Hi's Like, Idiot But Psiko

Fedrick Dalam Masalah



Fedrick Dalam Masalah

0Beberapa saat yang lalu, saat Fedrick berada di bandara. Anak buah Antonio mulai melaporkan jika Fedrick sudah akan kembali ke Rusia. Tentu itu kabar baik bagi Antonio, walau sesungguhnya dia sangat berharap Fedrick membawa Aleandra kembali agar dia bisa langsung menangkap gadis itu begitu di bandara tapi tidak jadi soal walau tidak sesuai dengan harapan.     

Pemuda itu masih bisa dia gunakan untuk mengorek informasi yang dia butuhkan sebab itu Antonio sangat menanti kembalinya Fedrick. Anak buahnya bahkan sudah tersebar di bandara untuk melihat kedatangannya.     

Antonio tidak peduli, lagi pula dia bukan orang yang pandang bulu. Dia tidak sama dengan kakaknya, dia orang yang melakukan pekerjaan dengan bersih. Sebab itu polisi tidak bisa mencium sepak terjangnya di dunia hitam, mereka tidak akan menemukan apa pun yang telah dia lakukan.     

Kedua orangtua Fedrick sedang berbincang saat itu, mereka juga menunggu kepulangan putra mereka. Mereka tidak tahu jika ada yang mengintai rumah mereka dan ketika suasana sudah sunyi, Antonio memerintahkan anak buahnya untuk menyergap.     

Kedua orangtua Fedrick sangat kaget saat pintu rumah di dobrak dengan kasar dan segerombolan orang bersenjata api masuk ke dalam dan mengepung mereka.     

"Ada apa, ini?" tanya ayah Fedrick tidak mengerti.     

"Tidak perlu takut, Tuan," Antonio melangkah masuk dengan sebuah pistol di tangan. Dia juga menghampiri kedua orangtua Fedrick dengan santai.     

"Siapa kalian dan kenapa kalian masuk ke dalam rumah kami?" tanya ibu Fedrick. Wanita itu tampak ketakutan, entah siapa orang-orang itu tapi dia harap mereka hanya salah alamat.     

"Kami hanya ingin berbincang, jangan takut!" Antonio duduk tanpa permisi. Kedua orangtua Fedrick hanya saling pandang dengan tatapan tidak mengerti.     

"Ayo duduk, tidak perlu takut," ucap Antonio sambil tersenyum.     

Kedua orangtua Fedrick hanya bisa mengikuti perintah. Bagaimana mereka tidak takut? Mereka dikelilingi oleh puluhan orang yang sedang memegang senjata api bahkan senjata api semua terarah ke arah mereka.     

"Ada apa sebenarnya, Tuan? Apa kau tidak salah alamat?" Ibu Fedrick memberanikan diri untuk bertanya.     

"Tentu saja tidak, Nyonya. Aku tidak mungkin salah alamat!" Antonio masih terlihat santai. Dia memang sengaja mengulur waktu sampai Fedrick tiba.     

"Tidak mungkin kau tidak salah Alamat, kami tidak mengenal dirimu!" ucap ayah Fedric pula.     

"Kalian memang tidak mengenal aku namun aku mengenal putra kalian."     

"Apa kau sahabat Fedrick?"     

"Bukan, tapi kalian bisa beranggapan demikian!" senyum Antonio semakin lebar.     

Kedua orangtua Fedrick kembali saling pandang, firasat mereka buruk. Mereka tahu putra mereka tidak mungkin memiliki kenalan seperti itu. Mereka seperti penjahat. Apa mereka adalah perampok?     

"Jika begitu aku akan menghubungi Fedrick," ayah Fedrick hendak beranjak namun dicegah oleh sebuah senjata api yang berada di pelipisnya. Kaki pria tua itu gemetar, dia kembali duduk. Istrinya bahkan memegangi tangan suaminya yang gemetar, mereka berdua mulai takut sekarang.     

"Se-Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya ibu Fedrick.     

"Aku hanya ingin menunggu Fedrick saja, jadi temani aku. Sudah aku katakan tidak perlu takut dan temani aku sebentar!" ucap Antonio sambil melihat senjata api yang ada di tangan.     

"A-Aku akan membuatkan minuman!" ucap ibu Fedrick. Dia hendak beranjak tapi dia juga di cegah dengan senjata api yang berada di bahu. Wanita tua itu kembali duduk, dia hanya ingin mencari kesempatan agar dia bisa menghubungi polisi tapi sepertinya mustahil.     

"Sudah aku katakan, duduk denganku! Jangan menguji kesabaranku, Nyonya!" Antonio mulai terlihat kesal.     

"Tapi siapa kau? Kenapa kau berada di rumah kami dan apa maksudmu orang-orang dengan banyaknya senjata api seperti itu?" ibu Fedrick tampak tidak terima. Mereka diancam tanpa tahu apa yang sedang terjadi bahkan mereka tidak boleh pergi.     

"Ikat mereka!" perintah Antonio.     

"Apa? Ini namanya kriminal!" teriak ayah Fedrick.     

"Kami akan melaporkan hal ini pada polisi!" teriak ibu Fedrick pula.     

Antonio tertawa terbahak, melaporkannya pada polisi? Apa mereka tidak melihat situasai yang sedang mereka alami?     

"Silahkan lakukan jika kalian ingin kepala kalian berdua berlubang!"     

"Jangan bercanda, apa yang kau inginkan? Apa kau ingin menculik kami dan meminta tebusan pada Fedrick?"     

"Ha... Ha... Ha... Ha!" tawa Antonio kembali terdengar keras. Apa mereka mengira dia sedang kekurangan uang? Kedua orangtua itu sungguh pandai melawak.     

Kedua orangtua Fedrick memberontak saat hendak diikat. Mereka berdua ketakutan dan tidak mengerti kenapa mereka diperlakukan seperti itu. Mereka juga yakin jika Fedrick tidak pernah terlibat dengan penjahat seperti itu.     

"Tunggu Fedrick kembali, dia tidak akan mengampunimu!" teriak ibu Fedrick.     

"Woah, aku sangat takut nyonya. Kakiku sampai gemetar dan aku ketakutan!" ucap Antonio. Dia bahkan menunjukkan ekspresi takut, dia memang sengaja melakukannya.     

Ibu Fedrick mulai berteriak, dia berteriak meminta tolong berharap ada yang mendengar teriakannya di luar sana. Antonio semakin murka, dia memerintahkan anak buahnya untuk menutup mulut kedua orangtua Fedrick dan setelah mulut kedua orang tua itu tertutup, Antonio tampak puas dan tersenyum lebar.     

Dia bahkan melakukan apa yang dia mau di rumah itu selama menunggu kepulangan Fedrick. Cukup lama dia menunggu dan pada akhirnya, salah seorang anak buahnya melaporkan jika mobil yang membawa Fedrick sudah mendekat.     

"Akhirnya putra kalian datang, aku sudah tidak sabar menunggu!" ucap Antonio.     

Ibu Fedrick ketakutan, dia jadi berharap Fedrick tidak kembali hari ini. Dia juga berharap adanya keajaiban. Semoga saja ada yang menghubungi Fedrick dan memintanya untuk pergi sehingga putra mereka tidak masuk ke dalam rumah namun sudah terlambat. Fedrick sudah berada di luar sana dan melangkah menuju pintu.     

Dia berniat pergi ke kantor walau sudah malam, dia ingin berada di sana untuk menyendiri dan menghibur diri karena patah hati yang dia rasakan. Dia juga akan menginap di kantor, dia memerlukan tempat tenang untuk menenangkan hati dan pikirannya. Jika di rumah maka dia hanya akan mendapat ceramah dari ibunya yang tidak terima berakhirnya hubungannya dengan Aleandra.     

Para anak buah Antonio sudah bersiaga di dalam rumah, mereka akan menyergap saat pria itu masuk agar Fedrick tidak berteriak atau melakukan sesuatu. Tanpa rasa curiga Fedrick membuka pintu rumahnya.     

Kedua orangtua Fedrick menatap pintu tanpa berkedip, mereka sangat ingin berteriak agar Fedrick tidak masuk ke dalam namun mereka tidak bisa melakukan apa pun.     

Handel pintu berputar, pintu terbuka. Ibu Fedrick berusaha meronta, dia bahkan berusaha berteriak namun teriakannya tertahan akibat lakban yang menutupi mulutnya.     

Fedrick masuk tanpa curiga, dia bahkan menutup pintu kembali dan melangkah masuk sambil membuka sepatu yang dia gunakan, "Mom, aku pulang!" ucapnya dan begitu wajahnya terangkat, Fedrick terkejut melihat keadaan kedua orangtuanya yang sedang terikat.     

"Sial!" perkataan itu pun terucap di bibir ketika melihat banyaknya orang yang mulai mengelilinginya dengan senjata api di tangan.     

Tas yang dibawa Fedrick jatuh dari tangan, matanya terbelalak melihat pria yang tidak asing baginya dan pria itu terlihat tersenyum sambil memainkan pistolnya.     

"Apa maksudnya ini?" tanya Fedrick dengan kemarahan di hati.     

"Akhirnya kau tiba, aku sudah bosan menunggu. Hampir saja aku mengajak kedua orangtuamu bermain catur untuk mengisi waktu," jawab Antonio.     

"Jawab aku, apa maksudnya ini?!" teriak Fedrick marah.     

"Sttss!" Antonio menempelkan jarinya ke bibir dan melangkah mendekati Fedrick.     

"Tidak perlu berteriak, aku mendengar apa yang kau katakan," ucapnya lagi.     

"Jika begitu jelaskan, apa maksud semua ini? Siapa kau dan kenapa kedua orangtuaku diikat seperti itu?" Fedrick tampak tidak terima. Bukankah dia pria yang telah memberikan informasi akan keberadaan Aleandra beberapa waktu lalu? Kenapa sekarang pria itu justru berada di rumahnya dan menyekap kedua orangtuanya seperti itu?     

Dia takut membayangkan dan takut menerka, apakah hal ini yang ditakutkan oleh Aleandra? Sialnya, dia masih tidak mempercayai apa yang Aleandra khawatirkan selama ini.     

"Padahal aku berharap kau bisa membawanya kembali sehingga aku bisa menangkapnya dengan mudah namun sayangnya kau gagal!" ucap Antonio.     

"Apa maksudmu?"     

"Hng, masih belum juga sadar? Ternyata kau sungguh naif!" cibir Antonio.     

Fedrick diam, berpikir. Tatapannya tidak lepas dari Antonio. Jadi pria itu sengaja mengatakan padanya keberadaan Aleandra agar dia bisa membawa Aleandra? Apa dia sedang dimanfaatkan saja oleh pria itu?     

"Kau memanfaatkan aku?" tanya Fedrick.     

"Ya, aku memanfaatkan dirimu sebab itu aku mengatakan padamu di mana dia berada. Aku berharap kau bisa membawanya kembali agar aku bisa mendapatkan dirinya tanpa harus melawan orang yang sedang melindunginya saat ini tapi lihatlah, kau hanya pecundang yang tidak berguna!"     

"Kau, apa kau yang telah menghabisi keluarga Aleandra?" tanya Fedrick curiga.     

Antonio diam namun tidak lama kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Akhirnya pria itu menyadarinya walau sudah terlambat.     

"Bingo, tebakanmu sungguh tepat. Akulah yang telah menyerang keluarganya, aku juga yang sudah membunuh kedua orangtuanya. Aku membuat kesalahan karena kehilangan gadis itu namun aku akan tetap mendapatkannya dan aku akan memberikan dia pada kakakku. Dia akan menjadi tawanan kakakku untuk seumur hidupnya, dia akan menjadi pemuas nafsu kakakku dan jika kakakku sudah bosan, semua anak buahku yang akan menikmati tubuhnya!" ucap Antonio.     

"Sial, dasar kau pria gila!" umpat Fedrick marah. Dia sungguh tidak menyangka jika Aleandra melarikan diri dari orang seperti Antonio. Ternyata selama ini dia sungguh bodoh begitu mudahnya tertipu oleh pria itu. Seharusnya dia tidak mempercayai siapa pun dengan mudah padahal polisi tidak menemukan pelakunya. Sepertinya yang memang bisa melindungi Aleandra memang Maximus saja, dia sangat bersyukur tidak membawa Aleandra kembali dan dia juga sangat bersyukur Aleandra tidak mau mengikutinya kembali.     

"Lepaskan kedua orangtuaku, kami tidak ada hubungannya dengan masalah ini!" ucap Fedrick.     

"Hal itu tidak mungkin terjadi, Fedrick!" ucap Antonio sinis.     

"Jika begitu apa yang kau inginkan?"     

"Yang aku inginkan?" Antonio melangkah mendekati kedua orangtua Fedrick dengan seringai lebar.     

Fedrick memandangi pria itu dengan tatapan curiga, sepertinya dia dalam masalah besar saat ini dan tentunya dia tahu jika dia akan mencelakai Aleandra karena masalah ini.     

"Jika kau ingin kedua orangtuamu selamat, maka kau harus melakukan apa yang aku lakukan!" ucap Antonio.     

Fedrick mengumpat dalam hati, sudah dia duga. Bagaimana caranya dia bisa menyelamatkan kedua orangtuanya tanpa harus mengikuti perkataan pria itu? Dia harap ada karena dia tahu semua tidak akan berakhir baik jika dia menuruti perkataan Antonio. Tapi apa caranya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.