan! Aku tidak akan lari, aku menunggu kedatanganmu, Antonio," ucap Max dan itu adalah tantangan darinya.     

"Sebaiknya jangan terlalu sombong anak muda! Kau pasti akan menyesali setiap perkataan yang kau ucapkan ini nanti!" Antonio semakin dikuasai api kemarahan. Untuk seumur hidup dia belum pernah berbicara dengan orang yang justru balik menantangnya.     

"Kita lihat nanti setelah kau datang dan jika kau tidak berani, maka aku yang akan pergi mencarimu ke Rusia dan aku akan menghancurkan kau dan kakakmu karena telah membunuh keluarga Aleandra!"     

Antonio terkejut, sial. Ternyata Aleandra begitu cerdik dan mencari sekutu di sana. tapi dia tidak akan takut siapa pun yang sedang berbicara dengannya saat ini.     

"Jangan banyak membual, anak muda. Kita lihat nanti dan jangan menangis saat aku sudah menemukan keberadaan dirimu!"     

"Aku tunggu kedatanganmu, Antonio," ucap Max seraya mengakhiri pembicaraan itu.     

Antonio sangat marah, semua diluar dugaan. Yang mereka inginkan hanya Aleandra Feodora saja tapi kenapa jadi ada pihak lain yang terlibat? Sebaiknya dia tidak gegabah karena dia belum tahu siapa pria yang berbicara dengannya tadi. Antonio beranjak pergi, dia harus membahas hal ini dengan kakaknya karena sepertinya, pria itu tidak bisa diremehkan begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.