Hi's Like, Idiot But Psiko

Dendam Austin dan Oliver



Dendam Austin dan Oliver

0Oliver sudah sangat menantikan hasil dari rencana yang dia jalankan. Dia sangat berharap umpan yang dia lemparkan melalui pria bernama Fedrick itu sudah ditangkap oleh mangsa. Tapi sudah beberapa hari berlalu, kenapa belum ada hasilnya?     

Oliver berjalan mondar mandir, semoga saja hari ini apa yang dia nantikan segera datang. Dia sungguh sudah tidak sabar menunggu. Austin bahkan menggeleng melihat tingkahnya, kenapa Oliver tidak duduk diam menunggu?     

"Oliver, kenapa kau tidak duduk diam?" tanyanya.     

"Aku sedang menunggu!" jawab Oliver, dia masih berjalan mondar mandir.     

"Aku tahu tapi kau sudah melakukan hal seperti itu sejak setengah jam yang lalu, apa kau tidak lelah?"     

"Oke, baiklah!" Oliver duduk di sisi Austin dan bersandar di bahunya," Aku hanya tidak sabar saja, Austin," ucapnya.     

"Aku tahu, tapi kau perlu bersabar. Semua rencana yang kau susun sudah sangat matang, aku yakin semua akan berjalan sesuai dengan yang kau inginkan."     

"Aku juga berharap demikian, Austin. Aku sudah melakukan semua yang bisa aku lakukan untuk membalas kematian ayahku bahkan ibuku meninggal karena dendam yang dia pendam."     

"Aku tahu, Oliver. kau juga tahu jika aku juga memendam dendam dengan mereka karena ayahku juga meninggal karena mereka. Kita tunggu sebentar lagi, pria itu pasti baru kembali, bukan?"     

Oliver mengangguk, semoga saja kartu nama yang dia berikan pada Fedrick bisa memancing orang-orang itu datang karena dia sangat membutuhkan kekuatan mereka.     

Sebenarnya siapa Oliver dan Austin? Kenapa mereka berdua memiliki dendam pada Marline dan Michael sehingga mereka ingin membunuh Maximus dan kedua orangtuanya?     

Waktu itu, saat kedua orangtua Maximus masih muda. Saat sekelompok orang memanfaatkan Marline untuk membunuh Michael dengan serum berbahaya yang mengambil ingatannya. Marline harus kehilangan calon suaminya yang bernama Johan namun setelah ingatannya kembali Johan pun kembali. Marline tahu itu bukan calon suaminya yang sudah tiada dan memang pria itu adalah Bert, musuh Michael Smith yang bersekutu dengan musuh lainnya untuk menghancurkan mereka.     

Bert memiliki seorang kekasih sebelum dia mati terbunuh, dan pada saat itu ternyata kekasih Bert sedang hamil. Wanita itu melahirkan seorang anak perempuan dan dia adalah Oliver. Dendam pun ditanamkan dalam diri Oliver, sang ibu mengatakan jika ayahnya mati di tangan Michael Smith dan Marline Miller. Ibu Oliver juga meminta putrinya untuk membalaskan kematian ayahnya walau dia sudah pergi.     

Tentu saja Oliver menyimpan dendam pada Marline dan Michael, Dia juga benci dengan Maximus. Dia jadi tidak memiliki sosok ayah karena mereka maka dari itu dia akan membunuh mereka sebagai pembalasan kematian sang ayah apalagi ayahnya tidak pernah ditemukan bahkan jasadnya pun tidak ada dan menurut ibunya, ayahnya sudah jadi makanan binatang peliharaan klan Smith.     

Oliver bersumpah akan membalas kematian ayahnya, sebab itu dia menjadi seorang militer dan mempelajari banyak hal lalu bagaimana dengan Austin?     

Di antara musuh Marline dan Michael, hanya seorang pria bernama Zain yang memiliki makam. Dia adalah seorang ilmuwan, dialah yang membuat serum sehingga ingatan Marline hilang. Untuk membalas perbuatannya, Michael meminta seorang ilmuwan gila untuk membuat serum berbahaya lalu serum itu di suntikan ke tubuh Zain. Zain meninggal dalam kondisi busuk dan dikuburkan. Dia meninggalkan seorang putra yang dibawa pergi oleh istrinya. Tidak ada yang tahu karena dia dan istrinya sudah bercerai lama dan putranya adalah Austin.     

Seperti Oliver, Austin juga mencari tahu apa yang terjadi dan setelah tahu tentu dia juga memutuskan untuk balas dendam apalagi dia curiga jika kematian ayahnya berhubungan dengan Marline dan Michael. Seperti mereka yang kehilangan sosok ayah, mereka juga ingin Maximus merasakan hal itu.     

Walau Austin tidak mengikuti jejak ayahnya yang menjadi seorang ilmuwan namun dia memiliki sebuah kelompok sehingga dia memiliki anak buah. Oliver juga membuat sebuah kelompok setelah mengundurkan diri dari kemiliteran. Bagaimanapun mereka harus memiliki kekuatan untuk balas dendam.     

Sebab itulah mereka memutuskan bekerja sama saat mereka bertemu di makam sampai akhirnya mereka menjalin asmara karena perasaan yang tumbuh secara tiba-tiba. Namun kekuatan yang mereka miliki tidaklah cukup apalagi mereka sudah mencoba beberapa kali dan hasilnya selalu gagal.     

Mereka menunggu cukup lama sampai akhirnya ponsel yang diletakkan oleh Oliver di atas meja berbunyi. Oliver segera beranjak dengan terburu-buru, dia juga menyambar benda itu dengan cepat. Senyum menghiasi wajah, dia yakin itulah yang dia tunggu sedari tadi.     

Oliver segera menjawabnya, jangan sampai panggilan itu mati sehingga apa yang dia harapkan gagal.     

"Hallo," Oliver melangkah menuju jendela, sedangkan Austin mendengar pembicaraan kekasihnya.     

"Apa aku sedang berbicara dengan Oliver?" tanya Antonio.     

"Ya, aku Oliver. Kau tidak salah sama sekali," jawab Oliver dengan seringai menghiasi wajah.     

"Kau seperti sedang menunggu telepon dariku, Nona?" tanya Antonio.     

"Ya, aku memang menunggu seperti yang kau tahu. Aku sudah sangat menantikan telepon darimu."     

"Jadi untuk ini kau memberikan kartu namamu pada pemuda itu?"     

"Yes, aku tahu kau pasti ingin tahu siapa Maximus SMith. Sebab itu aku memang sengaja memberikan kartu nama itu padanya!"     

"Sepertinya kau sudah tahu jika aku ingin mencari tahu tentang pria itu. Apa kau memata-matai aku?" tanya Antonio. Dia jadi tidak senang karena ada yang melakukan hal itu.     

"Jangan marah, Tuan. Aku melakukan hal ini karena kita memiliki tujuan yang sama," ucap Oliver.     

"Tujuan yang sama? Hng, jangan membuat lelucon. Aku tidak akan bekerja sama dengan siapa pun demi tujuanku dan aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan dengan mudah!"     

"Aku tahu, kehebatanmu sepertinya tidak perlu diragukan lagi tapi aku juga yakin kau tidak mungkin bisa mendapatkan informasi tentang Maximus Smith sampai kapan pun juga sehebat apa pun dirimu!"     

"Jangan membual. Sehebat apa dirinya sehingga aku yang hebat ini tidak bisa mendapatkan informasi apa pun tentangnya!" ucap Antonio dengan penuh percaya diri. Bagaimanapun dia tidak boleh terpancing oleh wanita itu terlepas apa pun tujuan wanita itu.     

"Ha... Ha... Ha...!" OLiver tertawa terbahak. Pria itu sungguh tidak tahu apa-apa. Sepertinya dia begitu meremehkan Maximus sehingga dia berpikir bisa mengetahui informasi pria itu dengan mudah.     

"Kau sungguh naif, Tuan. Aku maklumi hal itu karena kau tidak tinggal di Amerika tapi mau sekuat apa pun kekuatan yang kau kerahkan di sini mereka tidak akan mendapatkan apa pun!"     

Antonio diam, ternyata wanita itu begitu cerdik dan sudah memperhitungkan semuanya. Wanita itu bahkan sudah tahu jika dia akan menangkap Fedrick untuk mencari tahu tentang Maximus Smith dari pemuda itu sebab itu dia memberi Fedrick kartu namanya agar Fedrick memberikan kartu namanya saat pemuda itu sedang terdesak.     

"Bagaimana, Tuan? Kau menginginkan informasinya dariku atau kau ingin mencari tahu sendiri tentang pria itu yang sampai kau mati pun aku jamin kau tidak akan mendapatkannya. Aku tidak memaksa dirimu, kau bisa memutuskan hal itu sendiri. Aku hanya menawarkan apa yang kau inginkan dan tentunya tidaklah gratis!"     

"Apa sebenarnya yang kau inginkan? Kau pasti merencanakan hal ini demi sebuah tujuan besar bukan?"     

"Seperti yang kau tahu, kau orang yang cerdas, Tuan. Tentunya tidak ada yang gratis namun kau tidak akan rugi apa pun karena seperti yang aku katakan, kita memiliki tujuan yang sama."     

"Jika begitu katakan apa yang kau inginkan sebenarnya? Aku tidak suka berbasa basi!"     

"Kita bisa bicarakan hal ini saling tatap muka!" ucap Oliver.     

"Jangan menguji kesabaranku, Nona!" bentak Antonio marah.     

"Jika kau menginginkan tawaranku, maka datanglah. Aku tidak suka membahas hal ini di telepon agar kita bisa membahas hal ini lebih lanjut. Kau tidak akan rugi apa pun, Tuan. Bukankah kau ingin tahu tentang Maximus Smith orang yang sedang melindungi buronanmu saat ini?"     

Antonio terbelalak, wanita itu sudah tahu terlalu jauh. Apa anak buahnya yang ada di sana diikuti? Itu bisa saja terjadi, dia curiga jika wanita itu mengikuti anak buahnya saat Fedrick tiba di California.     

Sungguh wanita yang cerdik jadi dia tidak boleh meremehkan wanita itu. Sepertinya mengikuti permintaannya bukanlah pilihan salah. Jika mereka memang memiliki tujuan yang sama dan saling menguntungkan, tidak ada salahnya bekerja sama untuk mengalahkan musuh.     

"Baiklah, aku akan pergi ke sana tapi jika kau mengecewakan maka siap-siap saja, aku akan menghabisi nyawamu tanpa ragu!" ancam Antonio.     

"Sudah aku katakan, kau tidak akan rugi. Aku tunggu kedatanganmu," seringai menghiasi wajah Oliver. Dia tahu pria itu pasti butuh informasi darinya. Tidak ada satu orang pun yang akan bertindak gegabah begitu juga dengan pria itu. Walau pria itu belum menjawab akan bekerja sama dengannya namun kekuatan besar yang akan bergabung dengannya sudah ada di depan mata.     

Seringai masih menghiasi wajah Oliver setelah Antonio mengakhiri pembicaraan mereka. Oliver tidak beranjak, matanya menatap keluar sana dengan pikiran yang berkelana.     

"Bagaimana, Sayang?" tanya Austin seraya memeluknya dari belakang. Dia memang bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Oliver tapi dia tidak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh Antonio.     

"Dia akan datang, Austin," Oliver bersandar di dadanya, "Aku sungguh sudah tidak sabar menunggu pria itu datang. Dengan begini kita bisa memulai pembalasan dendam kita!" ucapnya lagi.     

"Kau benar, Sayang. Setelah selesai, ayo kita pergi yang jauh dari kota ini, Kita menikah dan memulai kehidupan di sana. Kau mau menikah denganku bukan, Oliver?" tanya Austin. Jika semua sudah selesai tidak ada lagi yang bisa menghalangi mereka untuk bahagia.     

"Tentu saja aku mau, Austin. Kita akan hidup bahagia nantinya," Oliver kembali tersenyum. Sebelum dendamnya terbalas dia tidak akan berhenti. Dengan kekuatan yang akan bergabung dengan mereka nanti, mereka pasti akan menang. Dia yakin itu tapi apakah demikian?     

Dia harap pria bernama Antonio itu segera datang dan memang, Antonio sedang mencari kakaknya untuk mendiskusikan hal itu. Kakaknya harus tahu jika dia akan pergi ke California untuk mencari informasi dan setelah dia mengetahui siapa Maximus Smith maka dia akan menyusun rencana dan meminta pasukan untuk datang karena mereka akan langsung menyerang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.