Hi's Like, Idiot But Psiko

Kedatangan Fedrick



Kedatangan Fedrick

0Hari keberangkatan Fedrick ke San Francisco akhirnya tiba. Pemuda itu benar-benar sudah tidak sabar. Kedua orangtuanya datang ke rumahnya untuk mengantar kepergiannya. Ibunya juga ingin menyampaikan beberapa hal karena dia sangat berharap Fedrick bisa membawa Aleandra kembali.     

Keberadaan Aleandra menjadi berita yang sangat menggembirakan bagi mereka tapi mereka memutuskan untuk tidak mengatakan hal itu pada pihak berwajib. Fedrick berencana mengatakannya setelah dia bisa membawa Aleandra kembali. Bagaimanapun dia butuh perlindungan dari pihak berwajib karena Aleandra adalah saksi penting atas kasus yang dia alami. Pihak berwajib pasti akan menurunkan beberapa anggota terbaik mereka untuk melindungi Aleandra. Oleh sebab itu dia tidak merasa ragu untuk membawa Aleandra kembali.     

Dia akan berangkat jam sepuluh pagi, sebab itu dia membereskan barang yang hendak dia bawa dengan terburu-buru. Tidak banyak yang dia bawa, dia berniat menghabiskan waktu bersama Aleandra di sana beberapa hari setelah dia membujuk Aleandra agar dia mau kembali bersama dengannya.     

Kedua orangtuanya juga sudah datang. Ibunya membawakan sarapan karena dia tahu Fedrick tidak akan sempat membuat sarapan dan memang itulah yang terjadi.     

"Kali ini kau harus bersungguh-sungguh, Fedrick!" ucap ibunya.     

"Aku tahu, Mom. Aku pasti akan bersungguh-sungguh. Aku bahkan berniat langsung melamarnya di sana dan jika dia bersedia, aku akan langsung menikahinya di sana. Kalian tidak keberatan, bukan?" tanya Fedrick. Dia memang tidak mau menunda jika Aleandra menerima lamarannya darinya.     

"Aku senang mendengarnya, tentu kami tidak keberatan karena kami juga menginginkan Aleandra sebagai menantu kami. kau memang tidak perlu menunda, segera jadikan dia sebagai istrimu. Lagi pula pesta pernikahan tidak baik dilakukan dalam kondisi seperti ini. Cukup di mata Tuhan dan hukum, yang penting dia bersedia. Aku sangat berharap kau tidak melakukan hal yang sama setelah dia mau kembali dan menikah denganmu. Kurangi kesibukanmu dan beri dia lebih banyak waktu karena wanita itu tidak butuh uang saja tapi juga butuh cinta dan perhatian!" ucap ibunya.     

"Yang ibumu katakan sangat benar, Fedrick. Kami sangat senang jika kau bisa menikahinya. Aku sangat berharap kau berhasil dan setelah membawanya kembali jangan membuatnya kecewa!" ucap ayahnya     

"Aku tahu, tidak perlu kalian ajari lagi! Aku pasti akan langsung mengajaknya menikah di sana dan kami akan berbulan madu di sana!" ucap Fedrick. Semoga saja Aleandra menerima lamarannya nanti.     

"Katakan pada Aleandra, aku sangat merindukan dirinya. Katakan padanya juga untuk tidak takut karena kita akan melindungi dirinya. Aku berharap kau bisa membujuknya dan menunjukkan jika kau benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan dirinya selama ini sehingga dia mau kembali denganmu dan menerima lamaranmu."     

"Sudah aku katakan, aku tahu apa yang harus aku lakukan!" Fedrick terlihat kesal dan mengambil sepotong roti yang dibawakan oleh ibunya.     

"Aku tahu jika kau tahu apa yang harus kau lakukan tapi aku harap kau tidak memaksanya jika dia tidak mau, Fedrick. Beri dia waktu, mungkin dia perlu berpikir karena dia baru saja mengalami kejadian tragis!" ucap ibunya lagi.     

Fedrick diam, menikmati roti dan kopinya. Memaksa Aleandra? Jika Aleandra tidak mau, tentu dia harus melakukannya karena dia tidak boleh gagal membawa Aleandra kembali.     

"Fedrick!" ibunya menatap putranya dengan tatapan curiga. Entah kenapa dia merasa jika Fedrick akan memaksa Aleandra.     

"Aku ahu!" ucap Fedrick singkat.     

"Bagus, aku sangat berharap kau tidak memaksa karena dia akan membencimu jika kau melakukannya. Dia akan semakin menjauh bahkan tidak mau bertemu dengannya karena sejak awal hubungan kalian tidak seperti pasangan kekasih, itu karena kau selalu mengabaikan dirinya!"     

"Aku tahu, semua memang salahku! Sebab itu aku ingin pergi ke sana untuk memperbaiki huhungan kami dan meyakinkan dirinya jika aku benar-benar serius!" Fedrick semakin kesal. Tidak perlu dikatakan secara berulang-ulang karena dia sangat sadar kesalahan yang telah dia lakukan. Semenjak Aleandra tidak ada, dia menyadari hal itu.     

"Bagus jika kau sudah sadar, kami senang mendengarnya. Aku harap Aleandra mau kembali denganmu!" ucap ibunya.     

Fedrick kembali diam, dia juga berharap demikian tapi jujur dia sedang memikirkan pria yang bernama Maximus Smith itu. Dia harap pria itu hanya pria tua yang iba dengan Aleandra sehingga dia memutuskan menolong Aleandra. Yeah... dia harap begitu tapi tidak dia pungkiri jika rasa cemas dan firasat buruk memenuhi hati.     

Setelah semua siap, Fedrick pamit pergi. Dia akan diantar oleh supir pribadinya menuju bandara. Fedrick tidak menyadari jika dia diikuti oleh anak buah Antonio yang selama ini selalu mengawasi dirinya. Tentunya Antonio sudah mendapatkan kabar itu dari anak buahnya.     

"Terus ikuti dan cari tahu ke mana tujuannya!" perintah Antonio.     

Sang anak buah terus mengikuti sampai Fedrick tiba di bandara. Tidak sampai di sana saja, anak buah Antonio mencari tahu ke mana tujuan pria itu sampai akhirnya dia tahu jika Fedrick hendak pergi ke San Francisco.     

"Dia pergi ke San Francisco," sang anak buah memberi laporan.     

Antonio tersenyum, begitu cepat. Sepertinya pria itu sudah menemukan keberadaan Aleandra. Tidak salah memberinya informasi mengenai keberadaan gadis itu. Sekarang dia tidak perlu bersusah payah karena dia akan mendapatkan informasi yang dia inginkan berkat pria itu. Siapa pun pria yang sedang melindungi Aleandra saat ini, dia akan tahu berkat pria itu.     

Antonio memerintahkan anak buahnya untuk kembali setelah tahu penerbangan apa yang digunakan oleh Fedrick dan jam berapa pesawatnya akan lepas landas karena anak buah yang ada di sana yang akan mengambil kendali selanjutnya.     

Antonio tersenyum, tentu saja kakaknya sangat heran melihat ekspresi wajah adiknya. Entah apa yang dilakukan oleh Antonio, dia jadi ingin tahu.     

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?"     

"Rencanaku berjalan dengan baik. Sebentar lagi kau akan mendapatkan gadis itu," ucap Antonio.     

"Aku sudah tidak sabar!"     

Seringai menghiasi wajah Antonio, dia juga sudah tidak sabar. Orang yang sudah menghabisi anak buahnya tidak akan lolos darinya. Ambisinya tidak saja menangkap Aleandra Feodora untuk kakaknya agar kakaknya puas tapi dia juga berambisi untuk menangkap orang yang menantangnya waktu itu dan yang telah menghabisi ketiga anak buahnya.     

Rasanya sudah sangat ingin tahu siapa orang itu. Orang itu benar-benar tidak tahu siapa Antonio. Para mafia saja takut dengannya tapi Antonio juga tidak tahu siapa Maximus Smith. Entah siapa yang paling kejam tapi yang pasti dua mafia beda negara itu akan bentrok suatu saat nanti. Antonio segera memberi perintah pada anak buahnya yang ada di San Francisco untuk mengawasi Fedrick saat pria itu tiba nanti.     

Pesawat yang ditumpangi Fedrick sudah lepas landas, dia sangat tidak sabar untuk segera tiba. Selama di perjalanan, Fedrick hanya memandangi Foto Aleandra. Sebentar lagi kerinduannya dengan sang kekasih akan segera terobati.     

Dia bahkan sudah membayangkan bagaimana ekspresi Aleandra nanti ketika bertemu dengannya. Aleandra pasti akan sangat senang, dia yakin itu. Dia yakin Aleandra pasti tidak jadi mengakhiri hubungan mereka dan mau kembali dengannya tapi apakah demikian?     

Saat itu Aleandra sedang menikmati waktunya dengan Maximus. Di Rusia waktu menunjukkan pukul sepuluh tapi di San Francisco masih tengah malam. Begitu kembali dari makan malam, mereka melanjutkan malam indah mereka berdua di dalam kamar.     

Baju mereka berserakan di atas lantai, mereka berdua sudah sibuk dengan kegiatan mereka di atas ranjang. Max memaju mundurkan tubuhnya dengan cepat, keringat mengalir di dahi akibat permainan panas mereka berdua. Aleandra mendesah nikmat di bawahnya, dia terlihat cantik walau rambutnya berantakan. Kalung berlian yang Maximus berikan masih dia kenalan karena dia sudah berjanji tidak akan melepaskannya. Mata Maximus tidak lepas dari sosok cantik yang ada di bawahnya. Gerakan yang dia lakukan membuat Aleandra mengerang nikmat.     

"Max," Aleandra memanggil sambil mengulurkan tangan mencoba menggapai, Max meraih tangan gadis itu dan menciumnya. Dia juga menunduk, mendaratkan ciuman di dahi gadis itu. Usapan pelan Max berikan di pipi Aleandra tapi gerakannya tidak juga berkurang.     

Suara tepukan tubuh mereka semakin jelas terdengar, kaki Aleandra sudah diangkat satu. Suara napas mereka juga memburu karena klimaks dari permainan mereka sudah hampir tiba.     

Aleandra memanggil Maximus beberapa kali, pria itu menciumnya dengan mesra dan setelah itu Max menghentakkan bokongnya berkali-kali. Mereka berdua mengerang karena sensasi nikmat yang mereka rasakan. Mereka berdua terengah, Aleandra tampak kacau. Bercinta menjadi kegiatan yang tidak boleh mereka lewatkan. Max akan melakukannya setiap ada kesempatan.     

Maximus berbaring di sisi Aleandra, mereka berdua tidak berbicara apa-apa karena mereka sedang mengatur napas mereka yang sedang memburu. Aleandra tersenyum saat Maximus mencium dahinya dan memandangi wajahnya, usapan lembut kembali Aleandra dapatkan di wajahnya.     

"Apa kau baik-baik saja, Aleandra?" Maximus bertanya demikian karena dia khawatir telah menyakiti Aleandra.     

"Tentu saja, Max," Aleandra kembali tersenyum.     

Mereka berdua beristirahat sejenak dan setelah itu Maximus menggendong Aleandra dan membawanya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Mereka tidak berlama-lama karena sudah malam, Max membaringkan Aleandra di atas ranjang setelah mengeringkan tubuhnya.     

"Tidur, besok aku akan mengajakmu pulang," ucap Max. Tapi sesungguhnya dia tahu, besok Fedrick pasti sudah datang ke San Francisco untuk menemui Aleandra. Entah pria itu akan langsung mendatanginya begitu tiba atau tidak, yang pasti dia sudah sangat menantikan kedatangannya.     

"Good night, Max," Aleandra mencium pipi Maximus dan setelah itu dia berbaring dengan nyaman di dalam pelukan Maximus. Belaian tangan Maximus memberinya ketenangan, pria itu tidak berkata apa-apa lagi.     

Mata Aleandra terpejam, dia sudah mengantuk tapi entah kenapa tiba-tiba saja dia teringat dengan Fedrick. Aleandra membuka matanya, kenapa tiba-tiba dia mengingat pria itu? Padahal dia sudah menganggap hubungannya dengan Fedrick sudah selesai dan tidak seharusnya dia mengingat pria itu lagi.     

Semoga saja Fedrick melupakannya tapi sayangnya saat itu Fedrick sedang menuju ke tempatnya untuk mengajaknya kembali. Pria itu termenung selama di perjalanan, dia bahkan enggan berbicara dengan siapa pun. Hatinya dipenuhi oleh Aleandra. Dia ingin tahu, apa yang sedang dilakukan oleh Aleandra saat ini? Semoga saja Aleandra merindukan dirinya seperti dia merindukan kekasihnya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.