Hi's Like, Idiot But Psiko

Terkecoh



Terkecoh

0Sang supir yang adalah bodyguard Aleandra mengumpat, mobil segera di parkir ke tempat yang aman sehingga tidak mengganggu pengguna jalan yang lainnya. Setelah mengamankan mobil, supir itu keluar dan berlari ke arah Aleandra menghilang. Entah siapa yang dikejar oleh kekasih majikannya itu namun nama seorang pria di panggilnya sebelum dia turun dari mobil.     

Sang supir terus berlari melewati pertokoan untuk mencari keberadaan Aleandra namun dia tidak melihat Aleandra di mana-mana. Ini gawat, dia tahu bosnya pasti akan marah tapi jika dia diam saja maka dia hanya akan memperburuk keadaanya.     

Tanpa membuang waktu dan tidak mau disalahkan, sang supir segera menghubungi Jared untuk memberi laporan. lagi pula dia tidak bisa mencari keberadaan Aleandra seorang diri apalagi dia tidak tahu ke mana larinya Aleandra.     

Antonio dan Oliver hanya mengawasi, Oliver meminta Antonio untuk tidak melakukan apa pun jika tidak mau tertangkap dengan mudah. Antonio setuju karena dia memang hanya ingin melihat cara kerja musuh.     

"Ada apa?" Jared menjawab panggilan dari sang supir.     

"Nona Aleandra menghilang!"     

"Apa?" Jared terkejut, Max melotot ke arahnya karena saat itu mereka masih berada di ruang rapat.     

"Baik, tunggu di sana!" perintah Jared dan setelah itu dia menghampiri Maximus dan mengatakan sesuatu di telinganya.     

"Nona Aleandra menghilang, Master."     

"Apa kau bilang?" Max sangat terkejut mendengarnya.     

"Dia mengejar seorang pria bernama Adrian."     

Max beranjak, kedua tangan mengepal erat. Pantas saja firasatnya tidak nyaman setelah Aleandra pergi ternyata musuh benar-benar sudah melempar umpan pertamanya.     

"Rapat dibubarkan!" ucapnya seraya melangkah pergi.     

Jared membereskan semua berkas yang ditinggalkan oleh Maximus dan setelah itu dia melangkah pergi mengikuti bosnya. Max masuk ke dalam ruangannya, dia harus mencari keberadaan Aleandra dari cctv yang ada dan setelah itu pergi mencarinya.     

Saat itu Aleandra masih terus mencari keberadaan Adrian. Dia tidak mungkin salah lihat, walau terlihat lusuh dan menyedihkan dia yakin itu pasti kakaknya. Sebelum kehilangan sosok sang kakak, dia melihat Adrian berlari ke arah bangunan tua tapi kenapa dia tidak terlihat lagi?     

Dia tahu Adrian pasti ketakutan, entah bagaimana Adrian bisa berada di kota itu dia tidak peduli. Sekalipun musuh yang membawanya untuk memancing dirinya, dia tidak peduli karena yang dia pikirkan saat ini dia harus menyelamatkan kakaknya.     

"Adrian!" Aleandra berteriak. Dia bahkan tidak peduli dengan mata orang-orang yang melihat ke arahnya.     

Aleandra berlari saat melihat seseorang yang sedikit mirip dengan Adrian. Dia mendekati orang itu dan menarik tangannya.     

"Adrian?" tapi sayang orang itu bukan kakaknya. Kata maaf pun terucap di bibir, Aleandra kembali mencari tanpa tujuan arah. Dia hanya mengikuti kata hatinya saja. Setiap gelandangan yang dia temui tidak luput dari pemeriksaannya. Dia sangat berharap dia tidak kehilangan Adrian di saat dia sudah menemukannya.     

Antonio dan Oliver masih mengawasi, mereka memang tidak berniat menculik Aleandra saat itu. Menangkap gadis itu sangatlah mudah namun demi melihat apa yang akan Maximus lakukan mereka harus bersabar.     

"Kenapa tidak ada pergerakan sama sekali?" tanya Antonio.     

"Kau sungguh tidak sabar, kau akan lihat berapa banyak yang akan mencari keberadaan gadis itu dan pada saat kau tahu, sebaiknya kau menambah pasukan agar kau tidak kalah telak nantinya!"     

Antonio memainkan jari di dagu, dia memang harus melihat seberapa besar kekuatan yang Maximus miliki. Umpan yang dia lepas pasti tidak akan sia-sia. Dia juga bukan orang bodoh yang akan melepaskan umpan begitu saja tanpa perhitungan.     

Maximus menyelusuri cctv dan sudah menemukan keberadaan Aleandra. Dia tidak langsung bergerak karena situasi terlihat aneh. Aleandra berada di tempat terbuka tanpa ada satu orang pun pengawal yang bersama dengannya saat ini. Dia bisa tertangkap dengan mudah tapi kenapa tidak ada satu orang musuh pun yang terlihat mengawasi dirinya?     

Max terlihat berpikir, tiba-tiba saja kakak Aleandra muncul di saat Aleandra berada di luar. Dia yakin Aleandra sudah diikuti sebelumnya sehingga umpan dilepaskan saat dia berada di luar. Dia menebak tujuan mereka melepaskan umpan bukan untuk menangkap Aleandra tapi mereka melakukan hal itu untuk sesuatu yang lain. Max masih berpikir dan pada akhirnya dia mengambil kesimpulan jika sesungguhnya mereka ingin melihat kekuatan yang dia punya. Jika teorinya memang benar bukankah dia harus bermain-main dengan mereka sebentar?     

Jared sedang menunggu perintah tapi Max diam saja sedari tadi tanpa melepaskan pandangannya dari layar komputer. Cukup lama dia menatap komputer dan pada akhirnya Max beranjak dan melangkah ke arahnya.     

"Siapkan beberapa orang saja," perintah Maximus.     

Jared semakin heran, apa dia tidak salah dengar? Tapi dia yakin bosnya pasti memiliki rencana sehingga memintanya membawa beberapa orang saja. Maximus bahkan tidak membawa apa pun. Dia bisa menemukan keberadaan Aleandra dengan mudah tapi dia akan berpura-pura dan dia akan mengecoh musuh sehingga mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.     

"Dia mulai bergerak!" ucap Oliver saat melihat Maximus pergi karena dia masih meretas cctv yang ada di dekat perusahaan Max.     

"Kenapa hanya berdua saja?" tanya Antonio.     

"Kau akan lihat nanti, Antonio. Dia baru saja pergi jadi bersabarlah!"     

Antonio mengangguk, dia sudah tidak sabar melihat kekuatan yang pria itu miliki dan berapa banyak anak buahnya yang akan dia kerahkan untuk membantu Aleandra mencari umpan yang sudah dia lemparkan.     

Aleandra terus mencari, dia sudah seperti orang gila. Kakinya bahkan sudah terasa sakit akibat sendal hak tinggi yang dia gunakan. Aleandra menghampiri setiap gelandangan yang dia temui. Air matanya mengalir, nama Adrian tidak henti dia ucapkan.     

"Di mana kau, Adrian?" Aleandra melepaskan sendal hak tingginya dan membuangnya begitu saja. Dia bahkan berlari ke arah kerumunan untuk melihat apakah kakaknya berada di antara orang-orang itu atau tidak.     

Walau dia menjadi pusat perhatian tapi dia tetap tidak peduli, rasa lelah dan haus tidak dia hiraukan. Dia terus mencari keberadaan sang kakak, dia bahkan tidak sadar matahari sudah hampir terbenam dan tentunya hal itu membuat Antonio sangat murka begitu juga dengan Oliver karena Maximus seperti mempermainkan dirinya.     

Apa rencana mereka sudah ketahuan? Padahal dia hanya ingin menunjukkan pada Antonio bagaimana kekuatan yang Maximus miliki supaya pria itu tidak meragukan dirinya tapi apa yang terjadi? Maximus memang terlihat tapi dengan beberapa anak buah dan dia berada cukup dari posisi Aleandra.     

"Sialan kau! Apa kau ingin mempermainkan aku?!" Antonio menghampiri Oliver dan mencekik lehernya. Akan dia patahkan leher wanita itu, seharusnya dia tidak mempercayai orang sembarangan.     

"Kita hanya dikelabui oleh si idiot itu saja, jangan marah seperti ini!" teriak Oliver sambil memukul lengan Antonio.     

"Lepaskan lehernya!" Austin menodongkan pistol ke pelipis Antonio.     

"Kau sungguh tidak tahu siapa yang kau lawan, dia hanya mengecoh kita supaya kita berselisih jalan. Apa kau tidak melihat gerak gerik mencurigakan yang dia lakukan? Kau ingin melihat seberapa hebat musuh yang hendak kau lawan, bukan? Sekarang kau bisa melihatnya, dia bukan orang bodoh yang bisa kau jebak dengan mudah! Jika Maximus tahu kita berdebat karena trik yang dia mainkan maka dia akan menertawakan kita semua!" ucap Austin.     

"Benar, dia pasti sudah tahu rencana kita sebab itu dia sengaja. Seharusnya kita menyebar anak buah untuk mengejar Aleandra agar dia tidak curiga. Kita sungguh sudah salah mengambil langkah tapi sekarang seharusnya kau sudah bisa melihat jika kau tidak boleh meremehkan dirinya begitu saja!" ucap Oliver.     

Antonio melepaskan leher Oliver dari cengkeraman tangannya. Baiklah, sejak awal dia memang meremehkan kemampuan pria itu. Sekarang dia tidak boleh meremehkannya lagi. Rencana yang mereka buat saja bisa terbaca dengan begitu mudah itu berarti mereka harus benar-benar menyusun rencana dengan sangat sempurna saat hendak melawan pria itu.     

"Baiklah, lagi pula ini percobaan pertama. Setidaknya apa yang kau katakan tentang dirinya benar. Ternyata dia benar-benar cerdik jadi mulai sekarang," Antonio memutar langkahnya dan kembali berkata, "Ayo susun rencana dengan baik!" setelah berkata demikian pria itu melangkah pergi.     

"Baiklah, lalu bagaimana dengan umpan yang kau lepaskan?" tanya Oliver tapi Antonio tidak menjawab. Oliver dan Austin saling pandang, mereka berdua tampak mengangkat bahu saat Antonio dan anak buahnya keluar dari ruangan itu.     

"Sial, gara-gara si idiot itu aku hampir kehilangan kepercayaannya!" gerutu Oliver sambil memegangi lehernya.     

"Kita sedikit salah perhitungan, Sayang."     

"Kau benar, tapi cukup kali ini saja kita membuat kesalahan karena jika terjadi lagi maka kita akan celaka!" ucap Oliver.     

"Jika begitu ayo kita pergi, hari ini sudah cukup. Besok kita lihat apakah Antonio akan datang menemui kita untuk menyusun rencana lebih lanjut atau tidak."     

Oliver mengangguk, komputer pun dimatikan karena dia tidak mau melihat apa yang dilakukan oleh Maximus lagi. Dia benar-benar benci dengan pria itu, pada saatnya tiba nanti dia harap Antonio menyerahkan pria itu sehingga dia bisa membunuh Maximus dengan kedua tangannya.     

Mereka berdua segera pergi, sedangkan saat itu Maximus sudah menemukan keberadan Aleandra. Hari sudah gelap, dia rasa sudah cukup mengelabui musuh. Maximus melangkah mendekati Aleandra yang masih berusaha mencari keberadaan kakaknya yang sudah hilang entah ke mana.     

"Kau ingin mencari sampai kapan, Aleandra?" tanya Maximus seraya mendekati Aleandra.     

Aleandra sudah terlihat tidak bertenaga, dia sudah berjalan dan berlari selama berjam-jam tanpa minum setetes air pun. Dia bahkan tidak merasakan rasa sakit di telapak kakinya.     

"Max," Aleandra melangkah mendekatinya dengan sisa tenaga yang ada.     

"Lihat dirimu, kenapa jadi seperti ini?" rupa Aleandra kacau, wajahnya terlihat lelah. Dia yakin Aleandra terus berjalan dan berlari tanpa henti. Jika tidak untuk mengelabui musuh maka dia tidak akan menunda untuk menjemput Aleandra.     

"Aku melihatnya, Max. Aku melihat Adrian," ucap Aleandra dengan lemah dan setelah itu, Aleandra jatuh tidak sadarkan diri.     

"Aleandra!" Max segera meraih tubuhnya. Sial, untuk saat ini dia akan membiarkan musuh melakukan apa pun yang mereka mau. Walau sesungguhnya dia tidak suka melihat keadaan Aleandra seperti itu.     

"Sudah saatnya, Jared. Sebar orang untuk mencari kakak Aleandra!" perintah Maximus. Dia sudah menahan diri untuk tidak menunjukkan kekuatannya pada musuh sedari tadi.     

"Yes, Master!" Jared segera melangkah pergi, sedangkan Max membawa Aleandra menuju mobil. Siapa pun yang Aleandra lihat tadi, Jared harus bisa menemukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.