Hi's Like, Idiot But Psiko

Hari Sial Caitlyn



Hari Sial Caitlyn

0Caitlyn bukanlah wanita yang mudah menyerah apalagi demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Hari itu dia memberanikan diri datang ke rumah Max karena dia ingin tahu apakah yang dikatakan oleh wanita yang dia temui waktu itu benar atau tidak.     

Wanita itu sudah berdiri di depan pagar, semoga saja dia bisa bertemu dengan gadis itu lagi tanpa sepengetahuan Maximus. Tidak saja Caitlyn yang datang pagi itu, lagi-lagi sebuah drone terbang di antara pepohonan untuk mengintai rumah itu. Tentunya drone itu milik Oliver dan juga Austin.     

Mereka ingin tahu kenapa gadis yang hendak mereka jadikan mata-mata tidak pernah menghubungi mereka, bagaimanapun mereka harus mencari sekutu dan hanya pelayan itu yang bisa mereka jadikan sekutu.     

Seorang wanita yang berdiri di depan pagar tertangkap oleh kamera yang ada di drone milik Oliver dan Austin.     

Mereka berdua saling pandang, "Siapa wanita itu, Austin?" tanya Oliver.     

"Entahlah, aku baru melihatnya. Sebaiknya kita melihat lebih jauh. Mungkin kita bisa mendapatkan sesuatu," jawab Austin.     

"Kau benar!" Mereka terus mengawasi untuk melihat siapa wanita itu. Mungkin saja mereka bisa memanfaatkan wanita itu sehingga mereka tidak perlu mengharapkan gadis pelayan itu lagi.     

Caitlyn berusaha memanggil penjaga yang berdiri tidak jauh darinya, dia harap bisa bertemu dengan wanita yang mengaku sedang hamil anak Maximus. Dia benar-benar tidak percaya dengan perkataan yang diucapkan oleh wanita itu. Jika dia memang hamil, perutnya pasti akan membesar dan dia ingin melihatnya hari ini.     

"Hei, kau!" Caitlyn memanggil si penjaga.     

"Ada apa? Hari ini tidak terima tamu!" ucap penjaga itu dengan sinis.     

"Aku hanya ingin bertemu dengan wanita yang ada di dalam," pinta Caitlyn.     

"Pelayan?" tanya penjaga itu karena hari ini dua pelayan sudah dibawa ke rumah itu.     

"Ya, pelayan. Apa kau pikir ada yang lainnya?" Caitlyn berteriak marah.     

"Yang mana? Di dalam sana ada dua pelayan. Jika ingin bertemu dengannya sebaiknya meminta ijin terlebih dahulu!"     

"Oh, ayolah. Aku sahabat baik Maximus. Aku pernah datang waktu itu, apa kau lupa denganku?" Caitlyn berkata demikian agar penjaga itu memanggilkan Aleandra keluar dari rumah.     

Penjaga itu cuek saja, dia berbicara dengan seseorang melalui talkie walkie dan melihat ke arah Caitlyn sesekali.     

"Hei, jangan abaikan aku!" teriak Caitlyn, dia tidak terima penjaga itu mengabaikan dirinya.     

Oliver dan Ausntin kembali saling pandang, dilihat bagaimanapun wanita itu seperti penggemar. Sebaiknya mereka menerbangkan drone itu semakin dekat agar mereka bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas dan agar mereka tahu apa yang sedang wanita itu bicarakan.     

Caitlyn masih berteriak di luar pagar, dia kira tidak ada Max di rumah. Dia sengaja ingin memancing Aleandra tapi dia tidak tahu jika Max mendengar teriakannya. Seorang anak buah menghampiri Maximus dan mengatakan jika seorang wanita membuat keributan dan wanita itu berkata jika dia adalah sahabat bosnya.     

Max berdiri di depan jendela melihat Caitlyn masih berteriak bagaikan orang gila di depan rumahnya, kedua tangan sudah mengepal, amarah memenuhi hati. Beraninya wanita itu berteriak seperti itu di depan rumahnya?     

"Bagaimana, Sir. Apa aku harus menebaknya?" tanya anak buahnya.     

"Tidak perlu, aku yang akan keluar!" ucap Max. Hari ini dia akan memberikan pelajaran pada Caitlyn jika dia tidak boleh berbuat sesuka hatinya apalagi di rumahnya.     

Anak buahnya mengangguk dan berlalu pergi, sedangkan Max melangkah menuju pintu dan keluar dari rumahnya. Caitlyn terkejut, begitu juga dengan Oliver dan Austin. Mereka tidak mengira pria itu berada di rumah.     

"Bawa kembali drone itu, Austin. Dia bisa tahu keberadaannya," Ucap Oliver.     

"Kau tidak perlu khawatir, Oliver. Dia tidak akan tahu jika kita sedang mengintai."     

"Kau yakin? Jangan sampai kita kehilangan drone seharga ribuan dolar itu."     

"Percayalah padaku, kita tidak bisa melewatkan tontonan menarik ini!" ucap Austin. Dia ingin lihat ada hubungan apa antara Maximus dan wanita itu, mungkin saja mereka benar-benar bisa memanfaatkan wanita itu untuk menjadi mata-mata mereka.     

Max melangkah menghampiri pagar, sedangkan Caitlyn ketakutan melihat ekspresi wajahnya yang mengerikan.     

"Apa yang kau lakukan di sini, Caitlyn? Apa kau pikir kau bisa membuat keributan di sini sesuka hatimu?" tanya Max dengan dingin. Tangan sudah terangkat sebagai isyarat kepada anak buahnya untuk membuka pagar.     

"A-Aku rindu denganmu dan ingin bertemu denganmu, Max," jawab Caitlyn.     

"Tidak perlu berpura-pura, apa kau sengaja ingin membuat aku marah?" pagar sudah terbuka, Max melangkah keluar dengan langkah lebar. Caitlyn ketakutan, wanita itu bahkan melangkah mundur dengan kaki gemetar.     

"Aku sudah memperingatimu, Caitlyn. Aku tidak suka mengulangi ucapanku, kau tahu itu tapi kenapa kau tidak juga berhenti? Apa kau pikir begitu menyenangkan membuat aku marah?"     

"Tidak, Max. Aku tidak bermaksud membuatmu marah, aku hanya ingin bertemu denganmu tapi mereka tidak mengijinkan."     

"Jadi kau pikir kau boleh berteriak sesuka hatimu di rumahku, begitu?" teriak Max lantang dan dalam sekejap mata saja, leher Caitlyn sudah berada di dalam cengkeraman tangannya.     

Caitlyn berteriak, cekikan Max semakin erat. Dia mulai memukul tangan Max karena kesulitan bernapas. Tentu saja hal itu membuat Austin dan Oliver terkejut. Seperti yang mereka duga, sepertinya wanita itu hanya penggemar dan mereka bisa memanfaatkannya.     

"Max," mata Caitlyn sudah naik ke atas, dia merasa sudah tidak sanggup lagi. Max melepaskan cekikannya dan mendorong tubuh Caitlyn ke belakang.     

Caitlyn memegangi lehernya dan tampak kesakitan. Dia bahkan ketakutan dan tidak berani melihat ke arah Max. Dia kira pria itu pergi tapi dia tidak menduga pria itu ada di rumah.     

"Sebaiknya pergi dari sini, Caitlyn. Aku masih bermurah hati mengingat persahabatan kita.     

"Aku benar-benar minta maaf, Max," Caitlyn ingin mendekatinya tapi dia terkejut saat Max menarik pistol dan menembak ke arahnya.     

Mata Caitlyn melotot ketika timah panas melewati wajahnya dan menembus beberapa helai rambutnya. Kakinya gemetar, Caitlyn pun jatuh terduduk di atas aspal dan terlihat shock. Tidak itu saja, dia bahkan melakukan hal memalukan. Tanpa dia inginkan, celana yang dia gunakan harus basah karena air seninya sendiri. Itu dikarenakan rasa takut luar biasa yang dia rasakan.     

Dia kira Maximus ingin menembaknya tapi sesungguhnya sasaran Max adalah drone yang sedari tadi mengganggu pemandangannya. Peluru yang dia tembakkan mengenai benda itu, drone terjatuh dan tentunya membuat Oliver dan Austin berteriak.     

"Sial, dia menembaknya!" teriak Oliver.     

"Bagaimana pria itu bisa tahu?" teriak Austin pula.     

"Bukanklah sudah aku katakan? jangan terlalu dekat! Sekarang hilang Drone ribuan dolarku!"     

"Shit!" teriak Austin. Dia tidak menyangka penglihatan pria itu begitu tajam. Padahal drone terbang di antara pepohonan tapi mereka tidak tahu, dedaunan yang bergerak akibat drone membuat Max curiga dan melihat keberadaan benda itu.     

Mereka masih melihat rekaman di mana Max mengambil drone milik mereka dan mematikan kamera yang masih menyala. Siapa yang berani memata-matai rumahnya menggunakan benda itu?     

Max kembali melangkah menghampiri Caitlyn yang masih gemetar karena shock. Dia juga tidak berani berdiri karena dia tidak mau Max melihat keadaannya. Dia sangat yakin, celananya pasti basah.     

"Pergi dari sini, Caitlyn. Jika masih sayang nyawa jangan cari gara-gara denganku."     

Caitlyn hanya mengangguk, tidak berani bergerak dan beranjak. Max masuk ke dalam sambil membawa drone milik Austin dan Oliver. Dia tidak menyangka jika ada yang memata-matai rumahnya. Siapa pun orangnya dia akan melihat setiap rekaman yang ada di drone. Siapa tahu dia mendapatkan petunjuk.     

Max sudah masuk ke dalam, Caitlyn segera beranjak dan pergi menuju mobilnya dengan terburu-buru. Tawa para penjaga terdengar saat melihat keadaannya tapi dibalik tawa mereka terdengar umpatan karena mereka harus membersihkan tempat itu agar tidak bau.     

Caitlyn memaki dalam hati, dia tidak akan punya wajah lagi yang bisa dia tunjukkan di tempat itu. Para penjaga itu pasti akan menertawakan dirinya saat melihatnya. Teriakan dan sumpah serapah terdengar, dia juga melepaskan celana yang dia gunakan dengan terburu-buru. Jangan sampai baunya membuatnya pingsan di dalam mobil sendiri. Ini benar-benar memalukan tapi beruntungnya Max tidak melihat keadaannya yang memalukan itu. Ini benar-benar hari sialnya, semoga tidak ada yang tahu selain para penjaga itu.     

Max masuk ke dalam rumah dan hendak membawa drone yang dia temukan ke dalam ruangannya tapi langkahnya terhenti ketika melihat Aleandra keluar dari kamar. Dia terbangun karena mendengar keributan di luar sana.     

"Ada apa, Max? Kenapa begitu ribut di luar sana?" tanya Aleandra.     

"Tidak ada apa-apa," Max meletakkan drone ke atas meja dan menghampiri Aleandra.     

"Benarkah? Aku dengar ada yang berteriak."     

"Itu hanya orang gila yang kebetulan lewat, tidak perlu di pikirkan."     

Aleandra mengernyitkan dahi, orang gila? Bagaimana mungkin orang gila bisa masuk ke tempat itu yang dijaga dengan begitu ketat?     

"Bagaimana keadaanmu?" Aleandra sudah berada di gendongannya.     

"Aku baik-baik saja," kedua tangan Aleandra sudah melingkar di leher Maximus.     

"Bagus, sekarang kau harus makan sesuatu!" Max membawanya menuju dapur. Beruntungnya hari ini dia tidak pergi ke mana pun dan beruntungnya Caitlyn membuat keributan sehingga dia bisa mendapatkan drone itu. Walau sesungguhnya dia tidak suka Caitlyn berbuat seperti itu. Entah kenapa dia jadi curiga, jangan-jangan selama ini rumahnya sudah diintai sejak lama oleh orang seseorang. Sebaiknya dia waspada karena dia belum tahu, musuh mana yang berani mengintai rumahnya.     

Di tempat lain, Oliver dan Austin terlihat frustasi. Sepertinya mereka tidak bisa mengintai lagi karena drone mereka sudah di dapatkan oleh Max. Bukan mereka tidak mampu membeli sebuah drone lagi tapi pria itu pasti akan semakin waspada.     

"Bagaimana ini, Austin. Kita sudah tidak bisa mengintai rumahnya lagi," ucap Oliver.     

"Jangan putus asa, Sayang," Austin terlihat sibuk mematikan laptopnya dan menyalakan mobil karena saat itu mereka memang sedang berada di mobil.     

"Mau apa kau?"     

"Wanita itu, kita bisa menggunakan dirinya. Sebentar lagi dia pasti keluar dari area rumah itu," ucap Austin.     

"kau benar," Oliver sudah memasang sabuk pengaman. Kebetulan hanya ada satu jalan, mobil Caitlyn pasti akan melewati mereka. Walau drone milik mereka diambil oleh Max tapi mereka memiliki seribu satu cara.     

Mereka menunggu cukup lama dan akhirnya mobil yang dibawa oleh Caitlyn melewati mereka. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, mereka mengikuti mobil Caitlyn. Wanita itu akan mereka manfaatkan demi tujuan mereka dan mereka yakin, kali ini mereka bisa mendapatkan mata-mata untuk mencari kelemahan Maximus Smith.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.