Hi's Like, Idiot But Psiko

Saling Memanfaatkan



Saling Memanfaatkan

0Caitlyn sangat marah, dia tidak menyangka Max ada di rumah sehingga melihat dirinya. Benci, dia benci dengan wanita yang sudah merebut Max. Walau Maximus tidak memiliki perasaan padanya dan hanya menganggapnya sebagai sahabat saja tapi dia tidak terima ada yang merebut pria yang dia sukai.     

Dia akan membuat perhitungan dengan wanita itu, jika dia tidak bisa berada di samping Maximus maka tidak ada satu wanita pun yang boleh. Caitlyn membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera cepat tiba di rumah agar dia bisa mandi.     

Tubuhnya mulai berbau tidak sedap, dia bahkan menyemprotkan banyak pewangi dan membuka kaca jendela mobil agar tidak begitu bau. Dia sungguh tidak menyangka Maximus akan membidik ke arahnya walau dia tahu sasaran Max adalah drone entah milik siapa tapi dia rasa itu semacam peringatan yang diberikan oleh Maximus untuknya.     

"Sialan!" umpat Caitlyn seraya memukul setir mobil.     

Dia sudah menyukai pria itu begitu lama, sebagian wanita takut mendekati Max tapi dia tidak apalagi setelah dia tahu siapa Maximus Smith. Dia sangat ingin menjadi wanita yang paling istimewa bagi pria itu tapi bagaimana caranya?     

Padahal dia berniat menjebak Max menggunakan obat perangsang ketika pria itu setuju makan malam di rumahnya. Dia akan menjebak pria itu sehingga mereka menghabiskan malam penuh gairah berdua. Dia berniat mengandung anak Maximus sehingga pria itu menikahinya demi bayi yang dia kandung. Cara kotor apa pun akan dia lakukan supaya dia bisa menjadi istri Maximus tapi apa yang terjadi? Seorang wanita dengan begitu cerdiknya menjadi kekasih Max dan mengandung anaknya. Dia rasa wanita itu menggunakan cara kotor. Sekarang dia sudah tidak bisa menggunakan cara kotor lagi untuk menjebak Max karena dia tahu pria itu pasti akan menolak ajakan makan malamnya.     

Caitlyn kembali memukul setir mobil, matanya melihat ke arah spion mobil kembali dan sangat heran ketika melihat sebuah mobil mengikutinya. Sepertinya mobil itu sudah berada di belakangnya sedari tadi. Caitlyn tampak berpikir dan melihat mobil itu lagi. Apa dia sedang diikuti? Tapi siapa mereka? Matanya masih melihat ke arah spion, sepertinya orang yang mengikutinya sedang cari gara-gara. Hatinya sedang kesal seperti itu jadi tidak akan dia biarkan mereka.     

Tanpa Oliver dan Austin duga, Caitlyn meminggirkan mobilnya ke pinggir jalan. Sudah cukup dia diikuti seperti itu, mau siapa pun mereka, dia tidak akan takut. Mobil yang dibawa oleh Caitlyn sudah berhenti, Austin juga menghentikan laju mobilnya dan berhenti tepat di belakang mobil Caitlyn.     

"Hei, mau apa kalian?" teriak Caitlyn sambil melihat ke arah belakang.     

"Biar aku," Oliver membuka sabuk pengamannya dan segera keluar dari mobil.     

Mata Caitlyn menatap Oliver dengan tajam dan penuh kemarahan. Siapa wanita itu dan mau apa dia?     

"Siapa kau? Kenapa kau mengikuti aku?" tanya Caitlyn dengan sinis.     

"Aku hanya ingin berbicara denganmu," Oliver mendekatinya sambil tersenyum.     

"Tidak ada yang perlu dibicarakan karena kita tidak saling mengenal," Caitlyn hendak menaikkan kaca jendela mobilnya tapi Oliver segera menahannya.     

"Tunggu, jangan pergi dulu. Aku ingin mengajakmu bekerja sama!" ucap Oliver.     

Caitlyn menghentikan niatnya dan menatap Oliver kembali, apa maksud perkataan wanita tidak dikenal itu?     

"Aku rasa kita tidak ada urusan apalagi untuk bekerja sama!"     

"Ayolah, aku melihat kau dari rumah Maximus Smit tadi."     

"Lalu? Apa urusannya denganmu?" tanya Caitlyn sinis.     

"Aku perhatikan kau ditolak olehnya," Oliver mulai memancing.     

"Jangan asal bicara, aku tidak ditolak olehnya! Wanita sialan itu yang telah merebutnya dariku!" teriak Caitlyn lantang. Kemarahan kembali menguasai hatinya karena Oliver seperti sedang menyiram air garam di atas lukanya.     

Oliver terkejut, wanita sialan? Apakah Maximus sudah memiliki seorang kekasih? Sepertinya demikian apalagi dia sudah menduga jika wanita itu penggemar Maximus dan dia tidak menduga ada persaingan cinta. Ini bagus, dia tidak menyangka akan mendapatkan kejutan seperti ini dan dia bisa menggunakan hal ini untuk menyerang Maximus.     

"Coba katakan padaku, siapa wanita sialan itu? Mungkin aku bisa membantu," Oliver tersenyum. Biasanya wanita yang dibutakan oleh cinta akan sangat mudah dihasut.     

"Untuk apa kau tahu dan untuk apa kau membantuku?" Caitlyn menatapnya dengan penuh selidik.     

"Sejujurnya aku pernah di tolak oleh Maximus seperti dirimu," dusta Oliver.     

"Lalu?"     

"Dengar, kita sama-sama ditolak dan jujur saja aku tidak terima. Aku tidak akan membiarkan satu wanita pun menjadi miliknya dan aku rasa kau juga sama tapi tenang saja, aku tidak menginginkan dirinya lagi. Aku hanya ingin membalas sakit hatiku karena ditolak olehnya, hanya itu saja,. Dan jika Maximus sudah memiliki kekasih, maukah kau mengatakan padaku siapa wanita itu? Mungkin aku bisa menyingkirkannya," Oliver masih berkata dusta.     

"Apa untungnya buatmu menyingkirkan wanita itu? Jika kau berhasil aku akan mengejarnya sampai dapat dan setelah itu, apa kau akan menyingkirkan aku juga?" Tanya Caitlyn.     

OLiver tersenyum, ternyata wanita itu tidak sebodoh yang dia kira. Tapi dia tidak akan kehabisan akal untuk mengelabuinya.     

"Sudah aku katakan padamu, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin membalas rasa sakit hatiku satu kali saja karena dia telah menolak aku dan menghina aku. Aku ingin mencari kelemahannya untuk membalaskan rasa sakit hati ini dan aku rasa wanita itu kelemahannya. Bukankah dia harus merasakan bagaimana rasanya dihina agar dia tidak sembarangan menghina dan menolak wanita yang menyukainya lagi? Aku rasa kau juga sangat ingin menyingkirkan wanita itu, bukan?"     

Caitlyn menatap Oliver dengan tatapan curiga, dilihat bagaimanapun wanita itu tidak meyakinkan tapi dia rasa ada untungnya untuk dirinya. Jika wanita itu bisa menyingkirkan kekasih Max maka dia bisa mendekati Maximus lagi untuk mengambil hatinya dan rencana kotornya dapat dia jalankan.     

"Bagaimana, kau mau bekerja sama denganku, bukan? Hal ini tidak merugikan dirimu. Aku hanya ingin kau mengatakan padaku siapa kekasih Maximus Smith agar aku bisa membalas rasa sakit hatiku padanya," ucap Oliver.     

Caitlyn masih menatap Oliver, apa hanya itu tujuan wanita itu? Jika demikian maka dia bisa memanfaatkan wanita itu untuk menyingkirkan kekasih Maximus. Ini benar-benar tidak terduga, dia tidak perlu repot-repot menyingkirkan wanita itu dan dia tidak mau terlibat. Walau dia tahu sasaran Max tadi bukanlah dia tapi itu seperti sebuah peringatan baginya dan dia tidak mau Max benar-benar membunuhnya. Walau dia menginginkan pria itu tapi dia tidak mau mati. Sekarang dia mendapat tawaran yang tidak terduga dan tentunya dia tidak mau menjadi sekutu wanita itu tapi wanita itu bisa menyingkirkan kekasih Max untuknya. Anggap saja mereka saling memanfaatkan saat itu dan memang itulah yang sedang terjadi.     

"Aku tidak mau terlibat denganmu karena aku tahu siapa Maximus, tapi aku akan mengatakan padamu siapa kekasihnya. Wanita itu, dia sedang hamil anaknya dan aku rasa dia memang kelemahan Maximus," ucap Caitlyn.     

Caitlyn terkejut, jadi kekasih Maximus sedang hamil? Ini benar-benar di luar dugaannya.     

"Katakan padaku, siapa sebenarnya wanita itu?" tanya Oliver. Dia terlihat bersemangat. Tidak sia-sia mereka mengikuti Caitlyn.     

"Hanya ada satu wanita di rumahnya, seharusnya kau tahu!" setelah berkata demikian Caitlyn menutup kaca pintu mobil dan menjalankan mobilnya. Dia rasa sudah cukup, jika terjadi sesuatu pada kekasih Max nanti, dia benar-benar tidak mau terlibat karena dia hanya ingin mengambil keuntungan saja.     

Oliver belum beranjak, apakah yang dimaksud oleh wanita itu adalah gadis yang dia ajak bekerja sama? Sambil melangkah menuju mobilnya, Oliver berpikir dengan keras. Jika bukan gadis itu lalu siapa lagi? Selama melakukan pengintaian, hanya satu wanita saja yang berada di rumah Maximus dan sepertinya tebakannya tidaklah salah.     

"Bagaimana, Oliver?" tanya Austin setelah Oliver masuk ke dalam mobilnya.     

"Dia bilang Maximus punya kekasih," ucap Oliver.     

"Benarkah?" Austin tampak tidak percaya.     

"Ya, aku juga tidak ingin percaya tapi kita sudah melihat apa yang dia lakukan di rumah Maximus Smith. Dia menyukai pria itu dan ternyata ada pesaing cintanya di rumah itu."     

"Hei, apa maksudmu?" tanya Austin tidak mengerti.     

"Dengar, Austin. Wanita itu berkata jika Max memiliki kekasih yang sedang mengandung anaknya dan dialah satu-satunya wanita yang berada di rumah Maximus. Kau tahu, bukan?"     

"Sial! Jadi wanita itu adalah kekasih Max?" Austin terlihat kesal.     

"Ya, dan dia sedang hamil anak Maximus. Betapa bodohnya kita, kita mencari kelemahan Maximus selama ini dan menawarkan kerja sama pada gadis itu untuk mencari kelemahan Maximus tanpa kita sadari ternyata dia sendirilah kelemahan Maximus Smith."     

"Sial, jika kita tahu sudah kita culik wanita itu untuk dijadikan umpan sehingga kita bisa membunuh Maximus!" Austin memukul setir mobilnya. Mereka mencari kelemahan Maximus dengan susah payah tanpa mereka sadari jika wanita yang mereka temui adalah kelemahan Maximus. Pria itu pasti akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan kekasih dan juga bayinya.     

"Masih belum terlambat, Austin. Sekarang kita sudah tahu kelemahannya, kita hanya butuh wanita itu saja untuk menghancurkan dirinya. kita bisa menyusun rencana untuk menculiknya. Aku sudah pernah bertemu dengannya satu kali, aku pasti bisa memperdaya dirinya lagi sehingga dia mau ikut denganku."     

"Bagaimana caranya, Sayang? Drone kita sudah diambil dan kita sudah tidak bisa mendekati rumah itu sesuka hati kita lagi karena Maximus Smith pasti akan semakin waspada dan menambah penjaga untuk menjaga rumahnya."     

Oliver tampak berpikir, apa yang dikatakan oleh Austin sangat benar. Mereka sudah tidak bisa berada di area rumah itu lagi untuk mengintai. Memang di rumah itu banyak cctv tapi sampai sekarang, mereka tidak bisa meretas satu pun cctv yang ada di rumah itu. Sebab itu mereka menggunakan drone untuk mengintai dan sekarang, satu-satunya cara yang mereka miliki justru ketahuan.     

Mereka berdua masih berada di sana, mereka juga terlihat berpikir. Cukup lama mereka berada di sisi jalan dan akhirnya sebuah gila didapatkan oleh Oliver.     

"Aku punya cara bagus," ucapnya.     

"Benarkah? Katakan padaku ide apa yang kau punya?" Austin memandanginya.     

"Dengar," Oliver mendekatinya dan berbisik di telinga Austin untuk mengatakan apa yang akan dia lakukan nanti. Austin terkejut, cara gila tapi memang patut di coba.     

"kau yakin akan melakukannya?" tanya Austin.     

"Tentu, demi membalas dendam aku tidak takut melakukan apa pun!"     

"Baiklah, kita pergi dari sini dan setelah itu kita cari kesempatan bagus untuk melancarkan rencanamu itu."     

Oliver mengangguk, mereka memang butuh kesempatan bagus untuk melancarkan rencana mereka dan kali ini dia yakin tidak mungkin gagal apalagi mereka sudah tahu kelemahan Maximus tapi apa mereka kira perkataan Caitlyn adalah nyata? Apa benar Aleandra adalah kelemahan Maximus? Tapi sesungguhnya mereka tidak tahu, jika apa yang diucapkan oleh Caitlyn hanya tipuan semata yang diucapkan oleh Aleandra tanpa ada maksud apa-apa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.