Hi's Like, Idiot But Psiko

Kita Akan Menghadapinya Bersama



Kita Akan Menghadapinya Bersama

0Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh Fedrick, pasalnya hari ini dia akan bertemu dengan Aleandra. Hari ini juga dia harus bisa meyakinkan Aleandra karena mereka hanya akan bertemu berdua saja tanpa adanya Maximus Smith.     

Mereka bisa berbicara secara pribadi tanpa ada yang mengganggu, ini kesempatan yang sangat bagus untuk membujuk Aleandra dan mengajaknya kembali. Dia juga akan meyakinkan Aleandra dan membuatnya sadar jika dia mau bersama dengan Maximus Smith hanya karena dia merasa kesepian dan butuh kasih sayang selama pelariannya saja. Apa pun akan dia lakukan untuk meyakinkan Aleandra sehingga Aleandra mau pulang bersama dengannya.     

Seperti biasa, ibunya pasti menghubunginya karena ibunya ingin tahu apakah Fedrick sudah berbicara lagi dengan Aleandra atau tidak. Terus terang saja, dia sangat berharap putranya dapat membujuk Aleandra dan mengajaknya untuk pulang. Dia sangat menyukai Aleandra, selama ini harapannya ingin menjadikan Aleandra sebagai menantunya sangatlah besar.     

Fedrick masih berada di hotel, dia belum mendapat kabar akan bertemu dengan Aleandra di mana dan jam berapa karena Jared belum menghubunginya. Dia akan menunggu, lagi pula masih pagi. Ponsel sudah berada di tangan saat ibunya menghubungi, paginya terasa suram padahal dia sudah terbiasa seperti itu namun akhir-akhir ini dia merasa harinya semakin suram dan tidak menyenangkan lagi sejak kepergian Aleandra. Entah kenapa dia jadi sangat ingin Aleandra berada di atas ranjangnya dan ketika dia terbangun dari tidur dia akan mendapatkan senyuman dari kekasihnya yang manis.     

Fedrick menatap ke arah ranjang, sial. Dia benar-benar sudah melewatkan banyak kesempatan untuk menikmati waktu bersama dengan Aleandra. Dia baru menyadari jika selama ini mereka tidak pernah bermesraan bahkan ciuman saja jarang mereka lakukan. Rasanya jadi menyesal, apa karena hal itu yang membuat Aleandra pergi darinya?     

Tidak, Aleandra pasti dipengaruhi oleh pria itu. Dia yakin seratus persen. Hari ini dia akan mengetahui kebenarannya, dia harap Aleandra berkata jujur jika memang dia terpaksa. Dia tidak akan tinggal diam, dia akan memukul pria bernama Maximus itu jika dugaannya benar.     

"Ada apa, Mom?" tanya Fedrick.     

Sang ibu mengernyitkan dahi, kenapa Fedrick terdengar tidak bersemangat? Dia sangat ingin bersama dengan putranya saat ini namun tidak bisa.     

"Ada apa denganmu, Fedrick,,? Apa kau belum bernegosiasi dengannya lagi?" tanya ibunya.     

"Hari ini aku akan menemuinya, Mom. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini karena hari ini aku bisa berbicara secara empat mata dengannya," ucap Fedrick.     

"Bagus, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Jangan lupa hubungi Mommy karena Mommy mau berbicara dengannya. Mungkin dengan begitu dia mau mendengarkan perkataan Mommy sehingga dia mau kembali bersama denganmu!"     

"Tidak perlu, aku bisa meyakinkan dirinya seorang diri!" tolak Fedrick.     

"Jangan membantah! Aku tahu kau bisa tapi Mommy ingin berbicara dengannya secara pribadi. Ada yang ingin Mommy sampaikan jadi biarkan aku berbicara dengannya!" ucap ibunya.     

"Baiklah, baik. Aku akan menghubungi Mommy saat aku bertemu dengannya!"     

"Aku senang mendengarnya, aku tunggu. Aku harap aku bisa membantumu membujuknya sehingga dia mau kembali bersama denganmu."     

"Semoga saja, Mom!" ucap Fedrick. Pembicaraannya dengan sang ibu selesai, Fedrick memandangi foto Aleandra. Saat ini dia sedang berjuang untuk mendapatkan pujaan hatinya. Dia tidak akan pernah menyerah apalagi sejak awal Aleandra adalah miliknya. Saat ini Aleandra hanya sedang bingung saja, dia tidak akan mengerahkan Aleandra pada pria yang baru saja dia kenal itu.     

Sekarang sebaiknya dia menunggu, dia harap Jared segera menghubunginya karena dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Aleandra.     

Jared belum mendapat perintah untuk hal ini, sebab itu dia belum menghubungi Fedrick. Maximus juga belum memberi perintah karena dia masih tidur dengan Aleandra.     

Waktu baru menunjukkan pukul delapan pagi, mereka berdua masih tidur. Semenjak ada Aleandra, Max semakin betah berada di tempat tidur. Kotak penutup tempat ranjang tertutup, mereka memang tidur seperti itu jika mereka tidak sedang bercinta atau setelah selesai bercinta.     

Aleandra terbangun terlebih dahulu, rasanya jadi terbiasa begitu membuka mata mendapati dirinya berada di dalam kotak. Rasanya seperti berada di dalam peti mati. Sepertinya mereka sudah bagaikan raja dan ratu Vampire. Ini sungguh pengalaman yang tidak akan dia lupakan.     

Aleandra berpaling, matanya melihat ke arah Maximus. Senyum manis menghiasi wajah, dia benar-benar bahagia bersama dengan pria itu. Tangan Aleandra mengusap perlahan wajah tampan Max, jari jemarinya bahkan menyusup ke dalam rambut hitam kelamnya. Rasanya sangat menyenangkan melakukan hal itu, jujur saja dia sangat ingin melakukannya sejak lama. Sejak dia menjalin hubungan dengan Fedrick, namun sayang dia tidak bisa melakukannya.     

Mata Maximus terbuka, Aleandra jadi canggung dan tersipu malu. Aleandra hendak menarik tangannya tapi Maximus menahannya. Ciumannya mendarat di telapak tangan Aleandra, senyum menawannya juga terukir di bibir.     

"Sepertinya kau senang melakukan hal ini, Aleandra?" Maximus menariknya mendekat dan mencium dahinya.     

"Aku memang ingin melakukannya sejak lama, Max. Semenjak aku menjalin hubungan dengan Fedrick aku sangat ingin melakukannya tapi kami belum pernah tidur bersama."     

"Jika begitu aku sangat beruntung, Aleandra," Maximus mencium dahinya kembali lalu berkata, "Walau aku bukan cinta pertamamu tapi aku adalah pria pertama yang melakukan hal itu denganmu jadi aku sangat beruntung. Sekarang apa pun yang akan Fedrick lakukan untuk mendapatkan dirimu kembali, aku tidak akan melepaskan dirimu karena kau adalah milikku!"     

Aleandra tersenyum, Max memeluknya erat dan mengusap punggungnya dengan perlahan. Walau dia sudah banyak menjalin hubungan dengan wanita tapi ini kali pertama dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut miliknya sekalipun itu pria yang pernah dicintai oleh Aleandra.     

"Jadi jam berapa aku harus menemui Fedrick?" tanya Aleandra. Dia harap hari ini juga dia bisa menyelesaikan permasalahannya dengan Fedrick dan semoga saja Fedrik mau mendengarkan perkataannya dan kembali ke Rusia.     

"Jam berapa kau mau? Aku akan meminta Jared menghubunginya."     

"Bo-Bolehkah aku yang menghubunginya, Max?" tanya Aleandra seraya memandangi kekasih tampannya.     

"Tidak, aku akan memerintahkan Jared yang menghubunginya!" tolak Maximus.     

"Kali ini saja, Max. Katakan padaku di mana kami akan bertemu agar aku bisa mengatakan padanya nanti."     

Maximus menghela napas dan mengusap rambutnya, sejujurnya dia tidak senang tapi kali ini saja dia akan mengabulkan permintaan Aleandra yang seperti ini.     

"Baiklah, aku akan meminta nomor ponselnya pada Jared nanti. Ini demi dirimu tapi lain kali jangan meminta hal seperti ini lagi karena aku tidak akan mengabulkannya!"     

"Thanks, Max. Setelah ini aku tidak akan meminta hal seperti ini lagi padamu. Lagi pula tidak ada pria yang aku kenal di sini, beberapa teman aktor dan juga rekan kerjaku tidak mungkin aku hubungi."     

"Baiklah," Maximus membuka kotak yang menutupi ranjang. Aleandra langsung menyembunyikan wajahnya ke dada Maximus karena silau matahari yang masuk melalui jendela.     

"Silau," gumamnya.     

Maximus tersenyum, tangannya mengusap punggung Aleandra tanpa henti. Rasanya enggan melepaskan Aleandra pergi menemui Fedrick tapi dia harus melakukan hal itu agar Aleandra bisa menyelesaikan permasalahannya dengan Fedrick.     

Mereka berdua masih berbaring cukup lama, mereka juga tidak berbicara apa pun karena mereka ingin menikmati kebersamaan mereka yang seperti itu. Tidak perlu berkata-kata manis karena Maximus bukan ahlinya tapi setiap sentuhan dan ciuman yang dia berikan untuk Aleandra sudah cukup menunjukkan perasaan yang dia miliki pada Aleandra.     

Max mengajak Aleandra untuk mandi saat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Dia tidak mau lambung Aleandra kembali sakit karena terlambat sarapan. Kali ini mereka benar-benar mandi tanpa melakukan apa pun. Maximus sedang enggan seperti apa yang dia rasakan saat ini.     

Setelah selesai mandi mereka segera sarapan, Maximus menghubungi Jared dan meminta nomor ponsel Fedrick. Tidak butuh lama, nomor ponsel Fedrick sudah Aleandar dapatkan. Aleandra duduk bersama dengan Maximus, dia menghubungi Fedrick menggunakan ponsel spesial yang sudah di modifikasi oleh Maximus.     

Sebuah panggilan masuk, tapi nomor ponselnya tidak tertera. Hal itu membuat Fedrick sangat heran namun dia tetap menjawabnya karena dia pikir itu dari Jared.     

"Fedrick," suara Aleandra membuat Fedrick sangat senang.     

"Aleandra, Sayang. Aku sangat senang ternyata kau yang menghubungi aku," ucapnya.     

"Tidak perlu basa basi, Fedrick. Temui aku jam satu siang nanti, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Aleandra.     

"Aku tahu, Sayang. Ada yang ingin aku bicarakan juga denganmu."     

"Jangan memanggil aku seperti itu, Fedrick. Kita sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi jadi jangan memanggil aku seperti itu!"     

"Itu bagimu, Aleandra. Aku tidak terima kau mengakhiri hubungan kita jadi kau tetaplah kekasihku!" ucap Fedrick.     

Aleandra menghela napas, sepertinya akan sulit meyakinkan Fedrick. Maximus bahkan terlihat kesal, sungguh pria yang pantang menyerah tapi ini tantangan untuknya. Dia pasti akan memperjuangkan Aleandra, dia bahkan semakin bersemangat karena adanya saingan. Cinta yang didapatkan dengan penuh tantangan justru semakin membuatnya bersemangat dan semakin membuatnya tidak melepaskan Aleandra.     

"Aku tidak mau berdebat denganmu di telepon. Kita bahas hal ini nanti setelah kita bertemu. Aku akan segera mengirimkan lokasinya untukmu," ucap Alenadra. Dia tahu akan sia-sia jika mereka berdebat saat itu juga.     

Aleandra mematikan ponselnya dan menghela napas. Ponsel diletakkan, Maximus menariknya mendekat dan memeluknya.     

"Bagaimana?" tanyanya basa basi.     

"Kau bisa mendengarnya, Max. Aku rasa tidak akan mudah memintanya untuk kembali. Aku tahu Fedrick tidak akan pernah menyerah dengan mudah," ucapnya dengan nada putus asa.     

"Tidak perlu khawatir, kita akan menghadapinya bersama. Bicarakan semuanya baik-baik, dia mau terima atau tidak yang penting kau sudah berusaha," ucap Maximus seraya mencium dahinya.     

"Kau benar, Max. Aku tetap harus berbicara dengannya dan memintanya untuk kembali agar dia tidak terlibat. Semoga dia mau mendengarkan, bagaimanapun aku tidak ingin terjadi sesuatu padanya."     

"Berdoalah agar dia mau mendengarkan perkataanmu," ucap Maximus lagi. Dia berani bertaruh seratus persen jika Fedrick tidak akan mendengarkan perkataan Aleandra dan tetap bersikukuh untuk membawa Aleandra kembali. Walau dia membiarkan Aleandra berdua saja dengan Fedrick tapi dia akan tetap mengawasi mereka berdua dan akan mendengarkan percakapan mereka nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.