Hi's Like, Idiot But Psiko

Peringatan



Peringatan

0Max baru menuliskan angka satu di atas cek yang diberikan oleh Fedrick dan pada saat itu dia jadi berpikir, jika ibunya yang mendapatkan cek kosong itu berapa kira-kira nominal yang akan ditulis oleh ibunya? Terus terang saja, dia juga pecinta Benjamin Franklin seperti ibunya tapi untuk kali ini pengecualian karena dia tidak akan menukar Aleandra dengan apa pun.     

Dia hanya ingin melihat reaksi Fedrick saja saat melihat dirinya mengisi cek tersebut. Dia bahkan tidak berhenti menuliskan angka 0 sambil menghitung jumlahnya. Semoga Fedrick tidak pingsan atau shock nantinya.     

Fedrick masih melihatnya dan tampak berpikir, sebenarnya berapa nominal yang ditulis oleh Maximus Smith? Kenapa dia seperti sedang menghitung sambil menulis. Sial, dia punya firasat buruk. Seharusnya dia tidak memberikan cek kosong. Seharusnya dia mengisi nominal sesuai dengan kesanggupannya. Dia yakin pria itu pasti akan sengaja menulis nominal di luar akal sehat.     

Seringai menghiasi wajah Maximus, selesai. Pena diletakkan, matanya masih melihat cek yang baru saja dia tulis.     

"Aku harap kau sanggup, Fedrick. Jika kau bisa memberikan sesuai dengan nominal yang aku tuliskan ini maka aku akan melepaskan Aleandra dan mengembalikannya padamu!" ucap Maximus.     

"Aku pasti akan memberikannya selagi aku sanggup tapi jangan keterlaluan!" Fedrick menatapnya dengan tajam, dia benar-benar curiga jika pria itu akan menjebaknya.     

"Aku harap kau sanggup!" Max meletakkan cek di atas meja, dia sudah tidak sabar melihat reaksi pria itu.     

Fedrick menyambar cek yang telah di isi oleh Maximus, matanya masih menatap pria itu dan setelah Fedrick melihat ke arah cek, matanya melotot melihat jumlah angka 0 yang tidak kira-kira banyaknya. Maximus menyeringai, sedangkan Fedrick terlihat shock. Seperti orang bodoh dia mulai menghitung padahal di bawah angka tertera berapa nominal yang Maximus inginkan.     

"Ka-Kau bercanda?" ucap Fedrick pelan setelah melihat tulisan yang ada di bawah angka.     

"Bagaimana, Fedrick. Kau sanggup, bukan?" tanya Maximus.     

"Apa kau bercanda? Satu Miliar Dolar?!" Fedrick hampir melemparkan cek itu ke atas lantai. Apa Maximus sudah gila? Dia yakin pria itu juga tidak memiliki uang sebanyak itu. Jared menahan tawanya, sudah dia duga. Salahkan kebodohan pria itu yang memberikan cek kosong sehingga bisa diisi dengan sesuka hati.     

"Kenapa? Bukankah kau bilang aku bisa mengisi nominalnya sesuka hatiku? Itu yang aku inginkan, apa kau tidak sanggup?"     

"Jangan bercanda denganku! Aku memang berkata demikian tapi seharusnya kau tidak memintanya di luar batas. Apa kau sudah gila? Kenapa kau tidak merampok aku saja sekalian!" ucap Fedrick kesal. Sekalipun dia pengusaha yang selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja namun dia tidak memiliki uang satu miliar dolar.     

"Jika begitu, seharusnya kau tidak memberikan aku cek sejak awal!" Maximus mulai kesal, "Apa kau kira Aleandra bisa kau beli? Apa kau pikir aku akan menukarnya apalagi dengan uang? Lihatlah dirimu, kau bahkan menganggapnya seperti barang yang bisa dibeli!" cibir Maximus.     

Fedrick mencengkeram cek dengan kemarahan di hati. Dia tidak bermaksud demikian, dia hanya ingin Aleandra kembali padanya karena dia pikir pria itu akan melepaskan Aleandra jika dia memberikan sejumlah uang namun nominal yang ditulis oleh Maximus, itu nominal di luar akal sehat bahkan dia yakin seorang penculik saja tidak akan meminta nominal segila itu.     

"Sekarang katakan padaku, apa yang harus aku lakukan agar kau meninggalkan dirinya?" tanya Fedrick. Uang tidak mempan jadi dia harus mencari cara lain.     

"Tidak ada yang perlu kau lakukan! Aku tidak akan melepaskannya jadi kau tidak perlu melakukan apa pun. Sebaiknya kau kembali ke Rusia dan lupakan Aleandra. Aku mengatakan hal ini demi kebaikan dirimu. Walau kau sudah tahu tapi aku akan mengatakan hal ini padamu jika dia sedang melarikan diri dan bersembunyi dari orang-orang yang telah menghabisi keluarganya. Jika sampai kau membawanya kembali, apa kau pikir kau bisa melindungi dirinya dari orang-orang itu?"     

"Aku tahu, aku sangat tahu akan hal itu!" ucap Fedrick.     

"Jika kau tahu lalu untuk apa kau membawanya kembali? Seharusnya kau tahu jika itu sangat membahayakan nyawanya."     

"Sudah aku katakan aku sangat tahu!" ucap Fedrick kesal. Apa dia anak kecil yang harus digurui? Dia sudah memperhitungkan hal itu sejak awal, dia juga tahu jika dia memang harus melindungi Aleandra.     

"Aku tahu dia pasti akan diburu jika aku membawanya kembali, aku pasti akan melindunginya. Polisi di sana juga akan mengirimkan orang-orang terbaik mereka untuk melindungi Aleandra apalagi dia adalah saksi kunci atas kejadian yang dia alami!" ucap Fedrick dengan percaya diri.     

"Jadi kau hanya mengandalkan kekuatan polisi saja?" tanya Maximus.     

"Tidak ada perlindungan yang lebih baik dari pada perlindungan dari para petugas!"     

"Jangan membuat aku tertawa, Fedrick. Aku mengira kau memiliki kemampuan sehingga kau bisa melindunginya. Aku bukannya meremehkan kekuatan para petugas, aku percaya mereka bisa melindungi Aleandra tapi kau terlalu meremehkan musuh. Kau belum pernah terlibat dalam dunia kejahatan jadi kau tidak tahu jika mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan!"     

"Jika kau percaya dengan petugas maka serahkan dia padaku!" pinta Fedrick. Dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan Aleandra.     

"Tidak, dia aman bersama denganku. Jangan mementingkan egomu sendiri tanpa mempedulikan yang lainnya. Dia yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan kalian berdua tanpa aku minta. Aku hanya memberikan pilihan padanya, dia ingin bersama denganku atau dia ingin bersama denganmu. Tidak perlu aku katakan lagi apa pilihannya, bukan?"     

"Kau pasti menghasut dan mengancamnya!" tuduh Fedrick.     

"Jangan sembarangan menuduh, aku bisa menghabisi nyawamu saat ini juga jika aku mau! Jika bukan demi Aleandra, aku tidak mau berbicara dengan orang yang sulit diajak bernegosiasi seperti dirimu. Aku lebih suka berbicara denganmu sambil memegangi sebilah pisau jadi jangan coba-coba menguji kesabaranku!"     

Fedrick menelan ludah, bulu roma meremang karena Maximus menatapnya dengan tatapan ingin membunuhnya. Dia sudah berbicara sebaik mungkin tapi pria itu mulai menuduh.     

"Jika begitu pertemukan aku dengan Aleandra. Aku ingin berbicara empat mata dengannya. Sebelum aku mendengar darinya bahwa memang dia yang ingin bersama denganmu maka aku tidak akan percaya!"     

"Baiklah," Maximus beranjak dan melangkah menuju jendela. Memang itu yang diinginkan oleh Aleandra maka dia tidak akan menolaknya.     

"Aku akan mempertemukan kalian secara pribadi besok. Aku tidak akan mengganggu kalian. Kau bisa berbicara apa saja yang ingin kau bicarakan dengannya dan kau bisa mencari tahu apakah dia terpaksa bersama denganku atau tidak! Aku sarankan kau mencari tahu terlebih dahulu apa yang dia alami selama dia berada di kota asing ini dan aku berharap setelah kau berbicara dengannya, kau segera kembali ke Rusia dan tidak memperumit masalah yang sedang dia hadapi. Seharusnya kau bisa melakukan hal itu jika kau benar-benar mencintainya!" ucap Max. Dia memang harus memberikan kesempatan pada mereka berdua, walau sesungguhnya dia tidak suka tapi dia harus melakukannya untuk kebaikan bersama.     

"Terima kasih atas kesempatan yang kau berikan. Jika ternyata kau memaksa dirinya agar dia mau bersama denganmu maka aku akan segera membawanya pulang dan aku akan melaporkan dirimu pada pihak berwajib!" ancam Fedrick.     

Maximus menyunggingkan bibirnya, beraninya pria itu mengancam dirinya? Tapi biarlah, kali ini dia akan diam. Pria itu ingin kebenarannya maka akan dia dapatkan besok.     

"Aku sangat takut dengan ancamanmu, Fedrick. Kakiku bahkan terasa gemetar!" ucap Maximus mencibir.     

Lagi-Lagi Jared menahan tawanya, mana mungkin bosnya takut dengan ancaman seperti itu? Beruntungnya bosnya tidak berkata jika dia akan mengompol di celana karena ketakutan dengan ancaman Fedrick. Jika sampai bosnya berkata demikian maka dia akan tertawa dengan keras saat itu juga.     

Mata Fedrick menatap tajam pria itu, dia merasa Maximus Smith sedang menertawakan dirinya dalam diam. Sial, besok dia harus bisa meyakinkan Aleandra agar Aleandra mau pulang bersama dengannya. Dia yakin jika besok adalah satu-satunya kesempatan yang dia miliki untuk berbicara secara pribadi dengan Aleandra karena dia yakin, pria itu tidak akan memberikan kesempatan itu lagi untuknya.     

"Jika begitu aku permisi, terima kasih sudah bersedia menerima aku hari ini. Aku harap kau tidak ingkar janji untuk mempertemukan aku dengan Aleandra secara pribadi besok."     

"Jangan khawatir, Fedrick. Aku orang yang selalu menepati ucapanku. Aku harap kau mengambil keputusan yang bijak setelah berbicara dengan Aleandra. Jangan sampai kau harus berakhir mengenaskan di tanganku nanti!"     

"Apa ini ancaman darimu, Maximus Smith?" Fedrick menatapnya tajam.     

"Tidak, ini peringatan dariku. Percayalah, tidak ada satu orang pun yang mau berakhir di tanganku walau sesungguhnya banyak yang suka mencari perkara denganku jadi sebaiknya kau membuat keputusan bijak untuk dirimu sendiri!" Max berkata demikian karena dia berharap, Fedrick tidak bersekutu dengan musuh agar bisa mendapatkan Aleandra sehingga pemuda itu harus berakhir di tangannya.     

Fedrick masih menatapnya tajam dan setelah itu dia pamit pergi. Maximus memerintahkan Jared untuk mengantarkan pemuda itu keluar. Pemuda yang sulit diajak bicara tapi dia harap Fedrick mengambil sebuah keputusan yang tepat setelah berbicara dengan Aleandra nantinya. Walau sepertinya mustahil karena dia bisa melihat jika Fedrick bukanlah orang yang akan menyerah dengan mudah. Dia sudah memberikan peringatan pada pemuda itu jadi jika suatu hari nanti mereka akan menjadi musuh dan bertemu di ruang eksekusi maka jangan salahkan dirinya yang tidak memiliki belas kasihan karena dia sudah memberi peringatan.     

Di luar sana, Fedrick pergi dengan kemarahan di hati karena negosiasi gagal. Dia kira pria itu bisa diajak bicara tapi justru ancaman yang dia dapatkan dari pria itu. Walau begitu kedatangannya membuahkan hasil karena besok dia bisa bertemu dengan Aleandra dan bisa berbicara dengannya tanpa adanya pria itu.     

Dia harap Aleandra berbicara jujur dengannya besok dan mengatakan semua yang dia alami. Dia juga berharap Aleandra mengatakan dengan jujur alasannya memilih bersama dengan pria itu karena jujur saja dia curiga jika Aleandra diancam oleh Maximus Smith sehingga dia tidak punya pilihan untuk menolaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.