Hi's Like, Idiot But Psiko

Aku Tidak Tahu



Aku Tidak Tahu

0Fedrick terbangun di tempat yang sangat asing, dia hanya seorang diri di dalam ruangan itu. Fedrick diikat di sebuah kursi, kedua tangannya diikat di lengan kursi begitu juga dengan kedua kakinya. Kursi itu tampak sedikit aneh tapi dia tidak curiga.     

Mata Fedrick melihat sana sini, mencari keberadaan kedua orangtuanya. Ke mana mereka? Kepalanya terasa sakit, dia lupa apa yang terjadi setelah dia kembali ke rumah. Padahal Aleandra baru saja mengingatkan tapi tidak diduga musuh sudah menunggu kepulangannya.     

Dia benar-benar bodoh, dia tidak tahu jika dia di jebak. Sebenarnya apa yang diinginkan pria itu darinya? Dia harap kedua orangtuanya baik-baik saja. Semua terjadi gara-gara egonya tapi apa salah mencari kekasihnya yang hilang? Dia hanya ingin mengetahui keadaan Aleandra namun keingintahuannya justru dimanfaatkan oleh orang yang telah menghancurkan keluarga Aleandra. Dia masih tidak percaya jika pria itulah yang telah membunuh keluarga Aleandra.     

Fedrick mencoba meronta supaya tali yang mengikat kedua tangannya terlepas namun usaha yang dia lakukan sia-sia. Dia masih berusaha sampai kursi yang dia duduki berguncang.     

"Sial, lepaskan aku!" teriaknya marah. Dia sudah tampak kesal. Dia harus keluar dari tempat itu agar dia bisa memberitahu Aleandra siapa yang telah membantai keluarganya. Dia juga harus menyelamatkan kedua orangtuanya. Pihak berwajib juga harus tahu akan hal ini tapi bagaimana caranya melarikan diri dari tempat itu?     

"Lepaskan! Apa maksudmu mengikat aku seperti ini?!" teriak Fedrick lagi. Suasana sunyi, tidak ada siapa pun bahkan dia kembali berteriak. Fedrick benar-benar marah, tidak seharusnya dia mendapat perlakuan seperti itu. Dia sangat ingin tahu kenapa dia ditangkap dan kenapa pria itu menghabisi keluarga Aleandra.     

Fedrick menunduk, perasaannya kacau. Sekarang apa yang bisa dia lakukan? Tidak saja mencelakai Aleandra, sekarang dia juga mencelakai kedua orangtuanya. Dia harap ayah dan ibunya baik-baik saja. Fedrick masih menunduk diam dan pada saat itu pintu ruangan terbuka. Wajahnya terangkat, matanya melihat ke arah pintu. Seorang pria masuk ke dalam dan tentunya fedrick menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian karena pria itu adalah Antonio.     

"Kenapa kau mengikat aku seperti ini?! Mana kedua orangtuaku?" teriak Fedrick.     

"Tidak perlu khawatir, kedua orangtuamu baik-baik saja untuk saat ini," jawab Antonio. Sebuah kursi diambil, Antonio melangkah mendekati Fedrick dan duduk di hadapannya.     

"Apa maksudmu untuk saat ini? Segera lepaskan mereka, mereka tidak ada hubungannya sama sekali!" ucap Fedrick dengan kemarahan di hati. Dia sungguh tidak menduga akan mengalami kejadian seperti ini.     

"Aku akan melepaskan mereka, aku juga tidak akan melukai mereka tapi semua itu tergantung dirimu!" Antonio menyilangkan kakinya, walau Fedrick menatapnya penuh kebencian namun dia terlihat santai bahkan dia tidak seperti orang yang sedang menyandera Fedrick.     

"Sebenarnya apa yang kau inginkan? Jangan bertele-tele, katakan sekarang juga!"     

"Mudah saja, aku ingin kau mengatakan semua yang kau tahu tentang pria itu!" jawab Antonio.     

"Pria yang mana? Bicara yang jelas!" Fedrick sungguh tidak mengerti.     

"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku ingin kau mengatakan padaku semua tentang pria yang bersama Aleandra. Namanya, profesinya apa pun yang kau tahu tentangnya harus kau katakan padaku!" ucap Antonio.     

"Jadi kau mengirim aku ke sana untuk itu?" tanya Fedrick, matanya menatap Antonio tanpa berkedip.     

"Tentu saja, apa kau pikir ada yang lainnya? Ah... aku lupa, aku memang berharap kau membawa Aleandra kembali dan tentunya sambil mencarikan informasi siapa pria yang bersama dengannya. Aku memang memanfaatkan dirimu untuk hal itu!" ucap Antonio tanpa ragu.     

"Ha... Ha... Ha...!" Fedrick tertawa terbahak-bahak. Tentu hal itu membuat Antonio kesal.     

"Kenapa kau tertawa seperti itu?" tanya Antonio dengan nada tidak senang.     

"Kau sungguh lucu, kau ingin tahu tentang pria itu? Kenapa kau tidak mencari tahu sendiri, jika kau memang hebat seharusnya kau bisa melakukan hal itu, bukan? Oh, aku tahu. Kau pasti tidak mampu. Apa kau takut dengannya? Ck, ternyata kau hanya seorang pengecut saja!" cibir Fedrick.     

"Diam!" Teriak Antonio lantang.     

"Aku bukannya tidak mampu, aku juga tidak takut dengannya. Aku orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak, sebab itu aku harus tahu bagaimana musuh yang harus aku hadapi nanti!"     

"Tidak perlu banyak alasan, katakan saja jika kau memang takut dengannya!" Fedrick masih mencibir. Dia tidak akan mengatakan apa pun tentang Maximus tapi dia memang tidak tahu apa pun tentang pria itu.     

"Sepertinya kau tidak bisa diajak bicara!" Antonio mengeluarkan sebuah remote control dari saku celananya. Fedrick menelan ludah, apa yang hendak dilakukan oleh pria itu?     

"Apa yang mau kau lakukan?" tanyanya.     

"Memberimu pelajaran agar kau tahu situasi apa yang sedang kau hadapi saat ini sehingga kau bisa menempatkan dirimu dalam situasi itu!" setelah berkata demikian, Antonio menekan sebuah tombol hijau yang ada di remote control.     

Fedrick berteriak, tubuhnya dialiri oleh listrik sehingga membuat tubuhnya kejang-kejang. Dia sungguh tidak menduga jika kursi yang dia duduki saat ini adalah kursi listrik yang dapat menghantar listrik bertegangan cukup tinggi pada tubuh korban yang duduk di atasnya.     

Antonio tampak puas melihat ekspresi kesakitan yang ditunjukkan oleh Fedrick. pria itu masih kejang-kejang akibat aliran listrik dan setelah cukup, Antonio menekan tombol merah sehingga aliran listrik berhenti.     

Fedrick masih tampak kejang-kejang, pria itu bahkan menunduk dengan air liur yang membasahi sekitar mulutnya. Jantungnya berdetak dengan cepat, seluruh tubuh terasa sakit.     

"Bagaimana? Apa kau sudah bisa menempatkan diri dalam situasi yang sedang kau hadapi saat ini?" tanya Antonio, "Jika belum maka aku akan kembali menekan tombol ini atau kau baru bisa diajak bicara setelah salah satu orangtuamu berada di kursi itu? Aku tidak yakin mereka bisa bertahan jika mereka berada di posisimu saat ini!" ucap Antonio.     

"Ja-Jangan!" ucap Fedrick dengan lemah.     

"Jadi, apa kau sudah bisa diajak bicara?"     

Fedrick mengangguk dengan pelan, jangan sampai kedua orangtuanya merasakan kursi listrik itu karena mereka tidak mungkin bisa bertahan dengan kondisi mereka yang sudah tua.     

"Bagus, aku senang kau mulai paham karena aku akan membuatmu paham dengan caraku jika kau masih keras kepala!" Antonio tersenyum lebar, dia akan memberikan Fedrick waktu untuk memulihkan diri sehingga dia bisa menginterogasi pria itu dengan mudah.     

Fedrick berusaha mengumpulkan tenaga, detak jantungnya juga tidak beraturan dan tentunya dia masih merasakan rasa sakit di sana.     

Setelah beberapa saat menunggu, Fedrick sudah terlihat lebih baik. Antonio akan kembali bertanya, bagaimanapun dia harus mengetahui kekuatan yang musuh miliki sebelum dia memutuskan untuk pergi ke California untuk menyerang dan menangkap Aleandra.     

"Sekarang kau sudah bisa diajak bicara, bukan?" tanya Antonio.     

"Aku tidak tahu!" Edrick terlihat masih berusaha mengumpulkan kekuatannya.     

"Apa maksudmu tidak tahu? Jangan menguji kesabaranku lebih dari pada ini!" Antonio kembali terlihat kesal.     

"Hng, apa kau pikir aku bisa tahu tentang pria itu begitu cepat? Aku berada di sana beberapa hari saja, aku tidak tahu apa pun tentangnya selain namanya saja!" bagaimanapun dia tidak boleh mengatakan apa pun pada pria itu.     

"Sudah aku katakan tidak perlu bertele-tele, katakan sekarang!" bentak Antonio.     

"Yang aku tahu dia bernama Maximus Smith, sisanya aku tidak tahu!" teriak Fedrick pula.     

Antonio memainkan jari di dagu, jadi nama pria itu adalah Maximus Smith? Nama saja tidak cukup apalagi anak buahnya yang berada di California tidak bisa menemukan apa pun tentang pria itu.     

"Yang lain, kau pasti tahu yang lainnya, bukan?"     

"Aku tidak tahu lagi, dia memang memiliki banyak anak buah tapi aku tidak tahu lagi!" teriak Fedrick.     

"Jangan berteriak, sepertinya kau belum paham situasi!" tombol merah kembali ditekan, teriakan Fedrick terdengar karena tubuhnya kembali dialiri listrik yang sangat menyakitkan.     

Fedrick sungguh tidak berdaya, padahal dia tidak tahu apa pun. Rasa sakit akibat sengatan listrik benar-benar menyiksa dirinya. Antonio menekan tombol merah setelah cukup. Fedrick bahkan masih terlihat kejang-kejang. Antonio tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.     

Fedrick meringis akibat sakit, dia rasa semua itu tidak akan berakhir tapi apa yang bisa dia lakukan? Tiba-Tiba saja dia jadi teringat dengan wanita yang dia temui di bandara. Wanita itu berkata jika dia tahu semua tentang Maximus Smith, apa dia harus mengatakan hal itu pada Antonio?     

"Sepertinya menyiksa dirimu saja tidak cukup. Sepertinya memang harus ibumu yang duduk di sana sehingga kau tidak bermain-main denganku!" ucap Antonio kesal.     

"Ja-Jangan! Aku sungguh tidak tahu apa pun tapi seseorang bisa memberimu infromasi tentang dirinya," ucap Fedrick,. Dia sungguh tidak punya pilihan karena dia tidak mau ibunya yang berada di posisinya saat ini.     

"Siapa?" Antonio beranjak dan mendekatinya. Anak buahnya memang berkata jika Fedrick berbicara dengan seseorang saat di bandara.     

"Aku tidak tahu, aku tidak mengenalnya tapi dia datang mendekati aku dan mengatakan jika dia tahu tentang Maximus. Dia akan mengatakan semua yang ingin kau tahu jadi tanyakan padanya."     

"Bagaimana aku bisa menghubunginya?" tanya Antonio.     

"Di-Di saku kemejaku ada kartu nama yang dia berikan."     

Antonio menghampiri Fedrick dan merogoh saku kemejanya. Benar saja, sebuah kartu nama berada di sana. Nama OLiver tertera di sana, rencana Oliver memanfaatkan Fedrick agar dia bisa bertemu dengan Antonio benar-benar berjalan sempurna.     

"Sekarang kau sudah mendapatkan apa yang kau mau jadi lepaskan aku dan kedua orangtuaku!" pinta Fedrick.     

"Tidak secepat itu, kawan. Kau masih bisa berguna bagiku kelak!" ucap Antonio seraya melangkah menjauh.     

"Apa maksudmu?" Fedrick tampak marah.     

"Kau dan kedua orangtuamu bisa aku jadikan pion untuk menangkap Aleandra jadi nikmati saja waktumu di sini. Kau tidak perlu khawatir, selama kalian masih berguna maka aku tidak akan membunuhmu tapi jika sudah tidak, aku akan menghabisi kalian karena aku tidak akan meninggalkan bukti apalagi orang yang sudah tahu bagaimana rupaku!"     

"Ja-Jangan sembarangan! Lepaskan kami, sekarang!" teriak Fedrick.     

Antonio tidak peduli, dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlepas apa pun motif wanita bernama Oliver itu memberikan kartu namanya pada Fedrick tapi yang pasti dia bisa memberinya informasi. Antonio keluar dari ruangan, sedangkan Fedrick masih berteriak. Sial, dia semakin memperumit masalah tapi dia tidak punya pilihan sama sekali karena kedua orangtuanya yang terancam.     

Semoga Aleandra waspada dan semoga saja Maximus benar-benar bisa menjaga Aleandra karena dia tahu pria bernama Antonio itu sangat berbahaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.