Hi's Like, Idiot But Psiko

Lemarinya Sempit



Lemarinya Sempit

0Maximus sibuk di kantor beberapa hari belakangan, pekerjaan yang dia tinggalkan harus segera diselesaikan dan beberapa rapat penting dengan para pemegang saham juga harus dia hadiri karena bagaimanapun sebagai pemilik perusahaan itu dia tidak boleh mengecewakan para rekan bisnisnya.     

Hari ini Aleandra juga akan pergi, dia hendak pergi dengan Scarlet dan Alesya. Mereka berencana menghabiskan waktu mereka di luar. Menonton film, makan siang bersama dan berbelanja bersama. Aleandra sangat senang karena dia bisa pergi jalan-jalan tapi sebelum berangkat dia ingin pergi ke kantor Max sebentar untuk mengantarkan makan siang untuknya. Walau dia tahu Max bisa makan di luar tapi dia sangat ingin melakukan hal itu agar hubungan mereka semakin terasa romantis.     

Aleandra sedang sibuk membuat makanan di dapur, dia harap Max senang dan dia juga berharap dia tidak mengganggu. Beberapa jenis makanan sudah jadi, Aleandra terlihat puas. Anggap sedang latihan menjadi istri Maximus. Senyum menghiasi wajah, entah kenapa tiba-tiba dia jadi malu. Apa dia pantas menjadi istri Maximus? Semoga saja, dia juga akan berusaha memantaskan diri untuk menjadi pendamping Max nantinya.     

Beberapa kotak makan sudah terisi dan dimasukkan ke dalam paper bag. Aleandra melihat ke arah jam, sebaiknya dia segera bergegas jika tidak dia akan membuat Alesya dan Scarlet lama menunggu.     

Tubuhnya sedikit bau masakan jadi dia butuh mandi. Tidak mau membuang waktu apalagi sebentar lagi jam makan siang, dia harus mengantarkan makanan terlebih dahulu barulah dia pergi menemui Scarlet dan Alesya di sebuah restoran.     

Setelah selesai mandi, Aleandra segera pergi sambil membawa makanan yang sudah jadi. Maximus baru kembali dari rapat saat itu, dia ingin sendirian dan tidak mau diganggu. Seperti biasa, jika keadaannya seperti itu akibat pekerjaan maka dia butuh lemari gelapnya. Dia meminta Jared untuk tidak mengijinkan siapa pun masuk mengganggunya namun begitu melihat Aleandra, Jared tampak ragu.     

Jika dia tidak membiarkan Aleandra masuk, kemungkinan besar bosnya pasti marah tapi jika dia membiarkan Aleandra masuk maka gadis itu akan mengganggu bosnya dan kemungkinan bosnya tidak akan senang. Jared jadi pusing sendiri, dari pada bingung-bingung jadi dia membiarkan Aleandra masuk ke dalam.     

"Mana Max?" tanya Aleandra karena Maximus tidak terlihat di dalam ruangannya.     

"Sedang beristirahat di dalam sana," jawab Jared seraya menunjukkan ruangan yang Maximus gunakan untuk beristirahat.     

"Baiklah, terima kasih," Aleandra tersenyum manis dan melangkah menuju meja Maximus. Makanan yang dia bawa diletakkan di atas meja dan setelah itu Aleandra melangkah menuju ruangan yang dimaksud oleh Jared.     

Dia sangat ingat jika di dalam sana hanya ada sebuah lemari dan benar saja, sampai sekarang hanya ada lemari. Aleandra tersenyum, pintu bahkan ditutup dengan perlahan. Aleandra melangkah mengendap mendekati lemari, dia ingin mencoba mengejutkan Maximus karena dia ingin tahu pria itu akan terkejut atau tidak.     

Aleandra sudah berdiri di depan pintu, dengan perlahan Aleandra menempelkan telinganya di daun pintu. Dia ingin mendengar, apakah Maximus tidur atau tidak tapi tidak terdengar suara apa pun dari dalam sana. Dia jadi bingung sendiri, bagaimana caranya mengejutkan Maximus?     

Dia mulai melangkah mundur dan memikirkan caranya tapi tiba-tiba saja pintu lemari terbuka. Aleandra berteriak karena seseorang menariknya masuk ke dalam lemari dan kemudian pintu tertutup sehingga dia tidak bisa melihat apa pun di dalam sana.     

"Max, apa yang kau lakukan?" teriak Aleandra.     

"Stts, jangan berisik!" Maximus memeluknya dan membenamkan wajahnya di tengkuk Aleandra. Wangi tubuhnya yang manis membuatnya merasa nyaman.     

"Kenapa kau datang tanpa memberi tahu aku?" tanya Maximus, bibirnya bermain di leher Aleandra sehingga membuatnya geli.     

"A-Aku ingin memberikan kejutan untukmu," Aleandra mencoba mendorong kepala Maximus karena geli.     

"Sepertinya kau harus di hukum!" ucap Maximus.     

"Apa? Hei!" Aleandra hendak protes namun bibirnya sudah di bungkam oleh Maximus. Aleandra tidak bisa menolak, ciuman Maximus semakin dalam. Dia pikir Max hanya akan menghukumnya dengan ciuman saja tapi dia salah. Mata Aleandra melotot saat Maximus mengangkat satu kakinya dan tangan Maximus masuk ke dalam celana dalam yang dia gunakan.     

"Max...ah, stop!" pintanya.     

"Stts, aku sedang menghukum-mu!"     

"Jangan, lemarinya sempit!"     

"Tidak!" Max kembali mencium bibir Aleandra, satu tangannya menopang kaki Aleandra sedangkan tangan yang satunya lagi sibuk bermain di area sensitif Aleandra.     

Aleandra mendesah, sial. Apa Max serius ingin bermain di tempat sempit itu? Tapi jujur dia tidak mau Maximus berhenti apalagi mereka berdua sudah dibakar api nafsu. Napas Aleandra memburu saat Maximus berhenti memainkan jarinya, tubuhnya berdenyut menginginkan lebih.     

Di tempat yang sempit dan gelap di mana mereka tidak bisa melihat wajah satu sama lain, Max menurunkan celana Aleandra dan juga menurunkan celana yang dia gunakan.     

"Jangan, Max. Sepupumu sudah menunggu," ucap Aleandra.     

"Biarkan saja mereka menunggu!" setelah berkata demikian, Max memasukkan miliknya ke dalam sana. Erangan Alendra terdengar, kedua tangan berada di leher Maximus dan memeluknya erat. Tidak saja erangan Aleandra, napas Maximus sudah berat dan terdengar memburu.     

Ini sedikit gila, tapi suasana yang berbeda justru membuat mereka semakin bergairah. Aleandra berada di gendongannya saat itu, Max menopang bokong Aleandra sambil mendorong tubuhnya. Aleandra tidak peduli, walau sempit, walau tidak saling melihat namun dia sangat menikmati permainan mereka.     

"Ja-Jangan keras-keras, Max!" pinta Aleandra. Bagaimana jika lemarinya rubuh? Bisa-bisa mereka berdua terjatuh dalam keadaan yang memalukan. Entah kenapa dia jadi berpikir, bagaimana jika ada yang masuk ke dalam ruangan itu dan melihat lemari yang berguncang hebat akibat percintaan panas mereka? Jangan sampai ada yang mengira telah terjadi gempa dibagian lemari saja.     

Max berhenti sejenak dan memindahkannya sehingga Aleandra berada di sisi lemari yang menempel di dinding. Dia tahu apa yang Aleandra khawatirkan, ternyata bercinta di dalam lemari memberikan sensasi yang berbeda. Sepertinya dia harus mengganti lemari yang ada di dalam kamar dengan lemari yang lebih besar supaya mereka bisa melakukan hal seperti itu lagi di dalam lemari. Bagaimanapun melakukan sex di tempat yang berbeda memberikan sensasi yang berbeda.     

Max mendorong semakin keras, mood buruk akibat pekerjaan yang tidak ada habisnya sedari pagi jadi hilang. Bagaikan mendapatkan obat, dia semakin bersemangat. Entah berapa lama mereka berada di dalam sana, yang pasti wajah Maximus terlihat segar setelah mereka keluar dari ruangan itu dan yang pastinya setelah mereka membersihkan diri.     

Aleandra terlihat cemberut, pinggangnya terasa nyeri. Sepertinya dia berada di dalam ruangan itu selama satu jam. Padahal dia hanya ingin mengantar makanan namun dia yang jadi hidangan pembuka bagi Maximus.     

"Apa itu?" tanya Maximus saat melihat paper bag yang ada di atas meja.     

"Aku datang untuk mengantarkan makanan untukmu tapi kau lebih tertarik memakanku terlebih dahulu!" gerutu Aleandra.     

Maximus terkekeh dan menariknya mendekat sehingga Aleandra jatuh di atas pangkuannya. Max mengusap wajah Aleandra dengan pelan dan mendaratkan ciumannya di sana.     

"Kau lebih menggoda, Aleandra," ucapnya.     

"Baiklah, Mr. Smith. Sekarang aku sudah harus pergi, jangan lupa nikmati makanannya," Aleandra mencium dahi Maximus, dia sudah harus pergi.     

"Tunggu!" Max menahannya, dompet diambil dan setelah itu sebuah black card diberikan pada Aleandra.     

"Gunakan benda ini dan beli apa saja yang kau mau," ucapnya.     

"Wow, apa kau serius?" Aleandra mengambil black card yang diberikan oleh Maximus dan melihatnya secara bolak balik. Ini pertama kali dia melihat kartu spesial yang dimiliki orang-orang tertentu saja.     

"Apa aku bercanda? Beli apa saja yang kau butuhkan, kau tidak perlu ragu."     

"Thanks," Aleandra mendekatkan bibir mereka dan memberikan ciuman lembut di bibir Max.     

"Berhati-hatilah, tapi kau akan aman bersama dengan Alesya dan Scarlet."     

"Tentu, aku pasti akan jaga diri. Aku juga membawa pistol yang kau berikan."     

"Bagus!" Sebelum Aleandra pergi, Maximus mencium bibirnya.     

Aleandra segera bergegas pergi, sedangkan Maximus menikmati makanan yang dibuatkan oleh Aleandra. Setelah ini dia harus kembali bekerja dan menghadiri dua rapat lagi tapi ibarat sebuah mesin, staminanya sudah terisi penuh.     

Aleandra pergi ke restoran di mana Alesya dan Scarlet sudah menunggunya. Dia sudah terlambat karena kedua wanita itu sedang menikmati makanan mereka. Semoga mereka tidak kesal karena menunggunya. Semua itu gara-gara Max.     

"Maafkan aku, apa aku sudah membuat kalian menunggu lama? Aku sedikit terjebak macet setelah mengantarkan makanan untuk Max," dusta Aleandra.     

"Tidak apa-apa, kami baru tiba belum lama. Apa kau sudah makan?" tanya Scarlet.     

"Belum," jawab Aleandra.     

"Jika begitu kita makan terlebih dahulu sebelum kita pergi berbelanja," ucap Alesya pula.     

Aleandra mengangguk dan tersenyum, mereka berbincang dan makan bersama. Aleandra tidak menyadari jika seseorang yang berpura-pura sebagai pengunjung restoran memperhatikan dirinya. Scarlet dan Alesya juga tidak curiga apalagi mereka tidak tahu permasalahan yang sedang Aleandra hadapi. Lagi pula orang itu memang tidak terlihat mencurigakan.     

Orang yang sedang mengintai Aleandra adalah seorang wanita, dia bahkan keluar dari restoran sebelum Aleandra dan Scarlet juga Alesya selesai makan. Dia melakukan hal itu agar tidak ketahuan. Dia luar sana, wanita itu menghubungi seseorang untuk mendapat perintah lainnya.     

"Apa aku harus mengikuti mereka?" tanyanya.     

"Tidak, segera kembali. Sudah cukup, sisanya serahkan pada kami yang ada di sini!" jawab seorang pria yang sedang berbicara dengannya.     

Wanita itu mengangguk dan segera pergi, sedangkan pria yang sedang berbicara dengan wanita itu melihat Aleandra dan kedua wanita yang masih berbincang di restoran itu dari rekaman cctv yang dia retas. Saat ini belum waktunya, untuk saat ini mereka memang sengaja tidak mengikuti Aleandra agar Aleandra tidak merasa takut saat keluar tapi pada saatnya tiba nanti, pion pun akan dilepas untuk memancing gadis itu.     

Setelah selesai makan, Aleandra dan sepupu Maximus pergi dari restoran itu. Mereka pergi menjelajahi toko demi toko yang mereka temui di pusat perbelanjaan untuk mencari apa yang mereka mau. Aleandra sangat senang karena untuk pertama kali dia merasa tidak asing berada di kota itu. Dia juga terlihat waspada tapi ternyata tidak ada hal yang mencurigakan. Dia benar-benar menikmati waktunya dengan sepupu Maximus, semoga saja dia selalu merasa aman saat berada di luar namun sayangnya, sebuah perangkap tidak terduga sudah disiapkan untuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.