Hi's Like, Idiot But Psiko

Maafkan Perbuatan Kasarku



Maafkan Perbuatan Kasarku

0Setelah selesai makan, Maximus membawa Aleandra menuju kamar. Aleandra berada di dalam gendongannya saat itu. Kedua kakinya melingkar erat di tubuh Max. Mereka sibuk berciuman, kecapan lidah mereka bahkan terdengar.     

Kedua tangan Maximus yang sedang menopang tubuh Aleandra sibuk meremas kedua bokongnya. Wajah Aleandra memerah, entah kenapa tiba-tiba dia merasa jika mereka sudah lama tidak melakukan hal itu padahal mereka sering melakukannya.     

Pintu kamar terbuka, mereka masih berciuman sampai mereka berada di sisi ranjang. Maximus membaringkan Aleandra dengan perlahan, bibirnya bermain di wajahnya saat ini. Dia juga merasa sudah lama tidak melakukannya. Sebuah perasaan meluap di hati mereka, Aleandra memeluknya erat, dia melakukannya seperti dia tidak pernah memeluk Maximus sebelumnya. Entah kenapa mereka sudah seperti dua orang yang sudah lama tidak bertemu padahal mereka selalu bertemu setiap hari. Mereka seperti sedang melepas rindu, Max bahkan tidak henti memainkan bibirnya di wajah Aleandra.     

"Maafkan perbuatan kasarku, Aleandra," bisik Maximus seraya mencium pipinya tanpa henti.     

"Hei, bukankah kau berkata yang sudah berlalu tidak perlu dibahas lagi?"mata Aleandra terpejam. Bibir Maximus memang dingin tapi sentuhannya terasa menenangkan dan memberikan rasa nyaman.     

"Yeah, aku rasa aku harus membahas hal ini karena aku sudah menyakiti dirimu. Sungguh aku minta maaf, aku melakukannya karena lepas kendali."     

Aleandra tersenyum, mereka berdua saling pandang. Tangan Max berada di pipinya, mengusap wajah Aleandra dengan perlahan. Dia tidak ingin terburu-buru, selain melakukan sex mereka bisa menikmati waktu mereka berdua yang seperti itu.     

"Apa masih dingin?" tanyanya.     

"Aku rasa kau bisa menghangatkan aku," jawab Aleandra. Kedua tangannya masih berada di leher Maximus, senyum manisnya pun masih terukir di bibir.     

"Apa masih sakit, Aleandra? Aku melakukannya dengan paksa, apakah masih sakit?" Max memandanginya dengan tatapan bersalah. Dia tahu Aleandra kesakitan, itu bisa dilihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat.     

"Sekarang sudah tidak tapi saat itu bagaikan di ampelas, rasanya perih kau tahu?"     

"Maafkan aku, aku benar-benar lepas kendali," Max mencium pipinya.     

"Sudahlah, sekarang sudah tidak apa-apa," Aleandra mengusap wajah kekasihnya yang tampan. Dia tidak akan mempermasalahkannya karena saat itu dia juga salah. Semua yang terjadi tidak saja karena emosi Max yang tidak baik tapi juga karena dirinya yang menyulut emosi Max padahal pria itu sudah tidak mau memperdebatkannya lagi.     

"Jika begitu aku ingin memeriksanya," ucap Maximus seraya beranjak dari atas tubuhnya.     

"Apa? Apa maksudmu, Max" Aleandra tampak tidak mengerti dan berusaha memundurkan tubuhnya namun Max menarik kedua kakinya. Saat itu dia sudah berdiri di sisi ranjang. Aleandra berteriak, dia berusaha menahan celana yang dia gunakan karena Maximus hendak menarik dan melepaskannya.     

"Max, apa yang ingin kau lakukan?" Teriak Aleandra. Kedua tangannya masih menahan celana yang dia gunakan, sedangkan Maximus juga ingin membukanya sehingga aksi tarik menarik celana terjadi di antara mereka berdua.     

"Biarkan aku memeriksanya, Aleandra," Maximus masih berusaha.     

"Tidak perlu, oh my God. Ini memalukan, Max!"     

"Tidak perlu malu, aku sudah melihatnya dan hapal bentuknya!" ucap Maximus dengan santai.     

Wajah Aleandra merah padam, hapal bentuknya? Jangan katakan jika Maximus menghapal semua bentuk tubuhnya dan oh, itu sangat memalukan.     

"Ja-Jangan, Max. Aku malu!" Aleandra masih berusaha menahan celananya.     

Max berhenti menarik, kini tangannya berada di kedua kaki Aleandra. Max menarik Aleandra sehingga semakin mendekat, Aleandra semakin panik dibuatnya.     

"Biarkan aku melihatnya, Aleandra," Maximus mencium telapak kakinya, Aleandra menggigit bibir karena geli.     

"Jangan, hm," Aleandra berusaha menahan geli di telapak kakinya karena bibir Maximus tidak juga berhenti bahkan Max juga menggigit jari kakinya.     

"Ahh, Max!" Alendra menutup mulut dan melepaskan celana yang sedari tadi dia pegang.     

Maximus tersenyum, sepertinya Aleandra tidak tahan jika kakinya di sentuh jadi Maximus tidak menghentikan aksinya sampai Aleandra tidak sadar jika celana yang dia pertahankan sedari tadi sudah lepas dan terlempar entah ke mana.     

Tangan Maximus mengusap paha Aleandra perlahan, desahan Aleandra pun terdengar. Bibir Maximus sudah berada di pahanya, menciumnya dengan lembut. Aleandra terkejut saat kedua kakinya dibuka, dia baru menyadari jika bagian bawahnya sudah tidak menggunakan apa pun.     

"Max!" dia hendak menutup kedua pahanya tapi Maximus menahan. Mata tajamnya tidak lepas dari bagian intim Aleandra. Gadis itu malu luar biasa, siapa yang tidak malu jika diperhatikan seperti itu?     

"Oh, tidak!" Aleandra menutupi wajahnya dengan kedua tangan, sedangkan Maximus tersenyum.     

"Sepertinya baik-baik saja," Maximus menyentuh bagian intimnya, membelainya menggunakan jari.     

"Ahh," Aleandra menutup mulut. Reaksi tubuh memang tidak bisa menipu.     

"Ada apa denganmu, hm? Aku hanya ingin memeriksanya saja!" goda Maximus.     

"Pe-Pemeriksaan macam apa ini?" ucap Aleandra dengan napas berat.     

"Nikmati saja, Aleandra," Maximus menunduk, Aleandra kembali menutup mulut. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan desahan dan erangan saat Max menjilati bagian intinya.     

Maximus tersenyum, tubuh Aleandra bergetar. Kedua tangan menutup mulut dengan rapat, dia harap Maximus berhenti tapi hal itu tidak mungkin terjadi.     

"Tidak sakit, bukan? Aku akan memeriksanya luar dan dalam!" setelah berkata demikian, Max kembali melakukan aksinya. Lidahnya bermain dengan lincah, setiap jilatan yang dia berikan membuat tubuh Aleandar bergetar karena rasa nikmat yang dia berikan.     

Aleandra tidak peduli lagi, kedua tangan sudah tidak menutupi mulutnya lagi. Kedua tangannya sudah berada di kepala Maximus saat ini bahkan kedua kakinya sudah melingkar di tubuh Max.     

Max masih melakukan pemeriksaannya. Jilatan, hisapan masih dia berikan bahkan lidahnya juga masuk ke dalam sana.     

"Max, aa...ahhh!" pikirannya kacau karena Maximus tidak juga berhenti tapi dia juga tidak mau pria itu berhenti. Setiap sentuhan yang Maximus berikan membuatnya melayang sampai akhirnya dia mendesah panjang saat melakukan pelepasan hanya karena permainan lidah Maximus saja.     

Aleandra terengah, Max menjilati bibirnya dan terlihat puas. Kedua kaki Aleandra sudah tidak menjepit tubuhnya lagi, karena dia sudah terkulai lemas dengan napas yang memburu.     

"Sepertinya sudah tidak sakit," ucap Maximus seraya mendekatinya.     

"Su-Sudah aku katakan, bukan?" napas Aleandra masih memburu, kedua kakinya terasa lemas.     

"Jika begitu boleh aku masukkan, bukan?"     

Aleandra menatapnya sejenak lalu dia mengangguk. Maximus tersenyum, ciuman lembutnya mendarat di pipi Aleandra. Dengan tidak sabar, Maximus membuka baju yang dia pakai, Aleandra bahkan membantunya.     

Pakaian dilemparkan begitu saja, mereka sudah tidak memakai apa-apa lagi dalam sekejap mata saja. Max mencium bibir Aleandra, tangannya mengusap dada Aleandra dan setelah itu Max memasukkan miliknya ke dalam sana.     

Senyum mengihiasi wajah Aleandra saat Maximus mencium pipinya dengan lembut,. Max mulai menggoyangkan pinggulnya sambil mencengkeram kedua tangan Aleandra.     

Maximus menggerakkan tubuhnya dengan perlahan sambil mencium pipi Aleandra. Dia ingin melakukan hal itu dan dia ingin menikmati sex yang mereka lakukan secara perlahan.     

"Aku jadi ingin mengajakmu berlayar, Aleandra," bisiknya.     

"Kapal pesiar, ahh!" tanya Aleandra dibalik erangannya.     

"Yes, aku ingin bercinta denganmu sepanjang hari di atas laut."     

"Ter-terdengar menyenangkan, akh!"     

"Yes!" Max mulai mempercepat gerakannya. Kedua kaki Aleandra sudah melingkar di tubuhnya, desahan napas mereka yang memburu pun terdengar.     

"Faster, Max!" pinta Aleandra memohon.     

"Kau sudah tidak sabar, Aleandra!" Maximus mencium dagunya, bibirnya dan memberikan remasan di dadanya.     

"Ka-Kau yang mengajari aku dan kau yang pertama kali memberikan rasa nikmat seperti ini padaku jadi jangan berhenti!"     

"Apa kau menyukainya, Aleandra?"     

"Yes!" jawab Aleandra tanpa ragu.     

Maximus tersenyum, tubuh Aleandra diangkat sehingga gadis itu duduk di atas pangkuannya. Mereka berdua saling pandang dengan senyum di wajah.     

"I love you, Aleandra," Max mencium pipinya sedangkan tangannya memberikan usapan lembut di punggung Aleandra.     

"Terima kasih sudah mencintai aku, Max," Aleandra memeluknya erat. Padahal dia sudah siap berpisah tapi sekarang dia merasa tidak mau berpisah dengan pria itu. Dia bahkan tidak tahu jika rasa cintanya pada Maximus sudah begitu besar.     

"Aku juga mencintaimu." ucapnya lagi.     

Maximus tersenyum, dia kembali mencium pipi Aleandra dan setelah itu Maximus mencium bibir Aleandra. Kedua tangan Aleandra sudah berada di paha Maximus, dia mulai bergerak saat ciuman mereka terlepas.     

Max meremas dadanya saat Aleandra sedang menaik turunkan tubuhnya, dia juga menghisap puncak dadanya dan menjilatinya. Dia melakukan hal itu dibagian yang belum dia sentuh. Napas mereka berdua kembali memburu, posisi mereka pun berubah.     

Aleandra sudah membelakangi Maximus, mereka berdua tenggelam dalam permainan panas mereka. Aleandra berada di sisi ranjang, sedangkan Maximus berdiri di sisinya sambil menggerakkan tubuhnya.     

"Max, faster!" pinta Aleandra lagi.     

Maximus bergerak cepat, tepukan tubuh mereka berdua terdengar. Mereka bermain seperti itu cukup lama, posisi mereka kembali berubah karena Max sedang mencari klimaks dari permainan panas mereka.     

Kedua kaki Aleandra melingkar di tubuh Max, sedangkan pria itu bergerak dengan kekuatan yang dia miliki. Sial, ranjang pun ikut bergoyang tapi mereka belum juga mencapai klimaks dari permainan mereka.     

Aleandra sudah terlihat pasrah, dia tahu pria itu kuat , dia bahkan tahu permainan mereka tidak akan cepat selesai. Sepertinya yang harus minum obat penambah stamina adalah dirinya, bukan Maximus.     

Aleandra memanggil nama Maximus, tangannya bahkan berusaha menggapai lengan pria itu. Max meraih tangannya dan menciumnya lalu kembali bergerak dengan cepat.     

Keringat sudah mengalir di dahi, gerakan yang dilakukan Maximus tidak berkurang sama sekali karena dia merasa sudah akan mencapai klimaks. Aleandra juga merasakan hal yang sama, Max semakin bergerak cepat dan cepat sampai akhirnya mereka berdua mengerang saat puncak kenikmatan dari permainan mereka datang.     

Mereka berdua terengah, senyum menghiasi wajah mereka yang terlihat puas. Maximus menunduk dan mencium dahinya, mereka seperti itu untuk beberapa saat sambil menikmati sensasi akhir dari permainan mereka.     

"Apa kau mau lanjut?" tanya Maximus berbisik.     

"Oh, Tuan Smith. kau terlalu kuat jadi aku butuh istirahat!" ucap Aleandra.     

"kau menyerah begitu cepat!" tanpa mencabut miliknya, Max menggendong Aleandra dan membawanya menuju kamar mandi. Mas mencium bibir Aleandra, sepertinya mereka berdua akan kembali tenggelam dalam permainan panas mereka dan sepertinya malam ini Aleandra tidak akan tidur karena Max tidak akan membiarkan dirinya tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.