Hi's Like, Idiot But Psiko

Dinners



Dinners

0Jared membawa sebuah kotak yang diinginkan oleh Maximus. Di dalam kotak itu berisi sebuah kalung berlian. Tentunya di dalam kalung itu berisi alat pelacak. Sudah saatnya memberikan alat pelacak untuk Aleandra, dia merasa akan ada yang memanfaatkan hubungan Fedrick dan Aleandra setelah ini.     

Entah dari pihak musuhnya atau dari pihak musuh Aleandra, dia yakin pasti akan ada yang memanfaatkan situasi seperti itu jadi sebelum kejadian buruk terjadi, dia sudah harus mengambil antisipasi apalagi dia belum tahu siapa wanita yang memberi informasi kepada informan Fedrick.     

Selain mencurigai Caitlyn, dia juga curiga dengan musuhnya. Pasalnya musuh pernah mengintai rumahnya dengan drone, sudah dipastikan musuh tahu jika Aleandra bersama dengannya saat ini.     

Sepertinya masalah akan semakin menjadi rumit karena Fedrick. Tapi ketika saat itu tiba, dia harap Aleandra tetap percaya dengannya dan tidak mengambil tindakan sendiri tanpa sepengetahuan dirinya.     

Ketika Maximus sedang berbicara dengan Jared di dalam ruangannya, Aleandra sibuk membongkar isi lemari karena dia tidak menemukan satu pun gaun yang bisa dia gunakan karena sebentar lagi Max akan mengajaknya pergi makan malam sesuai dengan permintaannya.     

Sial, apa dia harus pergi dengan pakaian casual? Ternyata dia tidak punya gaun sama sekali, itu karena dia tidak pernah membelinya. Sepertinya makan malam mereka harus batal, dia tidak mau mempermalukan Maximus.     

Aleandra segera memakai bajunya, lebih baik dia membuat makan malam untuk mereka berdua. Dia sudah melangkah menuju kulkas saat Maximus keluar dari ruangan bersama dengan Jared.     

Jared pamit pergi, sedangkan Maximus melangkah menuju dapur. Dia sangat heran melihat Aleandra sedang mencuci sayuran.     

"Kenapa kau memasak? Apa kau tidak ingin pergi makan malam?" tanya Max seraya melangkah menghampirinya.     

"Aku rasa kita makan di rumah saja," Aleandra melihat ke arahnya sebentar dan setelah itu dia kembali mencuci sayuran.     

"Kenapa, Aleandra?" Max memeluknya dari belakang dan mencium pipinya.     

"A-Aku tidak punya baju bagus, Max. Aku takut mempermalukan dirimu nanti," wajah Aleandra tersipu. Sungguh memalukan.     

"Apa hanya karena itu saja?"     

Aleandra mengangguk sambil menunduk. Max memutar tubuhnya, senyum terukir di bibir saat Aleandra mendongak dan melihatnya. Tangan Maximus sudah mengusap wajahnya dengan perlahan, dia lupa mengatakan jika semua kebutuhan Aleandra berada di lemari kamarnya.     

"Ma-Maaf, jadi sebaiknya kita makan di rumah saja," ucap Aleandra.     

"Ikut denganku!" Max meraih tangannya dan membawanya menuju kamar. Aleandra sangat heran tapi dia tidak mau bertanya. Dia bahkan menatap Max dengan tatapan heran saat mereka sudah berdiri di depan sebuah lemari.     

"Aku tidak ingin kencan di dalam lemari, Max," ucap Aleandra.     

Maximus terkekeh, apa Aleandra mengira dia ingin mengajaknya bersembunyi di dalam lemari?     

"Nanti aku pasti akan mengajakmu berkencan di sana tapi untuk sekarang tidak. Bukalah, lemari itu untukmu."     

"Wow, jadi aku juga mendapat lemari pribadi? Apa lemari itu terhubung dengan lemarimu?"     

"Aleandra," Max menunggu sambil bersedekap dada.     

"Oke, baiklah," Aleandra melangkah maju, mendekati lemari. Kedua tangan sudah berada di gagang pintu. Dia menebak lemari itu akan menjadi tempat kencan mereka kelak tapi ketika pintu lemari terbuka, mata Aleandra terbelalak melihat isi lemari.     

"Wow!" hanya kata itu saja yang bisa dia ucapkan melihat pakaian dan gaun yang berjajar rapi di dalam lemari. Tidak saja gaun dan pakaian, tas juga high heel yang bisa dia kenakan berada di dalam sana. Setiap laci berisi Jam tangan dan juga perhiasan yang bisa Aleandra gunakan.     

"Apa kau menyukainya, Aleandra?" Max menghampirinya dan memeluknya dari belakang.     

"Semua ini untukku?"     

"Tentu saja, apa kau pikir ada wanita lainnya?"     

Aleandra tersenyum, kedua tangannya berada di lengan Maximus. Dia juga sudah bersandar di dada bidang Maximus.     

"Terima kasih, aku tidak menyangka kau akan menyiapkan hal ini untukku."     

"Kau kekasihku, Aleandra. Sudah seharusnya aku menyiapkan hal ini untukmu. Lagi pula ini hanya sebagian kecil perhatian yang aku berikan karena aku akan memanjakan dirimu sampai mati.     

Senyum manis kembali terukir di bibir Aleandra. Ternyata pria psychopath seperti Maximus benar-benar bisa bersikap begitu romantis.     

"Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk menunda makan malam kita, bukan?" Max berbisik sambil mendaratkan bibir ke wajah Aleandra. Aleandra mengangguk, senyum manisnya masih terukir di bibir.     

"Jika begitu bergegas'lah, aku akan menunggu."     

Aleandra kembali mengangguk, gaun pun segera dipilih. Entah bagaimana caranya tapi semua pakaian yang ada di dalam lemari cocok di tubuhnya. Semua gaun yang ada juga terlihat indah. Dia tidak berani membayangkan harganya, dia tahu harga satu pakaian yang sedang dia kenakan saat ini tidaklah murah. Jam yang dia gunakan juga jam bermerek mahal, perhiasan gelang dan juga anting-anting yang dia kenakan terbuat dari batu permata mahal bahkan dia bisa melihat berlian yang bertabur indah disetiap perhiasan itu.     

Gaun hitam menjadi pilihan, Aleandra melihat penampilannya di depan cermin sambil merapikan rambutnya. Rambut pendeknya cukup dirapikan saja dan penampilannya sudah terlihat luar biasa.     

Sarung tangan juga sudah dikenakan, Max tersenyum melihat penampilan Aleandra yang luar biasa. Pinggang Aleandra sudah diraih, tubuh mereka pun sudah merapat sehingga tidak memiliki jarak.     

"Kau terlihat luar biasa, Aleandra," puji Maximus.     

"Terima kasih, Max. Kau yang telah membuat aku seperti ini," ucap Maximus.     

"Jika begitu ayo kita pergi," Max mencium pipinya sejenak. Penampilan Aleandra terlihat luar biasa, dia jadi enggan membawanya keluar.     

Max membawa Aleandra menuju sebuah restoran yang berada di dekat Golden Gate. Mereka bisa menikmati indahnya jembatan itu di malam hari, mereka juga bisa menikmati laut malam yang indah karena cahaya lampu dari jembatan.     

Sebuah restoran menjadi pilihan, mereka akan duduk di teras untuk menikmati makanan dan juga pemandangan. Restoran itu sudah dipesan secara exclusive oleh Maximus. Dia ingin menghabiskan malam itu berdua saja dengan Aleandra tanpa ada yang mengganggu.     

Mereka disambut dengan ramah oleh pegawai restoran yang sudah menunggu kedatangan mereka. Aleandra tersenyum saat Maximus menggandeng tangannya dan membawanya menuju sebuah meja di mana mereka akan menikmati malam mereka. Sebuah lilin sudah menyala di atas meja, lampu restoran dibuat temaran agar suasana terasa romantis. Lantunan musik merdu yang terdengar semakin membuat suasana terasa berbeda.     

Senyum Aleandra masih mekar saat Maximus menarikkan kursi untuknya. Ucapan terima kasih pun ucapkan, dia tidak akan pernah bosan menerima perlakuan manis yang diberikan oleh Maximus karena dia tahu pria itu begitu mencintainya.     

Steak menjadi menu utama yang mereka pesan, sisanya Aleandra menyerahkannya pada Maximus karena dia tidak tahu makanan lezat yang ada di restoran itu. Dia juga sedang berusaha menyesuaikan diri dengan setiap makanan baru yang dia cicipi. Walau terkadang rasanya aneh tapi dia tetap berusaha menikmatinya apalagi dia sudah memutuskan untuk menetap di Amerika.     

Dua gelas Champagne sudah berada di atas meja, menu pembuka juga sudah diantar oleh pelayan restoran. Menu baru yang belum pernah dicicipi oleh Aleandra sebelumnya dan lagi-lagi dia merasa jika rasa dari menu itu sedikit aneh tapi dia berusaha menikmatinya karena dia tidak mau menghancurkan makan makan mereka.     

"Apa kau tidak menyukai makanannya, Aleandra?" tanya Maximus saat melihat ekspresi anehnya.     

"Bukan begitu, Max. Aku belum terbiasa dengan makanan ini saja," jawab Aleandra sambil tersenyum.     

"Jika begitu lain kali aku akan membawamu ke restoran Rusia."     

"Thanks', tapi aku harus membiasakan diri dengan lingkungan dan makanan yang ada di sini karena bagaimanapun aku sudah memutuskan untuk menetap di sini."     

"Baiklah jika begitu, habiskan makanannya dan setelah itu aku ingin memberikan sesuatu padamu."     

"Aku jadi tidak sabar," ucap Aleandra.     

Mereka kembali menikmati makanan mereka. Gelas champagne pun di adu, mereka menikmati makanan mereka sambil menikmati pemandangan Golden Gate yang indah. Setelah selesai, Max mengajak Aleandra menuju lantai dansa.     

Kedua tangan Maximus berada di pinggang Aleandra, gadis itu tersenyum manis saat Max memandangi wajah cantiknya. Kedua tangan Aleandra berada di bahu Max, mereka bergerak mengikuti lantunan musik merdu. Tidak ada yang mengganggu mereka sehingga mereka bisa bergerak bebas di lantai dansa.     

"Kau bilang ingin memberikan aku sesuatu, Max," ucap Aleandra.     

"Sepertinya kau sudah tidak sabar, Aleandra."     

"Tentu saja," Aleandra berputar dan setelah itu dia berdiri membelakangi Maximus dan bersandar di dadanya. Mereka masih menggerakkan tubuh mereka mengikuti lantunan musik merdu.     

"Jika begitu tutup matamu, Aleandra," pinta Maximus.     

Gerakan mereka sudah berhenti, Aleandra memejamkan matanya. Dia sungguh ingin tahu apa yang hendak Maximus berikan untuknya. Max mengeluarkan kotak yang sedari tadi berada di saku jas, isinya pun dikeluarkan.     

Maximus memakaikan kalung berlian ke leher Aleandra, gadis itu bisa merasakannya, dia bahkan menyentuh bandulan kalung dan rasanya sudah tidak sabar membuka mata untuk melihatnya.     

"Buka matamu sekarang, Aleandra," ucap Max karena dia sudah selesai.     

Mata Aleandra terbuka, pandangannya langsung jatuh pada kalung yang sudah dia pegang sedari tadi. Mata Aleandra melotot melihat kalung berlian indah yang baru saja dikenakan oleh Maximus.     

"Oh my God, apa ini untukku?" Aleandra memutar langkah, kini dia dan Maximus berdiri saling berhadapan.     

"Yes, aku ingin kau mengenakan kalung itu setiap hari. Jangan pernah kau lepaskan sekalipun kau pergi mandi. Apa kau mengerti, Aleandra?"     

"Tentu saja, Max. Terima kasih, kau memberikan aku banyak kejutan malam ini," Alendra mendekatinya dan mengecup bibirnya.     

"Sudah aku katakan, aku akan memberikan apa pun untukmu."     

"Aku tahu, terima kasih," Aleandra memeluk Maximus dengan erat. Untuk kesekian kali, dia benar-benar merasa begitu bahagia dicintai oleh pria itu.     

"Aku tidak memiliki apa pun untuk membalas semua yang kau berikan ini, Max. Aku?"     

"Aku tidak memerlukan apa pun, Aleandra," sela Maximus.     

"Sudah aku katakan padamu yang aku inginkan adalah hatimu. Aku ingin kau selalu percaya padaku dan jangan menyembunyikan apa pun dariku."     

"Aku tahu, kau sudah mengatakan hal ini berulang kali dan aku tidak akan mengecewakan dirimu."     

"Aku senang mendengarnya!" Max mengangkat dagu Aleandra dan mengecup bibirnya,. Mereka saling pandang dengan senyum di wajah. Aleandra memeluk Maximus, mereka kembali menikmati lantunan musik. Malam indah mereka belum berakhir, setelah berdansa mereka berdua duduk di teras sambil menikmati Champagne dan juga camilan untuk menikmati pemandangan Golden Gate yang indah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.