Hi's Like, Idiot But Psiko

Beri Aku Kesempatan



Beri Aku Kesempatan

0Mereka berdua masih diam. Tidak ada satu pun yang bersuara, mereka seperti sedang menyusun kata-kata yang akan mereka ucapkan nanti. Perasaan Aleandra semakin tidak menentu, air matanya bahkan masih mengalir tanpa dia inginkan.     

Dia tahu Fedrick tidak akan menerima keputusannya itu, dia tahu Fedrik tidak akan mau karena sejatinya hubungan mereka baik-baik saja. Sekarang dia jadi merasa jika dia adalah bajingan yang telah mengkhianati cinta Fedrick. Dia ingin menjalin hubungan dengan pria lain tanpa sepengetahuan Fedrick dan lebih buruknya lagi, dia memilih menjalin hubungan dengan pria yang hadir kemudian di antara mereka dan memutuskan hubungannya dengan Fedrick.     

Tangis Aleandra semakin pecah dan Fedrick dapat mendengarnya. Apa ada yang memaksa Aleandra untuk mengakhiri hubungan mereka? Atau ada seseorang yang menekan Aleandra sehingga Aleandra ingin lepas darinya?     

"Kenapa kau menangis, Aleandra? Apa ada yang memaksa dirimu di sana?" tanya Fedrick.     

"Tidak, Fedrick! Tidak ada yang memaksa aku. Aku yang menginginkannya!" jawab Aleandra.     

"Kenapa, katakan padaku apa alasannya?" Fedrick menunduk dengan bahu gemetar karena air matanya tumpah tanpa dia inginkan.     

"Seharusnya kau tahu, Fedrick. Seharusnya kau tahu tanpa aku jelaskan atau kau memang ingin mendengarnya dari mulutku sendiri?" tanya Aleandra.     

"Beri aku kesempatan, Aleandra. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku akan selalu memberikan waktuku untukmu mulai sekarang. Aku tidak akan sibuk dengan pekerjaanku lagi dan akan selalu ada untukmu jadi berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita!" pinta Fedrick memohon. Dia tahu kesalahan yang telah dia lakukan, dia tahu kenapa Aleandra ingin berpisah dengannya. Dia selalu tidak punya waktu untuk Aleandra bahkan dia tidak berada di sisi Aleandra saat gadis itu sedang mengalami masalah. Pria macam apa dirinya yang selalu tidak memiliki waktu untuk kekasihnya dan tidak tahu apa yang kekasihnya alami?     

Dia hanya mementingkan pekerjaannya dan tidak peduli dengan Aleandra. Sungguh dia jadi menyadari segala kesalahan yang dia lakukan setelah Aleandra tidak ada dan dia sangat ingin menebus kesalahannya itu.     

Aleandra mengusap air matanya yang terus mengalir, dia tahu hatinya tidak akan kuat. Dia tahu dia tidak akan sanggup mengakhiri hubungan mereka. Mereka berdua kembali diam, kali ini untuk meredakan emosi yang menguasai hati.     

"Beri aku kesempatan, Please," pinta Fedrick lagi dengan nada memohon.     

"Hubungan kita tidak akan berhasil, Fedrick. Aku sudah memutuskannya jadi maaf," ucap Aleandra.     

"Tidak, Aleandra Sayang. Aku sangat mencintaimu, aku memang sudah membuat kesalahan besar tapi aku benar-benar tulus mencintaimu. Aku tidak sanggup kehilangan dirimu, aku bahkan sudah membeli cincin untuk melamarmu jadi kembalilah. Kita akan menikah dan aku tidak akan pernah mengabaikan dirimu lagi setelah ini!"     

"Apa kau merasa seperti itu setelah aku tidak ada, Fedrick?" tanya Aleandra.     

"Tidak, bukan begitu!" sangkal Fedrick.     

"Tidak perlu menipu aku, Fedrick. Kita sudah menjalin hubungan begitu lama tapi tidak pernah satu kali pun kau berpikir akan hal itu. Apa kau pernah mengajak aku melakukan sesuatu yang romantis? Apa kau pernah memberikan aku hadiah? Bahkan saat ulang tahunku saja kau tidak ada bersama denganku. Aku selalu menghabiskan waktu bersama rekan-rekanku di tempatku bekerja saat hari ulang tahunku lalu mereka akan bertanya, dia mana kekasihmu, Aleandra? kenapa dia tidak memberikan kejutan untukmu? Kau tahu, Fedrick? Hampir setiap tahun aku mendengarnya dan aku mulai terbiasa dengan ketidak adanya dirimu di sisiku. Apa menurutmu hubungan kita yang seperti ini akan berhasil? Kedua orangtuaku bahkan menyarankan aku untuk mengakhiri hubungan kita tapi aku tidak mau dan sekarang, aku rasa sudah saatnya kita mengakhiri hubungan kita."     

"Tidak!" teriak Fedrick, "Sampai kapan pun, aku tidak mau mengakhiri hubungan kita. Aku tahu kau melakukan ini karena kau takut, aku tidak akan menganggap serius apa yang kau ucapkan saat ini dan menganggap kau mengatakannya karena rasa takutmu saja. Jika kau tidak mau mengatakan di mana kau berada, tidak apa-apa tapi aku akan mencarimu dan membawamu pulang. Di mana pun kau berada, tunggulah aku. Aku pasti akan menemukanmu, Aleandra," ucap Fedrick lagi.     

"Jangan lakukan hal itu, Fedrick. Semuanya akan sia-sia. Aku juga tidak mau kau dan keluargamu terlibat dengan permasalahan yang sedang aku alami jadi jangan melakukan apa pun dan lupakan aku!" pinta Aleandra.     

"Tidak akan pernah, Aleandra. Tidak akan pernah! Aku mencintaimu, sangat mencintaimu jadi aku tidak mau hubungan kita berakhir!" Fedrick masih menolak karena dia memang tidak ingin hubungan mereka berakhir.     

"Fedrick!" Aleandra hampir berteriak karena dia sudah meminta dengan sangat tapi Fedrick tidak juga mau mengakhiri hubungan mereka.     

Maximus hanya diam mendengarkan, ternyata pria itu begitu mencintai Aleandra. Sepertinya dia mendapatkan saingan cinta yang lumayan berat tapi tidak jadi soal karena dia tahu jika dia yang akan menjadi pemenangnya.     

"Di mana pun kau berada, tunggu aku baik-baik, Aleandra. Aku pasti menemukan dirimu dan aku akan membawamu kembali. Ketika saat itu tiba, aku akan melamarmu. Jika kau tidak mau tinggal di sini lagi, tidak masalah. Dunia ini luas, aku akan membawamu pergi yang jauh dan kita akan menghabiskan waktu bersama. Kita akan pergi memanjat tebing bersama, kita akan membangun rumah sederhana di tempat terpencil seperti yang kau inginkan. Kita akan membangun keluarga di sana dan kita akan menua bersama di sana!" ucap Fedrick.     

"Hentikan, Fedrick. Berhenti mengatakan hal itu!" pinta Aleandra. Satu tangannya sudah menutupi wajah, air mata mengalir dengan derasnya. Apakah keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka adalah salah?     

"Itu impian yang kau ucapkan dulu dan aku tidak akan melupakannya. Aku sangat merindukan dirimu, Aleandra. Tapi aku akan bersabar apalagi kau sedang takut saat ini."     

"Tidak, Fedrick. Sesungguhnya aku?"     

"Ya tebya lyublu," Fedrick mengungkapkan perasaan cintanya dan setelah itu dia mengakhiri pembicaraan mereka. Dia tidak mau mendengar perkataan Aleandra yang hanya ingin mengakhiri hubungan mereka. Dia akan meminta seseorang mencari Aleandra dan setelah itu dia akan membawa Aleandra pergi.     

Teriakan Fedrick terdengar di dalam ruangannya, dia tidak menyangka Aleandra mencarinya hanya untuk mengakhiri hubungan mereka saja. Sekarang dia sangat menyesali tindakan yang dia lakukan. Seharusnya dia lebih perhatian dan waspada pada kekasihnya.     

"Aku tidak akan melepaskan dirimu, Aleandra. Tidak akan pernah! Sekalipun aku menemukan dirimu bersama dengan pria lain, aku pasti akan merebutmu kembali karena kau hanya boleh menjadi milikku saja!"     

Teriakan Fedrick kembali terdengar, pria itu menunduk dengan bahu bergetar. Rasa sesak memenuhi dada dan dia tidak sanggup menahannya lagi. Rasanya cinta pada Aleandra semakin besar dia rasakan dan dia tidak rela melepaskan gadis itu begitu saja. Jika saja dia memberikan perhatiannya dan mencintai gadis itu dengan benar, dia sangat yakin Aleandra tidak akan memutuskan hubungannya di saat keadaannya seperti itu. Entah apa yang terjadi tapi dia harap Aleandra ingin memutuskan hubungan mereka bukan karena pria lain tapi meskipun karena pria lain, dia tetap tidak akan menyerah walau dia merasa jika dia tidak akan mudah mengambil Aleandra.     

Bukan saja Fedrick yang hancur, Aleandra juga sama. Setelah Fedrick menyudahi pembicaraan mereka, Aleandra membuang ponselnya ke samping dan berlari masuk ke dalam kamarnya. Dia butuh waktu sendiri, dia butuh waktu dan tempat untuk menumpahkan rasa yang menyesakkan dadanya. Dia bahkan tidak peduli dengan Maximus.     

Aleandra menangis terisak, kenapa jadi seperti ini? Padahal dia ingin mengakhiri hubungan mereka tanpa menyisakan kesedihan dan luka tapi kenapa justru rasa bersalah yang tersisa di dalam dada? Dia sangat berharap Fedrick memikirkan perkataannya dan tidak membuang waktu untuk mencarinya karena sekarang dia harus memberikan hati sepenuhnya hanya pada Maximus saja.     

Suara pintu dibanting dengan kasar tidak membuat Maximus bergeming. Pria itu masih duduk di tempatnya, earphone masih terpasang di telinganya. Entah kenapa dia merasa tidak seharusnya dia mendengar pembicaraan itu. Apa dia yang telah menyebabkan hubungan mereka berdua itu jadi hancur? Tidak, dia merasa bukan karena dirinya karena itu keputusan Aleandra sendiri.     

Max mengusap wajahnya dengan kasar. Sial, kenapa dia jadi berpikir seperti itu? Dia benar-benar tidak suka situasi seperti ini. Untuk pertama kalinya dia berpikir untuk hal yang tidak penting. Untuk pertama kali pula dia jadi merasa seperti itu dan yeah... lagi-lagi hanya Aleandra yang bisa membuatnya seperti ini. Tidak seharusnya dia berpikir demikian. Lagi pula sejak awal dia sudah memberikan Aleandra keputusan jadi tidak seharusnya dia seperti itu.     

"Shit!" umpatan Maximus terdengar. Earphone dilepaskan, pria itu beranjak dan melangkah menuju kamar Aleandra. Dia tahu tidak mudah bagi Aleandra apalagi Fedrick mengatakan jika dia benar-benar mencintai gadis itu. Dia akan memberikan waktu pada Aleandra tapi dia ingin melihat keadaannya sebentar.     

Di tempat lain, Antonio tertawa terbahak setelah selesai mendengar pembicaraan Aleandra dan Fedrick. Satu pion lagi yang dia dapatkan dan kali ini pion itu benar-benar bisa membawa Aleandra kembali nantinya.     

"Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan lokasinya?" Antonio bertanya pada anak buahnya yang sedang mencari posisi Aleandra.     

"Tidak, aku tidak bisa menemukannya sama sekali. Sepertinya seseorang menyembunyikan keberadaannya. Nomor telepon yang dia gunakan tidak terdeteksi sehingga aku tidak bisa menemukan keberadaannya."     

"Sial!" Antonio mengumpat marah. Seperti yang dia duga, orang yang bersama dengan Aleandra bukan orang sembarangan. Dia tidak boleh meremehkan orang itu, jika nomor ponsel yang digunakan oleh Aleandra saja tidak bisa mereka deteksi maka orang itu benar-benar tidak bisa diremehkan begitu saja.     

"Terus pantau pria bernama Fedrick itu dan cari tahu apa saja yang dia lakukan. Aku akan menemuinya nanti secara pribadi, aku juga akan mengatakan padanya di mana keberadaan Aleandra. Jika ada yang bisa bekerja untuk kita, jadi untuk apa kita bersusah payah?" ucap Antonio dengan seringai lebar.     

Jangan salahkan dirinya yang memanfaatkan situasi, dia memang menginginkan gadis itu tapi gadis itu justru dilindungi oleh seseorang yang tidak boleh mereka remehkan. Sebelum terjun ke medan perang, dia akan memanfaatkan orang-orang yang ada di sekitar gadis itu untuk mendapatkan apa yang dia mau dan jika gagal juga, maka pada saat itulah dia akan menggunakan pion untuk menangkap Aleandra.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.