Hi's Like, Idiot But Psiko

Ya Tebya Lyublyu



Ya Tebya Lyublyu

0Air mengguyur dan membasahi tubuh Aleandra. Maximus berdiri di belakangnya, mengusap bokongnya yang basah dan mencium punggungnya. Aleandra menikmati sentuhan yang Maximus berikan karena itulah yang dia inginkan.     

Mereka berdua tidak berkata apa-apa, Alendra berbalik, senyum menghiasi bibir saat Maximus mengusap wajahnya. Dia akan melakukannya dengan perlahan, karena dia ingin Aleandra menikmati sentuhan yang dia berikan.     

Maximus menarik pinggang Aleandra dan merapatkan tubuh mereka berdua, mereka berdua saling pandang dengan senyum menghiasi wajah.     

"Apa seperti ini yang kau inginkan, Aleandra?" Max berbisik dan mencium pipinya dengan lembut.     

"Aku ingin kita melakukan hal yang berbeda malam ini, Max," ucap Aleandra.     

"Malam ini aku milikmu, kau bisa melakukan apa pun yang kau mau, Aleandra."     

"Kau yakin, Tuan Smith?" Aleandra memainkan jarinya di dada Maximus untuk menggodanya.     

"Tentu, lakukan apa pun yang suka. Aku tidak keberatan!"     

Aleandra tersenyum, kedua tangannya sudah melingkar di leher Maximus. Mereka berciuman, satu kaki Aleandra sudah melingkar di tubuh Maximus. Kedua tangan Max sedang mengusap bokong Aleandra dan dalam sekejap mata saja mereka berdua sudah terbakar api nafsu.     

"Pindah," ajak Maximus seraya mencium pipinya.     

Aleandra mengangguk, Max mencium pipinya kembali sebelum mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh Aleandra. Malam ini Aleandra ingin menikmati cinta yang diberikan oleh Maximus.     

Maximus menggendong Aleandra keluar setelah mengeringkan tubuhnya. Aleandra tersenyum dalam gendongannya, rasa bahagia mulai mengisi hati. Dia harap rasa bahagia itu memenuhi hatinya dan menghilangkan rasa yang menyesakkan dada.     

Maximus membaringkan Aleandra dengan perlahan, mereka berdua saling pandang dan tersenyum. Maximus mengusap wajah Aleandra dengan perlahan, ciuman lembut juga dia berikan.     

"I love you, Aleandra," Maximus berbisik dan memberikan ciuman di pipi Aleandra.     

Mata Aleandra terpejam, kebahagiaan sudah memenuhi hati. Rasa sesak yang dia rasakan juga sudah berkurang. Rasa bahagia yang diberikan oleh Maximus mulai mengikisnya dengan perlahan.     

"Kau tahu, Max?" Aleandra memandangi pria itu dan mengusap wajahnya.     

"Sesungguhnya aku juga sudah jatuh cinta padamu," ucapnya tanpa ragu.     

Maximus terkejut, matanya tidak lepas dari Aleandra. Gadis itu tersenyum dengan manis, itulah yang hendak dia katakan tadi. Dia tidak mungkin menyesali keputusannya berpisah dengan Fedrick karena dia sudah jatuh hati pada Maximus Smith. Entah kapan, dia sendiri tidak tahu tapi pria itu sudah memenuhi hatinya tanpa dia sadari.     

"Apa kau tidak sedang bercanda? Sekali kau mengatakan hal ini maka kau tidak bisa menariknya lagi dan selamanya kau sudah dipastikan akan terikat denganku!"     

"Tentu saja aku tahu, Max. Aku juga tidak bercanda. Aku memang sudah jatuh cinta padamu tanpa aku sadari sebab itu aku memilih dirimu dan aku tidak akan menyesali perpisahanku dengan Fedrick karena yang ada di hatiku saat ini adalah dirimu."     

"Apa kau serius, Aleandra?" Max bertanya demikian seolah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Aleandra. Dai harap itu bukan mimpi, dia juga berharap Aleandra tidak sedang bercanda.     

"Tentu saja, Max," Aleandra melingkarkan kedua tangannya ke leher Maximus, "Ya tebya lyublyu, Mr. Smith," Aleandra mengungkapkan perasaannya dalam bahas Rusia. Setelah berkata demikian Aleandra memalingkan wajahnya yang tersipu, jantungnya bahkan berdebar karena perkataan yang dia ucapkan. Rasanya jadi malu padahal ini bukan cinta pertamanya.     

Maximus tersenyum, dia benar-benar senang mendengarnya. Inilah yang dia inginkan selama ini, ternyata kesabarannya pada gadis itu membuahkan hasil.     

"Aku sangat senang mendengarnya, Aleandra. I love you," Max menunduk dan mengecup bibirnya dengan mesra.     

Kebahagian memenuhi hati Maximus dan juga Aleandra. Perasaan sesak yang dia rasakan sudah tidak ada lagi karena hatinya sudah dipenuhi dengan kebahagiaan. Mereka masih berciuman, kedua tangan Aleandra masih melingkar di leher Maximus.     

Maximus mencium wajahnya tanpa henti setelah melepaskan bibirnya, kata cinta kembali diucapkan. Khusus malam ini saja, dia akan mengatakan kata cinta berulang-ulang kali agar Aleandra senang. Mata Aleandra terpejam, senyum juga terukir di bibir. Dia benar-benar tidak salah telah memilih pria itu.     

Ciuman Maximus semakin kebawah, sudah saatnya melakukan hal yang serius. Tangannya sudah berada di dada Aleandra, memberikan usapan pelan lalu jari jemarinya mulai bermain dengan lincah di puncak dada Aleandra.     

Desahan Aleandra terdengar, dia juga sudah bergerak gelisah. Max tidak menghentikan bibirnya, tangannya bahkan sedang mengusap paha mulus Aleandra.     

Aleandra sangat mengharapkannya, dia sudah tidak sabar merasakan rasa nikmat yang akan diberikan oleh Maximus apalagi bibir Max sudah berada di dadanya. Sebuah jilatan dia dapatkan, desahannya pun terdengar. Maximus mengulum ujung dadanya dan menghisapnya dengan kuat.     

"Aaahhh!" rambut tebal Maximus di remas, Max masih menikmati kedua dadanya bagaikan bayi yang lapar.     

"Max," Aleandra memanggil dengan suara berat, dia juga ingin memberikan kenikmatan untuk Maximus.     

"Bolehkah aku melakukannya?" tanyanya dengan suara parau.     

"Tentu Aleandra, sudah aku katakan jika aku adalah milikmu jadi jangan sungkan!"     

Aleandra tersenyum, kini posisi mereka sudah berubah. Aleandra mencium wajah tampan kekasihnya, mencium bibirnya lalu ciumannya berpindah ke bawah. Tidak ada yang dia lewatkan, Aleandra mencium setiap otot tubuh Maximus dari dada sampai ke otot perutnya. Tangannya sedang memainkan sosis Amerika yang sudah berubah bentuk. Max memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang dia berikan.     

Aleandra memandangi Maximus sejenak dan setelah itu, Aleandra menikmati kejantanan Maximus dengan mulutnya. Max menggeram pelan, otot kakinya tampak menegang. Aleandra tidak juga berhenti, dia menikmatinya seperti sedang menikmati sebatang es lilin.     

Max menepuk bokong Aleandra dan dalam sekejap mata saja posisi mereka sudah berubah. Dengan posisi bagaikan angka enam puluh sembilan, mereka mulai menikmati permainan mereka. Desahan Aleandra kembali terdengar saat Max memberikan jilatan lebar di bagian intimnya.     

Aleandra semakin bersemangat, kepalanya maju mundur sedangkan Maximus juga tidak berhenti. Tubuh Aleandra bergetar, rasanya sudah tidak tahan apalagi Max tidak saja menjilatinya tapi juga menghisapnya dan memasukkan jarinya ke dalam sana.     

"Ahh... Max!" kepala Aleandra jatuh di atas pahanya, tapi tangannya masih sibuk. Max tidak juga menghentikan jarinya, gerakannya bahkan semakin cepat sehingga membuat Aleandra mendesah karena nikmat.     

Setelah merasa cukup, Maximus menghentikan aksinya. Aleandra berbaring dengan napas terengah, sedangkan Maximus menghampirinya dan mencium bibirnya.     

"Apa kau mau lagi?" Max berbisik dan kembali menciumnya.     

"Aku menginginkan dirimu, Max. Buat aku melayang dengan permainanmu dan buat aku bahagia malam ini," pinta Aleandra.     

"Aku tidak hanya akan membuatmu bahagia malam ini saja, Aleandra," Max menggendong Aleandra dan mendudukkannya ke atas pangkuannya, "Tapi aku akan membuatmu bahagia selama kau bersama denganku. Aku bersumpah akan hal itu."     

Aleandra tersenyum, ciumannya mendarat di dahi Maximus. Dia memang bahagia bersama dengan pria itu. Setiap perhatian yang dia berikan membuatnya merasa sangat dicintai dan memang itulah kenyataannya, Max begitu mencintai dirinya. Mereka kembali berciuman sebelum memulai, Maximus memperlakukannya dengan penuh perasaan seperti yang diinginkan oleh Aleandra. Ciuman juga sentuhan yang dia berikan membuat Aleandra merasa bahagia.     

Aleandra dibaringkan dengan perlahan di atas susunan bantal yang telah dia sediakan, ciuman lembutnya kembali mendarat di pipi Aleandra. Senyuman menghiasi wajah Aleandra, mereka berdua saling pandang dan setelah itu Maximus menyatukan tubuh mereka berdua.     

Aleandra terlihat cantik berada di bawahnya, erangan dan desahan napasnya terdengar begitu seksi, Max menggenggam kedua telapak tangannya sambil menggoyangkan bokongnya. Aleandra tersenyum manis saat memandangi kekasih tampannya. Aleandra mencengkeram lengan kokoh Maximus saat Max melepaskan tangannya. Kini tangan Max sudah berada di kedua kakinya dan menahannya.     

Mereka tenggelam dalam permainan panas mereka yang menggulung-gulung, Max semakin bergerak cepat bahkan Aleandra sudah berada di atas pangkuannya saat itu. Keringat mengalir di dahi, mereka tidak mempedulikan apa pun lagi. Rasa nikmat dari permainan mereka membuat mereka tidak mau banyak berpikir. Lagi pula mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.     

Max memanggil nama Aleandra sesekali, ungkapan cinta pun kembali terucap. Aleandra benar-benar bahagia, dia bahkan lupa dengan apa yang terjadi dengannya dengan Fedrick. Biarlah kebersamaannya dengan pria itu menjadi kenangan karena sekarang, kebahagiaannya bersama dengan Maximus Smith.     

Posisi mereka kembali berubah, Max sedang menerkam Aleandra dari belakang. Aleandra menyukai posisi seperti itu karena memberikan sensasi yang berbeda. Dia bahkan meminta Maximus untuk mempercepat gerakannya. Mereka bercinta dengan liar, Max mengeluarkan semua tenaga yang dia miliki untuk mencapai klimaks dari permainan mereka. Suara tepukan tubuh mereka semakin terdengar cepat, ranjang anehnya bahkan bergoyang sehingga suara kepala ranjang yang membentur dinding pun terdengar. Mereka tidak peduli, lagi pula tidak ada siapa pun. Suara desahan Aleandra bahkan memenuhi kamar, beruntungnya kamar itu kedap suara.     

Dia tahu Maximus kuat, tapi malam ini pria itu terasa berbeda. Maximus lebih bersemangat dari pada yang dia kira. Pria itu benar-benar tidak berhenti padahal Aleandra sudah berbaring karena kedua tangannya sudah tidak kuat menopang tubuhnya.     

Aleandra seperti pasrah, hanya desahannya saja yang terdengar. Maximus memegangi kedua bokongnya dan setelah itu, Maximus menghentakkan tubuhnya beberapa kali dan memuntahkan begitu banyak cairan hangat ke dalam sana. Maximus tampak puas, dadanya turun naik. Dia belum pernah bercinta seliar ini, Aleandra benar-benar membuatnya berbeda.     

Tidak saja Maximus yang puas, Aleandra juga puas. Mereka berdua berbaring sambil mengatur napas mereka yang memburu. Max melirik ke arah Aleandra dengan ekspresi puas, sedangkam gadis itu tersenyum dengan manis.     

Max merapikan rambut Aleandra yang berantakan, tangannya bahkan mengusap wajah Aleandra dengan perlahan.     

"Apa kau puas, Aleandra?" tanyanya.     

"Tentu, Max. Aku sangat puas tapi aku menginginkannya lagi dan lagi!" ucap Aleandra.     

Max tersenyum, Aleandra ditarik mendekat dan sebuah ciuman mendarat di dahinya. Sepertinya malam ini mereka tidak akan tidur tapi Maximus tidak keberatan asalkan Aleandra sanggup.     

"I love you, Aleandra" entah sudah berapa kali dia mengucapkan perkataan itu tapi dia tidak merasa keberatan.     

"Me too," Aleandra mencium lembut bibirnya, dia sungguh bahagia.     

Maximus mencium dahinya lagi dan memeluknya. Aleandra tersenyum di dalam pelukannya. Sungguh, dia tidak mau kebersamaan mereka yang seperti itu cepat berlalu bahkan dia sangat ingin menghentikan waktu agar mereka bisa selalu seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.