Hi's Like, Idiot But Psiko

Umpan Yang Sudah Dilepaskan



Umpan Yang Sudah Dilepaskan

0Umpan sudah dibawa menuju lokasi, Antonio dan Oliver mengintai dari setiap cctv yang mereka retas. Ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh Antonio. Dia ingin melihat seberapa kuat musuh yang akan dia lawan. Anggap dia sedang mengetes kekuatan lawan, dia harus melakukan hal itu sebelum mereka bertempur nantinya.     

Oliver juga ingin melihat seberapa kuat dan cerdik Antonio, mafia asal Rusia itu. Dia harap sekutunya sesuai dengan harapan jika tidak sia-sia kerja sama itu. Umpan tidak akan langsung dilepas karena situasi saat ini bukan situasi yang tepat untuk melepaskan umpan di mana Aleandra sedang bersama dengan kedua sepupu Maximus.     

Seorang pria sedang diikat dan mencoba meronta di mobil, dia tidak tahu berada di mana saat ini karena kepalanya sedang ditutupi oleh kain hitam. Entah apa yang akan terjadi dengannya nanti tidak ada yang tahu. Pria itu terlihat lebih baik dari sebelumnya karena sebelum dibawa dia sudah mendapatkan perawatan. Itu dibutuhkan agar pria itu memiliki tenaga untuk lari.     

Tidak saja Antonio dan Oliver yang sedang mengawasi Aleandra, Maximus juga melakukannya. Setelah Aleandra pergi, firasatnya tiba-tiba jadi buruk. Dia tahu Aleandra akan aman bersama dengan Scarlet dan Alesya namun dia ingin memastikan apakah ada yang mengikuti Aleandra atau tidak.     

Maximus memantau sekitar lokasi yang ada di restoran di mana Aleandra sedang berada saat ini. Tidak ada gerak gerik yang mencurigakan tapi dia tahu jika musuh tidak sedang berada di sekitar lokasi berarti mereka mengintai dari cctv. Karena dia ingin musuh keluar dan menunjukkan rupanya maka Max mengacaukan rekaman cctv yang ada di restoran dan juga sekitarnya. Tentu hal itu membuat Oliver dan anak buah Antonio panik karena mereka kehilangan target.     

"Sial, apa yang terjadi?" tanya Antonio dengan nada tidak senang.     

"Ini pasti karena ulahnya, sepertinya dia tahu jika kekasihnya sedang diintai dan dia melakukan hal ini agar kita keluar untuk menunjukkan diri!" jawab Oliver. Dia sedang berusaha mendapatkan rekaman cctv kembali bersama dengan anak buah Antonio.     

"Sial, bagaimana dia bisa tahu?" Antonio berjalan mondar mandir lalu langkahya terhenti di belakang Oliver untuk melihat rekaman yang masih kacau.     

"Bukankah sudah kami katakan? Jangan meremehkan lawan apalagi lawan yang tidak kau tahu sama sekali!" ucap Austin.     

"Tidak perlu khawatir, Antonio. Bukan dia saja yang memiliki kekuatan, aku anggota terbaik di kemiliteran yang sudah mempelajari banyak hal jadi jangan remehkan aku!" ucap Oliver.     

"Kau anggota militer?" tanya Antonio dengan nada tidak percaya.     

"Itu dulu tapi sekarang sudah tidak!"     

"Hng, ternyata kau memiliki banyak kejutan!"     

Oliver tersenyum, dia rela mengikuti pelatihan yang berat, dia rela berada di medan perang dan melupakan masa mudanya demi membalas kematian ayahnya sebab itu dia tidak mau gagal agar apa yang telah dia lakukan selama ini tidak sia-sia.     

Dia masih terus berusaha dan akhirnya Oliver berhasil kembali menguasai rekaman cctv di mana Aleandra sudah pergi dari restoran itu. Maximus juga tidak bisa selalu duduk di depan komputer untuk mengacaukan cctv di setiap tempat yang Aleandra datangi karena dia harus mengadakan rapat yang begitu penting.     

Aleandra bersama Scarlet dan Alesya tidak langsung menuju butik untuk mengambil gaun. Mereka pergi ke toko roti untuk membeli beberapa roti di sana. Aleandra sedang berdiri di depan rak roti untuk melihat roti-roti yang ada di sana, sedangkan Alesya dan Scarlet berada di rak lain.     

Dia pikir dia harus membeli beberapa roti untuk sarapan besok pagi dengan Maximus. Walau dia tidak tahu Maximus suka atau tidak tapi tidak ada salahnya membeli beberapa.     

"Apa kau sudah selesai, Aleandra?" tanya Alesya.     

"Oh, tentu saja. Aku akan segera membayar!" beberapa potong roti diambil dan setelah itu Aleandra melangkah menuju kasir di mana Alesya dan Scarlet berada.     

"Apa kau membeli roti itu untuk Max?" tanya Scarlet.     

"Uhm, tapi aku tidak tahu dia suka atau tidak," jawab Aleandra.     

"Dia memang tidak suka dengan roti itu," ucap Alesya pula.     

"Benarkah? Jika begitu roti apa yang dia sukai?" dia harus tahu ini agar dia tidak salah membeli lain waktu.     

"Kemarilah dan kembalikan itu!"     

Aleandra mengangguk dan mengikuti langkah Alesya. Mereka pergi menuju ke arah rak roti lain tapi sebelum itu Aleandra mengembalikan roti yang sudah dia ambil.     

"Ini, dia suka roti ini!" Alesya mengambilkan roti yang disukai oleh Max.     

"Roti melon?" Aleandra tampak tidak percaya.     

"Yes, dulu dia paling tidak suka tapi setiap kali dia bisa menghabiskan satu roti itu maka dia akan mendapatkan seratus dolar dan pada akhirnya, roti melon menjadi roti kesukaannya" ucap Alesya sambil tersenyum. Agar Max mau memakan roti itu, mereka berenam secara bergiliran keluar uang seratus dolar yang akan diberikan untuk Maximus.     

Aleandra tersenyum, sepertinya masa kecil Maximus menyenangkan. Setelah mengambil beberapa roti melon, mereka kembali ke kasir dan membayar roti yang sudah mereka pilih.     

"Apa kita akan langsung ke butik? Aku sudah janji pada Maximus tidak akan lama dan akan membuatkan makan malam," ucap Aleandra.     

"Jika begitu ayo kita pergi ke sana!" ajak Alesya dan Scarlet.     

Mereka keluar dari toko roti, Oliver dan Antonio masih memantau. Aneh, kenapa tidak ada kendala lagi? Apa Maximus sengaja tidak mengacaukan rekaman dan telah memiliki rencana? Sepertinya dia harus mewaspadai hal itu.     

"Ada apa?" tanya Antonio.     

"Ini aneh, tiba-tiba si idiot itu tidak mengacaukan rekaman cctv lagi!" jawab Oliver.     

"Mungkin saja pria itu sibuk!"     

"Baiklah, kau benar."     

"Apa aku sudah bisa melepas umpannya sekarang? Mereka sudah keluar seharusnya umpan sudah bisa aku lepaskan!"     

"Jangan buru-buru, Antonio. Jika kau ingin berhasil maka kau harus menunggu gadis itu seorang diri saja!"     

"Apa maksudmu? Mereka bertiga hanya wanita saja!" Antonio mulai kesal. Kenapa begitu rumit? Bukankah mereka hanya wanita lalu apa yang perlu dikhawatirkan. Saat Aleandra melihat umpan yang dia lepaskan maka dia akan mengejarnya dan kedua wanita itu, tidak akan menjadi masalah untuknya.     

"Kau sungguh naif, Antonio. Bersabarlah, untuk mendapatkan kemenangan kita harus bersabar apalagi dua wanita yang kau anggap lemah itu bukanlah wanita sembarangan. Mereka berdua bisa membunuhmu dengan mudah jika mereka mau!"     

Antonio diam, apakah demikian? Kedua wanita itu terlihat biasa saja bahkan dia tidak yakin mereka bisa memukul seseorang dengan lengan kurus mereka tapi dia tidak tahu, siapa kedua orangtua dari dua wanita yang dia remehkan itu.     

Mereka masih mengikuti ke mana ketiga wanita itu pergi sampai akhirnya mereka berada di sebuah butik. Antonio benar-benar gusar tapi seperti yang dikatakan oleh Oliver dia memang harus bersabar. Tidak saja dia yang sudah bosan menunggu, anak buah yang membawa umpan juga sudah terlihat bosan. Mereka masih berada di lokasi semula, menunggu perintah.     

Pemuda yang mereka bawa mulai meronta, dia berpikir dia harus bisa membebaskan diri. Pemuda itu bahkan mulai berisik sehingga anak buah Antonio semakin kesal karena bisa saja ada yang tahu dan memergoki mereka.     

"Bisa kau diam!" teriak salah seorang anak buah Antonio pada pemuda yang ada di sisinya.     

"Hmm!!" hanya itu yang bisa pemuda itu katakan.     

"Sebaiknya diam jika tidak aku tidak akan melepaskan dirimu!"     

Pemuda itu terkejut, apa dia tidak salah dengar? Jadi dia akan dilepaskan? Tapi di mana dia sekarang? Tidak perlu dipikirkan yang penting dia dilepaskan setelah ini.     

"Jika kau ingin bebas maka kau harus diam!" bentak anak buah Antonio.     

Pemuda itu mengangguk, tentu saja dia mau bebas dan dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu karena dia sudah lelah mendapat siksaan siang dan malam. Pemuda itu diam, anak buah Antonio pun diam sambil menunggu perintah.     

"Bawa ke lokasi selanjutnya!" perintah Antonio.     

"Yes, Sir!" jawab sang anak buah, mobil pun dibawa menuju ke lokasi di mana Aleandra berada saat ini.     

Aleandra masih berada di dalam butik untuk melihat gaun yang sudah jadi. Gaun itu pilihan Alesya dan Scarlet, mereka bilang Maximus pasti suka. Sepertinya malam ini dia akan mencoba gaun itu dan memberikan kejutan pada Maximus namun sayangnya, dia tidak tahu apa yang sedang menunggunya di luar sana.     

Mereka bahkan mencoba gaun itu terlebih dahulu sebelum mereka mengambilnya dan membawanya pulang. Mereka berada di sana cukup lama, Antonio benar-benar harus banyak bersabar. Mereka bertiga keluar dari tempat itu ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Mereka berdiri di depan butik karena mereka akan berpisah di sana.     

"Terima kasih untuk hari ini," ucap Aleandra.     

"Jangan lupa gunakan di depan Max agar dia senang," goda Alesya.     

Aleandra tersipu dan tersenyum, dia memang berencana menggunakannya nanti. Mereka berbincang sebentar dan setelah itu, Alesya pergi terlebih dahulu disusul oleh Scarlet. Aleandra pergi setelah mereka pergi tidak lama.     

Tidak ada yang aneh, semua berjalan seperti biasa. Jalanan cukup padat saat dia kembali. Sambil menunggu lampu merah berganti menjadi hijau, Aleandra mengirimkan sebuah pesan untuk Max. Dia hanya ingin mengatakan pada Maximus jika dia sudah di perjalanan kembali. Dia sengaja tidak menghubungi karena dia tahu Maximus sedang sibuk.     

Lampu merah sudah berganti, mobil juga sudah dijalankan. Aleandra hendak menyimpan ponselnya tapi tiba-tiba saja mobil berhenti secara mendadak. Aleandra berteriak, tubuhnya terdorong ke depan bahkan ponselnya jatuh ke bawah kursi supir pribadinya.     

"Ada apa?" tanya Aleandra.     

"Maaf, Nona. Ada yang lewat secara tiba-tiba. Aku terpaksa menginjak rem jika tidak mungkin orang itu sudah tertabrak."     

Aleandra mengangguk, tatapannya tertuju pada seorang pria yang hampir ditabrak oleh supirnya tadi. Pria itu terlihat kebingungan dan juga terlihat begitu menyedihkan. Aleandra pikir pria itu hanya gelandangan tapi ketika pria itu berbalik ke arahnya, mata Aleandra melotot dan tampak tidak mempercayai apa yang dia lihat.     

"Adrian!" teriaknya tapi pria itu berlari pergi.     

"Hentikan mobilnya!" teriak Aleandra. Adrian, dia sangat yakin jika pria itu adalah kakaknya.     

"Tapi, Nona?" sang supir tampak ragu.     

"Sekarang!" teriak Aleandra lagi. Jika pria itu benar-benar Adrian maka dia harus menemukan kakaknya.     

Mobil sudah berhenti, Aleandra keluar dan berlari ke arah hilangnya pria yang sangat mirip dengan sang kakak itu. Dia bahkan tidak membawa apa pun karena dia tidak boleh kehilangan kakaknya lagi, tidak setelah dia bisa melihat kakaknya lagi dan dia sangat yakin jika itu memang kakaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.