Hi's Like, Idiot But Psiko

Dapatkan Gadis Itu.



Dapatkan Gadis Itu.

0Suara teriakan seorang pria terdengar dari sebuah ruangan. Suara pecutan cambuk terdengar mengiringi suara teriakan pria itu. Dia disiksa dengan kejam, rupa tampannya sudah tidak ada lagi bahkan tubuhnya kurus kering.     

Dua orang pria masih mencambuk pria itu tanpa belas kasihan, sedangkan seorang pria lain menatapnya dengan tatapan puas. Tidak, sesungguhnya dia belum puas karena apa yang dia inginkan belum sepenuhnya tercapai.     

"Cambuk lebih keras!" pria itu pun berteriak dan tidak lama kemudian suara pecutan cambuk yang membuat bulu roma meremang kembali terdengar. Suara teriakan pria tidak berdaya pun memenuhi ruangan. Di tubuh kurusnya terdapat begitu banyak bekas luka, entah apa yang terjadi dengannya yang pasti dia mendapat siksaan yang keji selama berada di tempat itu.     

Pria itu bahkan sudah tidak bergerak, tubuhnya tergolek di atas lantai yang dingin. Antara mati dan tidak, dia sudah tidak tahu apa-apa lagi dan berharap kematian segera menghampirinya karena dia disiksa siang dan malam tanpa henti. Rasanya ingin siksaan itu segera berakhir namun dia tidak berdaya.     

Pada saat itu, pintu ruangan terbuka. Antonio melangkah masuk dan menggeleng melihat apa yang dilakukan oleh kakaknya. Sepertinya kebencian sudah mendarah daging sehingga kakaknya selalu datang ke tempat itu untuk menyiksa pemuda itu.     

"Hentikan!" teriak Antonio seraya melangkah menghampiri kakaknya.     

"Untuk apa kau datang ke sini?"     

"Kau bisa membunuhnya, Roberto!"     

"Biarkan saja, pemuda itu sudah tidak berguna!"     

"Jangan salah, dia sangat berguna. Kalian berdua, berhenti mencambuknya dan rawat luka-luka yang ada di tubuhnya!"     

Kedua anak buahnya berhenti mencambuk, mereka membawa pemuda itu pergi dan menjalankan perintah yang Antonio berikan. Roberto tampak tidak senang karena kesenangannya diganggu oleh sang adik.     

"Apa maksudmu, Antonio? Kenapa kau mengganggu kesenanganku dan kenapa harus memperlakukannya dengan baik?" tanyanya dengan sinis.     

"Sebaiknya tidak membunuhnya, Roberto. Kita masih bisa mempergunakan dirinya untuk melancarkan aksi balas dendam kita."     

"Mempergunakannya? Apa yang hendak kau lakukan?"     

"Aku punya rencana bagus sebab itu aku membutuhkannya dalam keadaan hidup!"     

"Apa yang kau rencanakan?" sang kakak melihat ke arahnya, dia tahu adiknya memiliki segudang rencana yang tidak pernah gagal. Dia rasa Antonio memang memiliki rencana bagus terhadap pemuda itu.     

"Dengarkan aku!" Antonio duduk di dekat kakaknya, kali ini dia akan langsung turun tangan.     

"Sebentar lagi aku akan pergi ke California," ucapnya.     

"Untuk apa kau pergi ke sana, Antonio?"     

"Untuk mencari informasi," sebatang rokok dinyalakan, Roberto menatapnya dengan heran.     

"Apa maksudmu mencari informasi? Bukankah orang-orang kita di sana bisa melakukannya? Jadi untuk apa kau turun tangan mencari informasi di sana? Perintahkan saja mereka untuk melakukannya!"     

"Kau tidak mengerti, Roberto. Aku harus pergi ke sana untuk menemui seseorang yang bisa memberikan informasi yang sangat aku inginkan. Orang itu ingin aku yang pergi untuk bertemu dengannya secara langsung jika aku menginginkan informasi itu!"     

"Informasi apa? Kenapa terdengar informasi itu terdengar penting?"     

"Yeah, itu memang penting," Antonio menghembuskan asap rokok yang ada di mulut, "Ini informasi mengenai pria yang melindungi gadis itu dan yang telah menghabisi ketiga anak buah kita," ucapnya lagi.     

"Hanya informasi satu orang pria saja, kenapa tidak bisa kau temukan? Apakah begitu sulit, Antonio? Bukankah ini hal mudah bagimu? Kau bahkan bisa mendapatkan informasi mengenai musuhku dengan mudah dalam hitungan jam namun kenapa untuk satu orang pria saja kau harus mengandalkan orang lain?" tanya Roberto, dia tidak percaya Antonio harus turun tangan hanya demi mengetahui informasi satu orang pria saja.     

"Kau tidak paham, Roberto. Aku tidak bisa mendapatkan informasi apa pun tentang pria itu bahkan anak buahku yang ada di sana juga tidak. Mereka sudah berusaha tapi mereka tidak mendapatkan apa pun. Aku menebak jika musuh yang akan kita hadapi saat ini tidaklah bisa kita remehkan sebab itu aku membutuhkan informasi apa pun tentangnya sebelum kita menyerang agar kita tidak salah perhitungan dan wanita itu bisa memberikan informasinya untukku!"     

Roberto memandangi adiknya dengan serius, sepertinya kali ini musuh yang mereka hadapi benar-benar berbahaya. Apa yang dilakukan oleh adiknya memang sangat benar, tapi tetap saja dia ingin Antonio tetap waspada.     

"Kau harus tetap waspada karena bisa saja itu adalah jebakan yang dibuat oleh musuh untuk memancingmu datang ke kota itu sehingga kau bisa dihabisi dengan mudah!"     

"Aku tahu, kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Tentu aku sudah mempertimbangkan hal ini sebelum aku memutuskan untuk pergi ke tempat itu. Aku yakin seratus persen jika wanita itu bukanlah musuh. Dia bahkan sudah mengetahui anak buah yang aku sebar di sana untuk memata-matai pemuda itu."     

Roberto terkejut, pandangannya bahkan sudah berpaling ke arah Antonio. Siapa sebenarnya wanita yang dimaksud oleh Antonio? Kenapa dia bisa tahu anak buah yang mereka kirim ke California?     

"Siapa dia, Antonio? Kenapa dia bisa tahu anak buah kita yang ada di sana?"     

"Aku tidak tahu, yang aku tahu dia bernama Oliver. Wanita itu bahkan memberikan kartu namanya pada pemuda itu, dia melakukan hal itu seolah-olah dia sudah tahu jika aku akan menangkap pemuda itu dan menginterogasinya. Dia bahkan tahu jika aku memanfaatkan pemuda itu untuk membawa Aleandra dan mencari tahu tentang pria yang bersama dengannya. Aku sangat yakin dia bukanlah orang sembarangan sebab itu aku memutuskan untuk pergi ke sana karena dia saja yang bisa memberikan aku infromasi akan pria yang harus aku lawan. Terlepas apa pun motif yang dia miliki, aku berasumsi jika wanita bernama Oliver itu memiliki dendam pada pria bernama Maximus Smith itu," ucap Antonio.     

"Bukankah dengan begitu kau hanya dimanfaatkan olehnya, Antonio? Jangan sampai langkah yang kau ambil justru membuatmu jatuh ke tangan musuh dengan mudah. Bisa saja wanita itu adalah wanita yang sengaja dikirim oleh Maximus Smith untuk menjebakmu melalui pemuda yang kau kirim. Bisa saja wanita itu berperan sebagai musuh Maximus Smith agar kau percaya dan setelah kau datang ke sana dia bisa mendapatkanmu dengan mudah!"     

Antonio tampak berpikir, apa yang kakaknya katakan sangat benar. Situasi juga sangat mendukung. Wanita itu sudah merencakannya dengan begitu sempurna, bisa saja dia memang orang yang dikirim oleh Maximus untuk menjebaknya apalagi semuanya sudah diperhitungkan dengan begitu akurat. Antonio masih memikirkan perkataan sang kakak. Apa wanita itu benar-benar menipunya?     

"Baiklah, aku akan menghubunginya sekali lagi dan kau bisa menilainya sendiri!" ucap Antonio. Dia bukan orang yang suka menerka, dia akan melakukan video call sehingga kakaknya bisa melihat dan menilai apalah wanita itu menipu mereka atau tidak.     

Ponsel Oliver berbunyi saat dia hendak makan malam berdua dengan Austin. Tanpa membuang waktu Oliver segera menjawab panggilan dari Antonio. Dia tidak akan ragu menunjukkan wajahnya apalagi pada sekutu besar yang sudah hampir dia dapatkan.     

"Ada apa, Tuan? Apa kau ragu denganku?" tanya Oliver tanpa basa basi.     

"Sepertinya kau sudah tahu jika aku yang menghubungimu, Nona?"     

"Tentu saja, tidak semua orang bisa mengetahui nomor ponselku ini apalagi sampai melakukan video call seperti yang sedang kau lakukan. Kau pasti ragu dan menyangka aku menipumu, bukan? Atau jangan-jangan kau mengira aku anak buah yang dikirim oleh Maximus untuk menjebakmu?!" ucap Oliver asal namun tebakannya tepat sasaran.     

Antonio dan kakaknya saling pandang dan setelah itu, pandangan Roberto tidak berpaling dari wajah Oliver di layar laptop. Dia benar-benar menilai wanita itu agar mereka tidak tertipu sehingga mereka jatuh ke tangan musuh dengan begitu mudahnya.     

"Aku harus berhati-hati bukan karena bisa saja kau adalah mata-mata musuh yang akan mencelakai kami!" ucap Antonio.     

"Kau tidak perlu khawatir, Tuan. Sesungguhnya aku ingin memberikan informasi yang kau butuhkan karena aku ingin menjalin kerja sama denganmu. Aku bukanlah mata-mata yang dikirimkan oleh musuh sebab itu kau tidak perlu khawatir," ucap Oliver.     

"Apa kau benar-benar tidak sedang memanfaatkan kami?" tanya Roberto pula.     

"Bagaimana menurutmu, Tuan-Tuan? Kau bisa menolak tawaran ini jika kalian ragu dan aku, tidak rugi apa pun!" setelah berkata demikian, Oliver mengakhiri pembicaraan mereka.     

"kenapa kau matikan, Oliver? Bagaimana jika mereka ragu dan tidak jadi datang? Kita akan kehilangan kekuatan besar yang bisa memberikan kemenangan untuk kita!" ucap Austin.     

"Walau kita membutuhkan kekuatan mereka namun kita tidak boleh terlihat seperti pengemis sehingga menambah rasa curiga mereka, Austin. Percayalah padaku, mereka pasti datang. Aku sudah melihat rupa mereka, aku bisa mencari tahu siapa kedua pria itu nanti."     

"Baiklah, yang kau ucapkan sangat benar. Jika kita terlalu mengemis maka kita tidak akan mendapatkan apa pun!"     

Oliver tersenyum, wajar kedua pria itu menyangka jika dia adalah mata-mata yang dikirimkan oleh Maximus untuk menjebak mereka tapi dia juga yakin, mereka tidak akan melepaskan tawaran darinya jika mereka menginginkan gadis yang bersama dengan Maximus.     

Antonio dan kakaknya diam saja setelah Oliver mengakhiri percakapan mereka. Mereka berdua terlihat berpikir, dan setelah itu sebuah keputusan diambil oleh mereka.     

"Aku akan tetap pergi ke sana untuk menemui wanita itu," ucap Antonio.     

"Sebelum kau tiba di sana, utus anak buahmu untuk memata-matainya terlebih dahulu!"     

"Tentu, tanpa kau katakan pun aku akan melakukannya. Siapa wanita itu, apa pun tujuannya akan aku cari tahu sebelum aku menemuinya!"     

"Bagus, dapatkan gadis itu untukku. Aku sungguh sudah tidak sabar menyiksa dirinya karena dia harus membayar semua yang telah aku alami!" ucap Roberto. Kemarahan kembali memenuhi hati. Menyiksa pemuda itu tidaklah cukup, dia akan puas setelah gadis itu mendapat siksaan darinya untuk seumur hidup.     

"Aku pasti akan mendapatkannya untukmu, aku akan segera berangkat dan memberi perintah pada anak buah yang ada di sana. Aku juga membutuhkan pemuda itu jadi berikan dia padaku!"     

"Kau bisa membawanya tapi ingat, berhati-hatilah. Aku dan anak buah di sini akan bersiap dan ketika kau meminta kami datang maka kami akan langsung berangkat!" ucap Roberto.     

Antonio mengangguk, mendapat sekutu bukanlah ide buruk namun dia harus tahu apa sebenarnya motif wanita itu. Setelah mengambil keputusan maka dia akan menggunakan pion yang ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.