Hi's Like, Idiot But Psiko

Pertemuan



Pertemuan

0Aleandra benar-benar tidak tahu akan diajak Maximus pergi ke mana. Dia kembali menanyakan hal ini tapi lagi-lagi jawaban sama yang dia dapatkan. Max benar-benar merahasiakannya, dia hanya berkata ingin mengajak Aleandra makan siang berdua di sebuah restoran.     

Aleandra pikir Maximus akan memberikannya kejutan karena pria itu suka memberikannya kejutan yang manis. Mungkin Maximus memang sudah menyiapkan sesuatu, sebab itu Max tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi. Walau sesungguhnya dia sudah tidak sabar, tapi dia harus sabar menunggu.     

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, Maximus dan Jared sedang berbincang di dalam sebuah ruangan. Max ingin tahu bagaimana persiapan yang Jared lakukan. Restoran memang sudah dikosongkan, beberapa anak buah berjaga di sana. Maximus akan pergi saat Fedrick sudah datang, dia ingin lihat siapa saja yang akan mengikuti pria itu.     

Fedrick sudah siap berangkat, dia semakin tidak sabar. Walau waktu baru menunjukkan pukul satu siang, dia akan menunggu di restoran nanti. Sesuai dengan prediksi Maximus, begitu dia keluar dan pergi, beberapa orang mulai mengikutinya.     

Fedrick tidak tahu jika dia diikuti selama ini. Mata-Mata Oliver juga masih mengikuti, tapi bukan Fedrick yang mata-mata itu ikuti tapi yang mereka ikuti adalah anak buah Antonio. Mereka fokus dengan satu orang sehingga mereka tidak sadar jika mereka sedang saling mengikuti.     

Max melihat pergerakan mereka sambil memainkan tangan di dagunya. Dia tebak yang mengikuti Fedrick adalah anak buah Antonio tapi yang sedang mengikuti anak buah Antonio? Menarik, sungguh menarik. Mereka saling mengikuti seperti sedang melakukan sebuah lelucon.     

Kedatangan pria itu ternyata ada gunanya. Musuh mulai menunjukkan taringnya walau dia belum bisa memastikan siapa yang harus dia hadapi nanti tapi dengan ini dia bisa menebak sepertinya sebuah konspirasi akan segera terbentuk.     

"Bagaimana, Master. Apakah aku harus menangkap mereka?" tanya Jared. Dia akan bergerak jika Maximus memerintahkannya untuk menangkap orang-orang itu.     

"Untuk apa, Jared? Biarkan saja mereka, sudah aku katakan aku sedang membuat undangan terbuka untuk mereka semua. Kita sudah menangkap banyak orang dan menginterogasi mereka tapi sampai sekarang tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan siapa yang memerintahkan mereka jadi kali ini kita tidak perlu membuang tenaga untuk menangkap dan menginterogasi mereka lagi. Aku menginginkan kedatangan mereka jika mereka menginginkan kematianku dan aku akan menunggu mereka jika mereka berani menghadapi aku secara langsung!"     

"Tapi bagaimana jika tiba-tiba mereka menyerang?"     

"Tidak perlu khawatir, mereka hanya bermaksud mengintai saja. Mereka pasti hanya ingin tahu siapa aku," Max menunjuk ke arah anak buah Antonio dan setelah itu jarinya berpindah ke arah mata-mata yang diutus oleh Oliver, "Dan dia, dia bertugas mencari tahu siapa orang-orang yang mengikuti Fedrick. Ini menarik, bukan? Mereka saling mengikuti tapi dengan satu tujuan. Aku sudah tidak sabar mereka mendatangi aku. Biarkan saja mereka menyusun rencana karena pada akhirnya mereka akan berakhir di tanganku dan mereka semua akan menjadi makan lezat bagi para binatang yang ada di kandang!"     

Jared diam, jadi mereka adalah makanan para binatang? Pria yang masih ditawan saja sedang di ambang kematian tapi dia tidak juga mati. Sepertinya Max benar-benar akan mengakhiri hidup pria itu saat Antonio sudah bergabung dengannya.     

Setelah cukup melihat, Max memutuskan untuk pergi. Jared keluar terlebih dahulu, sedangkan Maximus mencari Aleandra yang dia tinggalkan di dalam kamar. Seperti biasa, Aleandra tertidur, sedangkan televisi menyala. Dia sudah bosan menunggu karena Maximus begitu lama.     

Maximus tersenyum, pria itu segera naik ke atas ranjang dan menghampiri Aleandra. Max menunduk untuk mendaratkan sebuah ciuman di dahi Aleandra.     

"Hei, apa kau ingin tidur sampai malam?" tanyanya.     

"Hm, apa kita sudah bisa pergi?" Aleandra membuka matanya yang masih mengantuk dengan perlahan.     

"Tentu saja, kau bisa tidur lagi di mobil nanti."     

Aleandra tersenyum, Maximus kembali mencium dahinya. Entah kenapa rasanya jadi malas pergi, rasanya dia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Maximus di dalam kamar. Berbaring dan menonton televisi, terdengar menyenangkan.     

"Aku jadi enggan pergi," ucap Aleandra.     

"Kenapa? Apa kau tidak mau melihat kejutannya?"     

"Bukan begitu, Max. Rasanya aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu di dalam kamar."     

"Kita akan lakukan nanti tapi hari ini ikut aku pergi. Sesungguhnya ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."     

Aleandra mengernyitkan dahi, siapa yang mau bertemu dengannya? Apa salah satu anggota keluarga Maximus?     

"Siapa?" tanyanya.     

"Kau akan tahu nanti tapi jika kau terus berbaring di sini maka kau tidak akan tahu."     

"Baiklah, aku bangun sekarang!" ucap Aleandra.     

Maximus tersenyum, dia bahkan beranjak untuk mengambil sebuah sisir dan setelah itu Max menghampiri Aleandra untuk menyisirkan rambutnya. Aleandra duduk di sisi ranjang, dia membiarkan Max menyisirkan rambutnya sampai rapi.     

"Sudah cantik, ayo kita pergi."     

"Thanks," wajah Aleandra tersipu. Maximus selalu memperlakukannya dengan manis dan selalu membuatnya bahagia.     

Mereka segera pergi, menuju restoran. Senyum masih menghiasi wajah Aleandra, semua itu karena perlakukan manis yang ditunjukkan oleh Maximus.     

Maximus kira Fedrick telah tiba tapi ternyata mereka tiba terlebih dahulu. Itu karena Fedrick pergi membeli seikat bunga yang hendak dia berikan untuk Aleandra. Dia benar-benar ingin Aleandra melihat ketulusan hatinya.     

Aleandra sangat heran karena restoran sangat sepi, hanya mereka berdua saja berada di tempat itu. Dia bahkan melihat sekelilingnya dengan tatapan heran, siapa sebenarnya yang ingin bertemu dengannya?     

"Kenapa hanya kita berdua saja, Max?" tanya Aleandra.     

"Tunggulah, mungkin orang itu akan segera tiba," jawab Max dengan santai.     

"Siapa sebenarnya orang yang ingin bertemu denganku, Max?" Aleandra jadi penasaran.     

"Bagaimana jika aku katakan yang ingin bertemu denganmu adalah seseorang yang kenal denganmu, Aleandra?"     

"Siapa?" Aleandra mengernyitkan dahi. Siapa yang dia kenal di kota itu?     

"Cobalah tebak agar kau tidak terkejut nantinya. Siapa yang paling dekat denganmu dan yang sangat ingin bertemu denganmu!"     

Aleandra semakin penasaran, siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Maximus? Dia berpikir dengan keras untuk hal itu tapi dia tidak bisa menebaknya. Sambil menunggu kedatangan Fedrick, Maximus memesankan makanan untuk Aleandra karena Aleandra merasa lapar.     

Makanan dinikmati sambil berpikir dengan keras untuk mencari tahu siapa yang ingin bertemu dengannya. Dia kembali bertanya kepada Max tapi lagi-lagi Maximus memintanya untuk menebak.     

Di luar sana, Fedrick sudah datang dengan seikat bunga yang susah payah dia temukan. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga, dia harap Maximus Smith tidak marah karena dia terlambat datang.     

Orang-Orang suruhan Antonio mengintai agak jauh, mereka melihat menggunakan teropong. Maximus sengaja duduk di tempat terbuka agar mereka bisa melihatnya dengan jelas. Dia sengaja dan memang musuh masuk ke dalam permainannya.     

Foto Maximus sudah diambil, foto itu langsung dikirim ke Antonio. Tidak saja Foto, ahli peretas yang ditugaskan oleh Antonio juga meretas cctv yang ada di restoran untuk melihat wajah Maximus lebih dekat. Rekaman cctv itu bahkan sudah tersambung ke Antonio dibantu oleh seorang anak buahnya yang ahli dalam bidang itu.     

Antonio dan kakaknya sedang melihat rupa orang yang melindungi Aleandra dan rupa orang yang sudah menghabisi ketiga anak buah mereka. Mereka bahkan bisa melihat Aleandra Feodora bersama dengan pemuda itu.     

"Jadi pemuda itu yang berbicara denganmu dan menantangmu waktu itu?" tanya kakak Antonio dengan ekspresi menghina.     

"Yeah, dia juga yang menghabisi ketiga anak buah kita."     

"Hanya seorang pemuda saja, mana mungkin dia bisa menghabisi ketiga anak buah kita yang terlatih. Jangan membuat sebuah lelucon, Antonio!"     

"Jangan meremehkan pria itu dari tampangnya, aku rasa memang dia yang telah melakukannya. Dia bahkan tidak terdengar takut sama sekali saat berbicara denganku!"     

"Antonio... Antonio, dia hanya pemuda yang besar bicara. Lihat tempat itu, dia bahkan tidak memiliki pertahanan apa pun. Jika saat ini kau memerintahkan anak buahmu menembakkan bazoka ke arahnya, aku yakin seratus persen mereka semua akan mati meledak!"     

Antonio tampak berpikir, matanya tidak lepas dari Maximus Smith. Apakah yang dikatakan oleh kakaknya benar? Pola pikir mereka berdua memang berbeda. Dia bukan orang yang menganggap enteng setiap musuhnya tapi kakaknya selalu melihat musuh-musuhnya dengan sebelah mata.     

"Cari tahu tentang pria itu, aku ingin semua informasi tentangnya!" perintah Antonio pada anak buahnya yang masih mengintai, "Kalian sudah boleh pergi, jangan sampai ketahuan!" perintahnya lagi.     

Anak buahnya segera pergi, setelah ini mereka akan menjalankan perintah untuk mencari tahu siapa pria yang sedang mereka intai itu. Tidak saja mereka, mata-mata Oliver juga pergi.     

Oliver dan Austin tampak puas, sekutu besar sudah berada di depan mata. Mereka juga memerintahkan mata-mata mereka untuk mencari tahu siapa yang mengutus orang-orang yang sedang mengikuti Fedrick. Sesuai dengan prediksi Maximus, para musuh saling mengintai dan saling memanfaatkan tapi dia tidak takut, dia justru menunggu kedatangan mereka.     

Fedrick melangkah memasuki restoran, dia sangat heran karena tempat itu begitu sepi. Hanya seorang pria dan wanita yang berada di restoran itu tapi yang wanita duduk membelakanginya dan terlihat sedang makan. Walau rambutnya pendek tapi dia bisa menebak jika itu adalah Aleandra.     

Fedrick melangkah mendekat, matanya tidak lepas dari Maximus Smith. Apakah pria itulah Maximus Smith? Sial, kenapa masih muda dan tampan? Firasatnya tiba-tiba buruk, dia bisa melihat keakraban Aleandra dengan pria itu.     

Max juga menatap ke arah Fedrick dengan tajam. Dalam hati juga bertanya, apakah pria itu yang bernama Fedrick? Mereka berdua saling menatap, tiba-tiba api permusuhan terpercik di antara mereka berdua.     

"Aleandra," panggilan Fedrick membuat Aleandra terkejut. Gadis itu berdiri dan melihat ke arah datangnya suara. Mata Aleandra terbelalak, dia terkejut melihat Fedrick berdiri tidak jauh darinya dengan seikat bunga di tangan.     

Tubuh Aleandra membeku, lidahnya juga jadi kelu. Fedrick melangkah mendekat, dia benar-benar sangat merindukan kekasihnya itu tapi kenapa Aleandra terlihat shock?     

Aleandra tidak bergeming, dia tidak tahu harus melakukan apa. Kenapa Fedrick bisa tahu keberadaan dirinya? Matanya berpindah ke Maximus, pria itu juga diam. Apa yang sebenarnya Maximus inginkan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.