Hi's Like, Idiot But Psiko

Empat Pemuda Iseng



Empat Pemuda Iseng

0Maximus membawa Aleandra yang sedang pingsan ke dalam kamar untuk dibaringkan di sana. Dia tidak menduga Aleandra akan pingsan dan menganggap keempat sepupunya hantu. Apa Aleandra tidak menyadari jika wajah mereka mirip dengan Scarlet dan Alesya?     

Sepertinya Aleandra banyak pikiran atau Aleandra memang takut dengan hantu?Tidak mungkin, jika dia takut maka dia tidak mungkin bersembunyi di bangunan kosong dan gelap saat mereka pertama kali bertemu.     

Marline mengambil minyak angin untuk putranya, itu hal tak terduga. Mereka semua juga tidak menduga akan ada yang pingsan saat melihat keempat putra Vivian. Mungkin bagi yang belum pernah melihat sangat aneh, keempat pemuda itu bahkan diintrogasi oleh ibu mereka karena ibu mereka curiga jika mereka berempat sengaja menakuti Aleandra. Dengan sifat mereka yang menyebalkan, hal itu tidak mungkin tidak terjadi. Istri mereka saja harus menahan kedongkolan di hati saat didekati oleh mereka, mereka benar-benar jiplakan ayah mereka yang juga menyebalkan.     

Keempat pemuda itu sedang duduk bersama, sedangkan ibu mereka menatap mereka dengan tatapan curiga.     

"Apa yang kalian lakukan sampai dia ketakutan seperti itu?" tanya ibu mereka.     

"Tidak ada, Mom. Kami tidak melakukan apa pun!" mereka menjawab secara serempak. Mereka juga bingung kenapa kekasih Maximus tiba-tiba pingsan melihat mereka dan menganggap mereka hantu. Apa wajah tampan yang mereka miliki begitu menakutkan?     

"Jangan menipu Mommy!" ibunya tampak tidak percaya.     

"Kami tidak menipu, Mom. Kami juga tidak tahu kenapa dia bisa mengira kami hantu!"     

"Jika begitu coba jelaskan kenapa dia bisa ketakutan seperti itu!" pinta ibunya. Keempat pemuda itu tidak tahu namun mereka mengatakan di mana mereka bertemu Aleandra, mereka meyakinkan ibu mereka jika mereka tidak melakukan apa pun sampai sang ibu percaya.     

"Baiklah, maafkan Mommy. Sifat menyebalkan kalian itu membuat Mommy curiga!" ucap ibunya.     

"Ck, kami tidak akan mengisengi orang sembarangan!" ucap putra sulungnya.     

"Oke, Mommy salah paham," setelah berkata demikian Vivian melangkah pergi meninggalkan keempat putranya ,sedangkan keempat pemuda itu saling pandang dan tiba-tiba mereka mendapat ide bagus untuk mengerjai Aleandra. Tanpa berkata apa-apa, mereka beranjak untuk mengambil sesuatu dan setelah tiu mereka melangkah menuju kamar di mana Maximus dan Aleandra berada. Mereka bahkan masuk ke dalam dengan mengendap-endap sambil melihat sana sini, jangan sampai ketahuan oleh ibu mereka.     

"Ada apa?" Maximus sangat heran melihat keempat sepupunya masuk ke dalam kamar.     

"Tidak ada apa-apa, kami hanya ingin berbicara denganmu saja," jawab Ethan.     

Mereka segera menghampiri Maximus yang sedang berusaha membangunkan Aleandra dari pingsannya.     

"Aku akan mencari kalian nanti setelah dia sadar."     

"Tidak apa-apa, kita bicara di sini. Bukan hal penting juga," mereka mengambil kursi yang ada dan duduk di dekat Maximus. Bagi mereka Max sudah seperti adik mereka karena usia mereka yang berbeda lumayan jauh.     

Tanpa tahu apa yang sedang direncanakan oleh para sepupunya, Max berbincang dengan mereka. Mereka bahkan terlihat serius. Max tidak jadi membangunkan Aleandra dan membiarkan gadis itu masih dalam keadaan pingsan.     

Aleandra mulai tersadar, gadis itu berusaha mengumpulkan kekuatannya. Suara orang berbicara membuatnya mengernyitkan dahi, mata Aleandra pun terbuka. Dia melihat Maximus sedang duduk di hadapannya.     

"Max," Aleandra berusaha untuk duduk, Maximus segera berpaling saat mendengar suara Aleandra.     

"Kau sudah sadar?" Maximus melihat keadaannya.     

"Aku?" Aleandra berusaha untuk duduk di atas ranjang. Maximus membantunya, dia masih belum tahu apa yang sedang direncanakan oleh para sepupunya. Aleandra hendak duduk namun tiba-tiba teriakannya terdengar saat melihat empat pemuda yang duduk di hadapannya.     

"Setan!" setelah berteriak demikian Aleandra kembali jatuh pingsan.     

"Aleandra!" Max terlihat bingung, kenapa Aleandra kembali pingsan? Max melihat ke arah empat sepupunya, mereka terlihat kebingungan dan mengangkat bahu.     

"Ada apa?" Marline dan Vivian masuk ke dalam setelah mendengar teriakan Aleandra.     

"Kami tidak melakukan apa pun, Mom!" keempat pemuda itu beranjak, mereka juga terlihat tidak mengerti.     

"Kenapa Aleandra berteriak, Max?" tanya ibunya.     

Maximus menatap keempat sepupunya dengan tatapan curiga, pasti mereka melakukan sesuatu sehingga Aleandra kembali terkejut saat melihat mereka. Marline dan Vivian menghampiri Aleandra yang kembali pingsan, Vivian benar-benar curiga jika putranya telah mengisengi gadis itu.     

Jonathan dan ketiga saudaranya masuk ke dalam ruangan lain dengan terburu-buru setelah keluar dari kamar, mereka berempat diam namun tidak lama kemudian mereka tertawa tertahan karena mereka sukses membuat gadis itu pingsan lagi. Mereka bahkan mengeluarkan topeng seram yang mereka gunakan untuk menakuti Aleandra tadi. Yeah... karena topeng itulah Aleandra kembali berteriak dan pingsan.     

Mereka masih berusaha menahan tawa, jangan sampai ibu mereka tahu apalagi mereka memang sengaja melakukannya. Semoga saja Max juga tidak tahu, ternyata kekasihnya mudah dikerjai.     

"Boys!" terdengar suara teriakan Vivian.     

"Oh my God, bubar!" ucap Ethan. Mereka segera bubar sebelum ibu mereka curiga.     

Vivian masuk ke dalam ruangan dan tidak mendapati keempat putranya yang iseng. Kepalan tangan di tekuk, awas saja mereka nanti.     

Di dalam kamar, Max membangunkan Aleandra dengan minyak yang dibawakan oleh ibunya. Dia yakin keempat sepupunya melakukan sesuatu untuk mengejutkan Aleandra, jika tidak mana mungkin mereka berada di dalam kamar itu?     

"Aleandra, bangun!" Maximus mengusap wajahnya, keempat sepupunya memang terkenal iseng.     

Aleandra terbangun dan segera mencengkeram kedua tangan Maximus dengan erat, dia juga terlihat ketakutan.     

"Ada setan, Max. Ada setan!" ucapnya.     

"Tidak ada, Aleandra. Kau hanya mengingau saja!"     

"Tidak mungkin, aku melihatnya tadi. Wajahnya terlihat mengerikan dan mereka ada di belakangmu!" ucap Aleandra.     

Maximus menghela napas, sudah dia duga. keempat sepupunya memang rajanya iseng. Aleandra memeluknya erat, matanya melihat sana sini seperti mencari keberadaan setan yang dia lihat tadi.     

"Kau hanya salah lihat, Aleandra, Orang yang kau kira hantu tadi adalah keempat sepupuku yang kembar," Maximus berusaha meyakinkan.     

"Benarkah?" tanya Aleandra tidak percaya.     

"Yes, mereka ada di luar jika kau ingin melihatnya."     

"Oh my God, Max!" Aleandra menutup wajahnya, malu. Jadi keempat pria yang dia kira hantu adalah sepupu Maximus? Betapa bodohnya, seharusnya dia sadar dan sekarang, bagaimana dia bisa menunjukkan wajahnya pada orang-orang di luar sana?     

"Apa kau tidak menyadari saat bertemu mereka? Aku sudah pernah katakan, bukan? Wajah mereka juga mirip dengan Alesya dan Scarlet, seharusnya kau tahu."     

"Aku tidak sadar, sungguh. Aku panik melihat pria yang sama berada di mana-mana!"     

Maximus terkekeh, ciumannya mendarat di dahi Aleandra. Seharusnya dia mengenalkan Aleandra pada mereka sehingga tidak jadi salah paham seperti itu. Tapi dia juga tidak menduga akan terjadi hal seperti ini.     

"Kau takut dengan hantu tapi kenapa waktu itu kau berani berada di bangunan tua yang gelap saat kita pertama kali bertemu?"     

"Saat itu aku lebih takut orang-orang yang mengejarku dari pada hantu!" ucap Aleandra.     

Maximus kembali terkekeh, ciumannya kembali mendarat di dahi Aleandra. Orang yang sudah terdesak memang berbeda.     

"Bagaimana keadaanmu? Jika kau merasa pusing sebaiknya beristirahat saja."     

"Aku sudah tidak apa-apa, Max. Sepertinya aku terlalu berlebihan dan ini sangat memalukan."     

"Tidak apa-apa, ayo kita keluar," ajak Maximus.     

"Apa? Tapi aku malu," ucap Aleandra.     

"Tidak apa-apa, ayo!" Max mengajaknya beranjak dari atas ranjang. Aleandra sangat enggan karena dia malu tapi pada akhirnya dia beranjak juga.     

Aleandra mengikuti Maximus keluar dari kamar sambil menunduk, dia tampak tersenyum canggung saat mereka menghampiri keluarga Max yang berada di ruang keluarga.     

"Apa kau baik-baik saja, Aleandra?" tanya Marline.     

"Ya, maaf jika aku membuat keributan," ucap Aleandra sambil tersipu.     

"Tidak apa-apa, mereka sepupu Maximus. Seharusnya kau berkenalan dengan mereka terlebih dahulu," ucap Marline.     

Aleandra tersenyum dan tampak malu apalagi empat pemuda yang dia sangka hantu berada di sana. Dia bahkan berhalusinasi jika mereka memiliki wajah yang seram tapi yeah, itu bukan halusinasi karena keempat pemuda itu memang sengaja menakuti dirinya menggunakan topeng seram.     

Selagi Aleandra berbicara dengan yang lain, Max menghampiri Jonathan dan yang lainnya. Dia duduk di antara mereka, keempat pemuda itu jadi punya firasat buruk.     

"Apa kalian puas menakutinya?" tanya Maximus.     

"Hei, apa maksudmu?" Xavier pura-pura tidak mengerti.     

"Seribu dolar!" Maximus menadahkan telapak tangannya, "Satu orang seribu dolar!" ucap Maximus.     

"Wow, apa maksudnya ini?" tanya keempat sepupunya.     

"Aku tahu kalian menakutinya. Jika tidak mau aku adukan hal ini pada Aunty maka berikan aku seribu dolar, uang itu mau aku gunakan untuk membawanya kencan nanti malam."     

"Wah, si pecinta Benjamin mulai bertingkah!" ucap Albern.     

"Seribu dolar, Albern. Jika tidak aku akan mengadu," Maximus tersenyum lebar. Keempat sepupunya menggerutu, ini pemerasan tapi sesungguhnya mereka sudah terbiasa seperti itu.     

"Kau yang kencan kami yang keluar modal!" protes mereka seraya memberikan seribu dolar pada Max.     

"Terima kasih, kalian bersenang-senang di atas rasa takut kekasihku maka kalian harus membayarnya dan uang ini, untuk menyenangkan dirinya!" Senyum Maximus semakin lebar.     

"Sepertinya lain kali kita harus menggunakan topeng yang lebih seram," ucap Ethan.     

"Jika begitu kita bisa gunakan wajah ayah mertua Albern," ucap Xavier.     

"Hei, kenapa harus wajah ayah mertuaku?" tanya Albern.     

"Karena wajah ayah mertuamu?" Mereka pun menirukan rupa wajah ayah mertua Albern secara serempak. Tawa mereka terdengar, Max juga tertawa lepas. Sayangnya kedua orangtua Aleandra sudah tidak ada jadi dia tidak tahu bagaimana rupa mereka. Mungkin dia harus melihatnya dengan cara menyelidiki kasus yang sedang Aleandra alami.     

Tawa mereka berhenti tapi mereka kembali bercanda. Itu sudah biasa terjadi tapi Max tidak pernah terlihat tertawa lepas seperti itu. Ayah dan kakek mereka bahkan bergabung bersama dengan mereka untuk mendengar apa yang sedang mereka bahas.     

Aleandra juga sedang berbincang dengan yang lain, ternyata keluarga Maximus sangat menyenangkan. Dia bahkan membuat janji dengan Scarlet dan Alesya untuk pergi bersama nanti. Selama ini dia selalu berada di rumah jadi tidak ada salahnya pergi jalan-jalan agar dia tahu lebih banyak tempat itu. Semoga saja orang-orang yang mengejarnya tidak mengejarnya nanti tapi dia tidak tahu, musuh memang sengaja mundur untuk rencana besar mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.