Hi's Like, Idiot But Psiko

Siapa Dia?



Siapa Dia?

0Setelah berbicara dengan Maximus, Antonio pergi mencari sang kakak. Dia tidak menduga jika Aleandra mencari dukungan di negara itu. Dia juga tidak menduga ada yang mau melibatkan diri untuk membantu gadis itu. Semua di luar perkiraan mereka, sepertinya mereka harus merubah strategi.     

Dia yakin pria yang baru saja berbicara dengannya dan tidak takut dengan ancamannya itu bukanlah orang biasa. Dari nada bicaranya saja sudah menunjukkan jika dia bukan orang sembarangan.     

Sekarang situasi sudah tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka tidak hanya harus menangkap Aleandra, mereka juga harus mencari tahu siapa pria yang yang membantu Aleandra. Jangan sampai salah mengambil langkah sehingga membuat mereka celaka.     

Kediaman sang kakak menjadi tujuan, Antonio masuk ke rumah kakaknya tanpa ragu. Begitu pintu terbuka, suara erangan wanita terdengar. Antonio menggeleng, pasti kakaknya sedang bermain dengan para jalang yang dia beli lagi dan benar saja, sang kakak sedang bermain dengan seorang jalang di sofa. Sang kakak hanya santai saja ketika Antonio masuk ke dalam, dia terus melanjutkan kegiatannya walau wanita yang sedang dia tiduri terkejut.     

"Ada apa?" tanyanya dengan santai.     

"Gadis yang kau inginkan memiliki sekutu," jawab Antonio.     

"Apa maksudmu?" kini kakaknya terlihat serius dan mengusir jalang itu pergi.     

"Anak buah kita tertangkap oleh seseorang dan baru saja dia berbicara denganku!"     

"Apa? Siapa yang begitu berani menantang kita?!" sang kakak terlihat tidak senang.     

"Entahlah, tapi dia meminta aku untuk berhenti mengejar Aleandra Feodora karena gadis itu sudah jadi miliknya!"     

Suara tawa terdengar, seperti Antonio, dia juga menertawakan permintaan Max karena dia menganggap permintaan itu seperti lelucon.     

"Siapa dia? Kenapa begitu berani meminta kau melakukan hal seperti itu?" tanya sang kakak.     

"Entahlah, tapi sepertinya dia bukan orang sembarangan. Aku rasa kita harus waspada akan hal ini."     

"Jangan bodoh, Antonio!" sang kakak mendekatinya dan duduk di sampingnya.     

"Jangan hanya karena sebuah ancaman saja, kau jadi takut seperti itu. Bisa saja pria itu orang yang dibayar oleh Aleandra untuk membentakmu agar kita berhenti mengejarnya. Coba kau pikir baik-baik, mana ada orang yang mau melibatkan diri dalam permasalahan orang lain. Sebaiknya tidak jadi lemah dan pengecut hanya karena sebuah gertakan yang tidak berdasar apalagi kau tidak tahu siapa yang menggertak dirimu!"     

Antonio memainkan jari di dagu, memikirkan perkataan kakaknya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh kakaknya sangat benar tapi bagaimana dengan anak buahnya yang tertangkap dan ponsel yang digunakan oleh pria itu? Rasanya ingin mempercayai ucapan kakaknya tapi dia punya firasat jika pria itu bukanlah pemuda yang dibayar oleh Aleandra untuk menipu mereka.     

"Apa yang kau ragukan, Antonio? Apa hanya karena gertakan yang pria itu berikan sudah membuat kau seperti ini? Jangan membuat aku kecewa karena kelemahanmu ini! Bagaimana kau bisa menjadi penjahat hebat jika kau sudah takut hanya karena sebuah gertakan saja?"     

"Aku tahu, kak. Aku tidak akan membuatmu kecewa, sebab itu aku mengatakan hal ini padamu. Bukan karena gertakan yang dia berikan, aku tidak takut dengan ancaman yang dia berikan tapi aku punya firasat buruk mengenai pria ini," ucap Antonio.     

Sang kakak memandanginya dengan serius, sepertinya Antonio benar-benar serius mengenai pria yang mengancamnya. Itu bisa dilihat dari ekspresi wajahnya.     

"Baiklah, sekarang katakan padaku. Kenapa kau bisa mempunyai firasat buruk tentangnya?" kini kakaknya ingin tahu. Dia tahu adiknya tidaklah pengecut, apalagi adiknya selalu waspada dalam melakukan segala hal.     

"Pria itu, dia aneh. Anak buah kita tidak akan tertangkap dengan mudah apalagi dua orang ahli yang sudah aku utus. Mereka mengatakan jika ada yang mengacaukan rekaman cctv sehingga dia tidak tahu apa yang terjadi saat mereka hendak menangkap gadis itu. Tidak hanya itu saja, mereka tidak bisa menghubungi ketiga rekan mereka seolah-olah ada yang memanipulasi jaringan telepon mereka. Perangkat elektronik yang dia gunakan juga rusak akibat virus. Mereka juga sudah mendatangi lokasi tapi ketiga rekan mereka sudah menghilang begitu juga dengan gadis itu. Semua yang terjadi tidak mungkin hanya kebetulan semata dan kita harus waspada karena sudah ada yang turun tangan untuk membantu Aleandra Feodora!" ucap Antonio.     

"Jadi menurutmu pria yang baru saja menghubungimu adalah pelaku yang telah menggagalkan rencana mereka?" tanya kakaknya.     

"Yeah, sudah aku katakan, semua yang terjadi tidak hanya kebetulan. Ketiga anak buah kita menghilang, kemungkinan yang satu tertangkap dan jangan-jangan kedua rekannya sudah mati. Aku bisa mendengar teriakan anak buah kita tadi, sepertinya pria itu menyiksa dirinya agar dia mau menghubungiku. Kita tidak tahu siapa yang ditemukan oleh gadis itu untuk menolongnya tapi kita harus berhati-hati karena sekarang dia sudah mendapat dukungan yang kuat," ucap Antonio.     

"Baiklah, yang kau katakan sangat benar. Ternyata gadis itu cukup pintar. Sepertinya dia memanfaatkan ketidakberdayaannya dengan sangat baik sehingga dia mendapatkan dukungan tapi jangan kira kita akan takut hanya sebuah gertakan."     

"Apa kau punya rencana?" tanya Antonio.     

"Utus beberapa orang ke sana, kali ini kita ubah strategi. Misi mereka bukan menangkap Aleandra saja tapi kita cari tahu siapa orang yang membantunya. Siapa pun orang itu, dia sudah berani menantang kita dan aku tidak akan membiarkannya hidup apalagi dia sudah mengacaukan misi anak buah kita dan menghabisinya."     

"Baiklah, kali ini aku akan mengirim beberapa orang lagi ke sana untuk mencari tahu siapa pria itu. Aku akan meminta mereka untuk bertindak dengan hati-hati dan dua orang yang ada di sana akan aku pinta untuk berhati-hati juga karena bisa saja mereka sudah ketahuan!"     

"Bagus!"     

Mata Antonio tidak lepas dari kakaknya yang berjalan untuk mengambil minuman. Padahal dia bisa melupakan Aleandra dan melepaskan gadis itu apalagi mereka sudah menghabisi keluarganya. Tapi sepertinya dendam dan kebencian yang membuat sang kakak tidak mau melepaskan Aleandra Feodora.     

"Utus juga seseorang untuk mencari kelemahan Aleandra, kita bisa memanfaatkan hal ini nanti untuk menangkapnya. Aku tidak akan puas sebelum mendapatkan gadis itu, sebab itu aku tidak akan berhenti sampai kita mendapatkannya!"     

"Tenang saja, Brother," Antonio beranjak dan mendekati kakaknya, "Siapa pun pria yang membantunya, kita pasti akan menyingkirkan pria itu dan kau pasti bisa mendapatkan Aleandra seperti yang kau inginkan agar kau puas karena dendam yang kau pendam sudah terbalas," ucapnya lagi.     

"Hng, kita pasti bisa menyingkirkannya," ucap kakaknya.     

Sekarang mereka sudah tahu jika ada yang membantu Aleandra dan mereka akan semakin waspada. Ketiga anak buahnya yang hilang anggap saja sudah mati dan memang yang dua sudah mati, sedangkan yang satu lagi belum.     

Anak buahnya itu sudah terlihat tidak berdaya karena siksaan yang dia dapatkan. Setelah selesai berbicara dengan Antonio, Max kembali memberi siksaan untuknya. Sepuluh jarinya yang sudah dipatahkan oleh Jared tidak ada lagi, kuku kaki berserakan di atas lantai. Max bersenang-senang saat menyiksa pria itu. Dia tidak akan membiarkan tawanannya mati, kali ini dia akan membiarkan tawanannya hidup lebih lama.     

Kedua tangannya sudah berlumuran darah, pisau kecilnya bermain dengan lincah setiap kali dia mengiris daging tawanannya sedikit demi sedikit bahkan darahnya sudah membasahi lantai.     

"Bu-Bunuh aku sekarang," pintanya dengan lemah. Dia sudah tidak sanggup lagi mendapat siksaan lebih dari pada itu.     

"Membunuhmu?" Max mengelap darah yang terdapat di mata pisau.     

"Aku berbaik hati membiarkan kau hidup agar kau melihat apakah yang kau katakan tentang bosmu benar atau tidak. Jika dia sehebat yang kau katakan tadi, maka dia pasti akan datang untuk menyelamatkan dirimu. Kau sangat ingin melihat aku menangis di bawah kakinya sambil memohon, bukan?"     

Pria itu tidak menjawab, matanya menatap Max dengan tajam. Dia tahu Max membiarkan dirinya hidup untuk membuktikan padanya apakah bosnya benar-benar hebat atau tidak dan bisa mengalahkan dirinya atau tidak tapi kenapa dia jadi meragukan kehebatan bosnya?     

"Tidak perlu banyak membual dan tidak perlu menunggu kedatangan bosku. Tunjukkan kemampuanmu saat ini juga dan bunuh aku!" pinta pria itu.     

"Sudah aku katakan, kau tidak akan mati dengan mudah! Kau begitu meremehkan aku dan sangat membanggakan bosmu jadi aku ingin memberikan kau pertunjukan agar kau tidak kecewa nantinya. Tidak perlu khawatir, bosmu akan bergabung denganmu nanti dan berdoa saja agar dia bisa membebaskan dirimu!"     

Pria itu menelan ludah, sial. Didengar dari perkataannya seperti bosnya akan berakhir sama seperti dirinya. Tidak, dia harus percaya jika bosnya bisa menemukan dirinya dan menyelamatkannya.     

"Berbicaralah sesuka hatimu, kau sudah berani menantang bosku jadi jangan harap dia akan melepaskan dirimu apalagi kau sudah berani menginginkan wanita miliknya. Percayalah, saat waktunya sudah tiba nanti, kau pasti akan mati di tangannya!"     

"Ha... Ha... Ha... Ha...!" Max tertawa terbahak. Sungguh lelucon yang sangat menghibur.     

"Jika begitu aku sangat menantikannya dan kau akan menyaksikannya nanti. Sebab itu aku membiarkan kau hidup jadi nikmati waktumu!" Max memberikan perintah pada anak buahnya untuk mengurung pria itu dan menjaganya agar dia tidak mati sampai di mana hari dia membawa pria bernama Antonio ke tempat itu dan mempertemukan mereka berdua.     

Pria itu berteriak saat dua anak buah Max membawanya pergi. Max mencuci tangannya yang masih dipenuhi darah, sedangkan Jared melangkah mendekatinya sambil membawa sebuah handuk bersih.     

"Bereskan tempat ini, Jared. Ingat, pria itu tidak boleh mati sampai aku membawa pria yang bernama Antonio itu bergabung dengannya."     

"Yes, Master."     

Max mengambil handuk yang diberikan oleh Jared, sekarang dia sudah terlibat semakin jauh dalam permasalahan Aleandra dan dia rasa hanya dia saja yang mau melakukannya. Walau dia tidak mau terlibat dengan permasalahan orang lain tapi kali ini pengecualian. Dia sudah tidak bisa berhenti atau mundur lagi, apalagi dia sudah mengambil keputusan.     

"Sekarang antar aku pulang, Jared!" perintahnya.     

Jared mengangguk dan mengikuti langkahnya untuk keluar dari tempat itu. Suara teriakan pria Rusia itu terdengar tapi tidak akan ada satu orang pun yang akan peduli dengan teriakannya.     

Pintu tertutup, Max melangkah menuju mobil. Sekarang waktunya pulang untuk menemui pelayan cantik yang sudah membuatnya gila. Dia tidak akan melepaskan gadis itu sekali pun Aleandra ingin lari darinya. Dia akan membuat Aleandra jatuh cinta padanya dan setelah itu, dia akan menjadikan gadis itu sebagai miliknya dan mengikatnya untuk seumur hidupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.