Hi's Like, Idiot But Psiko

Hasutan



Hasutan

0Fedrick sungguh tidak menyangka perpisahan yang dia alami begitu menyakitkan. Padahal dia sudah mengambil keputusan untuk menerima perpisahan mereka namun tetap saja dia tidak bisa menahannya apalagi setelah melihat kemesraan Maximus dan Aleandra. Rasanya ingin berada di posisi Maximus, rasanya dia ingin mengambil peran pria itu.     

Jika dia tidak menyingkirkan egonya, dia pasti tidak akan menyerah dan akan menculik Aleandra. Pria bernama Maximus itu tidak mungkin bisa menemukan keberadaan Aleandra jika dia melakukan hal itu. Dia bisa membawa Aleandra kembali ke Rusia dan menyembunyikan dirinya dan pria itu tidak mungkin bisa menemukan keberadaannya.     

Pesawat yang dia tumpangi akan terbang satu jam lagi jadi dia masih memiliki waktu. Fedrick masuk ke dalam restoran yang ada di bandara untuk mengisi perut karena dia tidak makan saat bersama dengan Aleandra dan Maximus. Dia tidak berminat menyentuh makanan sambil menyaksikan wanita yang dia cintai bermesraan dengan pria lain dan sekarang, dia butuh makan apalagi waktu perjalanan menuju Rusia memakan waktu cukup lama.     

Dia berencana tidur selama di perjalanan karena dia berharap dia bisa mengobati sedikit rasa sesak akibat patah hatinya dengan tidur. Dia juga ingin menghubungi ibunya karena dia ingin tahu apa yang ibunya bicarakan dengan Aleandra.     

Fedrick sudah memesan beberapa menu makanan, ponsel berada di tangan karena dia ingin menghubungi ibunya tapi pada saat itu seorang wanita tiba-tiba saja duduk di sisinya. Fedrick melihat wanita itu dengan tatapan tidak senang namun wanita itu tersenyum.     

"Tidak ada tempat kosong, Nona!" ucapnya.     

"Aku lihat di sini tidak ada yang mendudukinya!" wanita itu seperti tidak begitu tahu malunya bahkan wanita itu masih tersenyum dengan lebar.     

"Siapa pun kau, sebaiknya pergi karena aku sedang tidak mau diganggu oleh siapa pun!"     

"Aku lihat kau sedang patah hati," ucap wanita yang tidak dia kenal itu.     

Fedrick tidak menjawab dan semakin kesal. Dia ingin menikmati waktu kesendiriannya tapi kenapa wanita itu mengganggu dirinya?     

"Apa perlu aku bantu?" tanya wanita itu lagi.     

"Tidak perlu basa basi, kita tidak saling mengenal. Untuk apa kau duduk di sini? Jangan mengganggu waktuku makan!" Fedrick melihat wanita berambut pirang itu dengan tatapan tajam dan tidak suka.     

"Aku hanya ingin menghiburmu, aku lihat kau sedang patah hati."     

"Aku patah hati atau tidak apa urusannya denganmu?!"     

"Jangan marah seperti itu, aku hanya ingin menghibur dirimu saja. Aku juga sedang mengejar penerbangan, ke mana kau akan pergi?" wanita itu bertanya tiada henti.     

"Berisik! Apa sebenarnya yang kau inginkan? Kita tidaklah saling mengenal jadi kau tidak perlu repot menghiburku. Lagi pula aku sudah akan pergi setelah aku makan!" Fedrick semakin kesal tapi wanita itu tidak juga berhenti.     

"Pasti sangat menyakitkan berpisah dengan wanita yang kau cintai, tidak ada satu orang pun yang menyukai perpisahan begitu juga dengan aku!" ucap wanita itu.     

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Fedrick kembali menanyakan hal yang sama.     

"Sudah aku katakan aku hanya ingin menghiburmu saja, kau sudah dengar apa yang aku katakan, bukan? Aku tidak bermaksud lain," wanita itu masih terlihat cuek dan santai.     

"Tidak perlu menipu, apa kau mengikuti aku dari cafe?" tanya Fedrick curiga.     

"Hm, baiklah. Yang kau katakan sangat benar. Aku mengikutimu dari cafe itu. Aku melihat kau begitu mencintai wanita itu tapi sepertinya kau tidak berdaya!"     

"Jangan asal bicara, aku memang mencintainya tapi aku sudah memutuskan untuk tidak memaksakan cintaku padanya!" Fedrick lupa akan pesan Aleandra untuk tidak percaya dengan orang asing.     

"Jangan munafik, kau berbicara seperti itu tapi sesungguhnya hatimu tidak rela. Jangan menipu diri padahal kau masih mencintainya!"     

Fedrick melirik ke arah wanita itu sejenak, entah untuk apa wanita itu berkata demikian tapi entah kenapa juga tiba-tiba dia membutuhkan hal demikian. Biarlah, dia akan mendengar ocehan wanita itu untuk mengisi waktu.     

"Seharusnya sebagai pria sejati kau memperjuangkan cintamu, seharusnya kau tidak menyerah dengan mudah. Aku perhatikan pria yang bersama dengannya biasa saja, aku bahkan melihat jika kau jauh lebih baik dibandingkan pria itu!"     

"Lalu, apa aku harus melawan pria itu untuk mendapatkannya agar dia mau kembali denganku?" Fedrick bertanya demikian karena dia ingin tahu apa yang akan diucapkan oleh wanita itu.     

"Tentu saja, pria macam apa yang tidak mau memperjuangkan cintanya? Hanya seorang pecundang yang akan menyerah mengejar cintanya dengan begitu mudah. Kau jauh lebih baik dari pada pria itu, kau tidak kalah darinya lalu untuk apa kau berkecil hati dan menyerah dengan mudah? Bagaimana jika pria itu bukanlah pria terbaik untuk wanita yang kau sukai?"     

Fedrick tampak berpikir, apa yang diucapkan oleh wanita itu sangat benar. Dia tidak tahu siapa Maximus Smith tapi kenapa dia begitu mudah meninggalkan Aleandra pada pria itu?     

"Lihatlah, kau bahkan tidak tahu siapa pria itu, bukan?" wanita itu tersenyum lebar, sedangkan Fedrick tidak berpaling darinya.     

"Aku beri kau sedikit info," wanita itu mendekati Fedrick dan berbisik di telinganya, "Pria itu adalah Maximus Smith, dia sudah terkenal aneh sejak dulu bahkan dia dijuluki si idiot. Dia bukan orang yang akan menjalin hubungan serius dengan siapa pun, dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan dan setelah bosan akan dia campakkan. Dia terkenal sebagai pria paling ringan tangan, tak jarang wanita yang menjalin hubungan dengannya mendapat perlakuan kasar dan tak jarang pula ada yang sampai meninggal. Apa kau bisa meninggalkan wanita yang kau cintai dengan pria seperti itu?"     

Fedrick tampak terkejut mendengarnya, apakah yang diucapkan oleh wanita itu benar? Apakah pria yang dipilih oleh Aleandra seperti itu?     

"Jangan asal bicara, dia tidak terlihat seperti itu!" uap Fedrick. Matanya menatap wanita asing itu dengan tatapan tidak senang.     

"Ayolah, kau terlalu naif. Orang jahat mana yang akan menunjukkan sifat aslinya?Semua orang ingin terlihat sempurna dan akan menutupi keburukan yang ada pada dirinya begitu juga dengan Maximus Smith. Wanita itu pasti tertipu dengan sifat baik yang dia tunjukkan. Sekarang aku tanya padamu, jika kau ingin menarik simpati seseorang kau pasti hanya menunjukkan sisi baikmu saja agar orang itu tertarik denganmu. Semua orang pasti akan melakukan hal yang sama dan percayalah, mau kau atau pun wanita yang kau sukai itu, kalian sudah tertipu oleh sifat yang ditunjukkan oleh Maximus Smith!"     

Wanita itu tersenyum lebar, sedangkan Ferdrick memikirkan perkataan wanita itu. Sangat masuk di akal, keadaan juga mendukung. Dia memang berpikir demikian tapi apakah yang dikatakan oleh wanita itu adalah benar? Tapi dia memang tidak mengenal Maximus jadi hal itu bisa saja terjadi. Sepertinya wanita itu tahu banyak tentang Maximus Smith. Mereka berdua diam, tidak ada yang berbicara. Wanita itu merasa dia sudah selesai mengutarakan apa yang hendak dia utarakan, sedangkan Fedrick memikirkan perkataan itu.     

"Oh, tidak! Aku sudah harus pergi," wanita itu beranjak dan pura-pura terlihat terburu-buru.     

"Tunggu, kita belum selesa!" sela Fedrick.     

"Sorry, aku sudah harus pergi tapi jika kau ingin tahu lebih banyak tentang Maximus Smith maka hubungi aku," sebuah kartu nama diberikan untuk Fedrick, wanita itu menepuk bahunya sambil tersenyum, "Apa pun yang ingin kau tahu akan aku katakan tapi tidak sekarang, aku sedang terburu-buru. Kau juga sudah harus mengejar penerbanganmu, bukan?"     

"Oh, shit!" Fedrick mengumpat. Dia tidak sadar jika pesawat yang akan membawanya kembali sudah akan lepas landas. Gara-Gara berbicara dengan wanita asing itu, dia jadi tidak melakukan apa yang hendak dia lakukan. Fedrick segera berlari dengan terburu-buru setelah menyambar kartu nama yang wanita itu berikan.     

"Terima kasih, aku akan menghubungimu nanti!" teriak Fedrick dan setelah itu dia kembali berlari agar tidak ditinggalkan oleh pesawat. Dia ingin tahu lebih banyak mengenai Maximus Smith dan wanita itu bisa memberinya petunjuk.     

Wanita itu melambai dan tersenyum, setelah Fedrick tidak terlihat lagi, wanita itu pun melangkah pergi dengan ekspresi puas. Umpan yang dia inginkan sudah di lempar dan tentunya wanita itu adalah Oliver.     

Tujuannya adalah orang hebat yang ada di Rusia dan pria itulah yang akan mengantar orang hebat itu datang kepadanya. Oliver melangkah menuju mobil di mana Austin sudah menunggu dirinya. Mereka memang mengikuti Fedrick saat pria itu keluar dari cafe. Mereka menunggu di tempat jauh agar tidak diketahui oleh Maximus.     

"Bagaimana, Sayang? Apa kau sudah berhasil?" tanya Austin.     

"Tentu saja, kita tinggal menunggu hasilnya dan bersiaplah Austin, sebentar lagi kita akan menyambut kedatangan sekutu besar yang akan membantu kita balas dendam. Pemuda itu pasti akan mencari tahu tentang Maximus Smith lebih jauh dan dialah yang akan mengantarkan kekuatan besar itu pada kita. Kartu nama yang aku berikan berperan penting, kita tinggal duduk diam menunggu kedatangan mereka. Aku sudah tidak sabar menunggu kedatangan mereka dan aku juga sudah tidak sabar melihat kematian Maximus juga kedua orangtuanya. Kita manfaatkan semua yang bisa kita manfaatkan dan setelah itu, kemenangan akan berada di tangan kita. Kita juga bisa memanfaatkan penyakit ayahnya, bunuh yang tua terlebih dahulu lalu kita habisi yang muda!"     

"Kau benar-benar pintar, apa untuk ini kau bergabung di militer? Aku bahkan tidak melakukan banyak hal untuk dendam kita," ucap Austin.     

"Bodoh, bagian rencana adalah aku dan kau bagian tenaga. Bukankah kau juga seorang pejuang dalam sebuah kelompok? Pada saat itu tiba, kita akan maju bersama untuk menghabisi musuh. Kita berdua memiliki kemampuan khusus jadi kita berdua pasti bisa menghabisi musuh kita secara bersama-sama!"     

"Kau benar, ayo kita kembali. Kita siapkan segala sesuatu yang perlu kita siapkan sebelum berperang dan pada saat mereka datang, kita akan mengajak mereka bekerja sama lalu kita akan membentuk sebuah kekuatan yang tidak kalah dengan kekuatan yang Maximus Smith miliki. Pada saat itu tiba, kita tidak mungkin kalah dari mereka!"     

"Mari kita menunggu kedatangan mereka, Fedrick!"     

Oliver tersenyum, dia juga yakin saat kekuatan yang berada di Rusia bergabung dengan mereka maka mereka juga akan memiliki kekuatan yang tak kalah hebat dari kekuatan yang Maximus Smith miliki. Pada saat itu tiba, mereka akan bertarung habis-habisan sampai mereka mendapatkan kemenangan yang mereka inginkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.