Hi's Like, Idiot But Psiko

Rencana Berubah



Rencana Berubah

0Hari itu anak buah Antonio pergi ke bangunan tua di mana mereka menyekap Adrian atas perintah Antonio. Antonio memerintahkan anak buahnya pergi ke sana karena dia ingin membawa Adrian ke tempat lain yang lebih aman dan setelah itu mereka akan kembali melepaskan umpan.     

Antonio tidak tahu atas penyerangan yang telah terjadi, dia juga tidak tahu bangunan itu sudah porak poranda karena ulah Max dan anak buahnya. terlebih lagi, dia tidak tahu jika Adrian sudah tidak ada.     

Dua anak buah yang mendapat perintah untuk mendatangi tempat itu sangat heran karena mereka mendapati tempat yang begitu sepi. Mereka bahkan mengambil pistol dan melangkah mengendap untuk mendekati bangunan.     

Seharusnya rekan yang lain terlihat berjaga di sekitar lokasi tapi apa yang telah terjadi? Tidak ada tanda-tanda kehidupan di bangunan itu, hal itu membuat mereka semakin waspada. Bau amis darah yang terbawa oleh hembusan angin membuat mereka semakin curiga.     

Mereka bersembunyi di balik tembok bangunan sebelum masuk ke dalam dan setelah membuat aba-aba, mereka berdua masuk ke dalam dengan senjata api di tangan. Hancurnya bangunan itu sudah terlihat begitu mereka masuk. Mereka semakin waspada dan melangkah masuk. Mayat rekan mereka sudah terlihat, mereka semakin yakin ada yang tidak beres. Mereka berlari masuk, mayat rekan mereka semakin banyak terlihat.     

Lantai atas menjadi tujuan karena mereka harus memastikan keberadaan sandera tapi sayangnya, Adrian sudah tidak ada.     

"Sial, ada yang menyerang!" mereka berlari ke bawah, mereka harus segera pergi karena bisa saja musuh menyimpan perangkap di tempat itu.     

Antonio berada di sebuah apartemen yang dia sewa untuk sementara, dia membutuhkan tempat apalagi sebentar lagi kakaknya akan datang membawa umpan lain. Adrian mereka gunakan tidak saja untuk mengetahui kekuatan yang Maximus miliki tapi Adrian juga mereka gunakan untuk memancing Aleandra. Mereka berniat membuat gadis itu gelisah dengan keadaan kakaknya dan melakukan tindakan ceroboh lalu keluar dari zona aman sehingga umpan kedua bisa memancingnya dengan mudah tapi sepertinya mereka harus merubah rencana.     

"Ada apa? Apa kalian sudah membawanya?" tanya Antonio pada anak buahnya yang dia tugaskan untuk membawa Adrian karena anak buahnya sedang menghubunginya saat itu.     

"Sir, ada yang menyerang," lapor sang anak buah.     

"Apa maksudmu?" tanya Antonio sambil berteriak.     

"Ada yang menyerang, semua mati dan sandera hilang!" jawab sang anak buah.     

"Sial!" Antonio berteriak marah. Tidak perlu ditanya, dia tahu siapa pelakunya.     

"Kalian berdua jangan langsung kembali ke markas, mungkin saja ada yang mengikuti. Pergi yang jauh dan berhati-hatilah!" perintah Antonio.     

Ternyata musuh menyerang tanpa mereka tahu, padahal mereka sudah mengakali cctv sedemikian rupa tapi kenapa pria bernama Maximus itu bisa tahu?     

"Sial!" lagi-lagi umpatan seperti itu yang terdengar. Sebaiknya dia pergi mencari Oliver, benar yang wanita itu katakan, sepertinya dia terlalu meremehkan lawan.     

Ponsel Oliver pun berbunyi, saat melihat nama Antonio dia terlihat sedikit enggan tapi itu adalah orang yang dia perlukan untuk mendapatkan kemenangan.     

"Ada apa, Antonio? Ini masih pagi, kita bisa menyusun rencana nanti siang," ucap Oliver.     

"Stop dengan rencanamu itu!" Antonio terdengar marah.     

"Ada apa? Kenapa kau terdengar marah, apa sesuatu telah terjadi?"     

"Apa yang telah terjadi? Anak buahku baru saja pergi ke sana dan mengaakan jika sanderaku hilang, anak buahku semua terbunuh. Kau tanya apa yang terjadi?" Antonio benar-benar kesal. Baru kali ini dia menghadapi musuh yang harus dia waspadai sehingga dia harus bertindak dengan hati-hati.     

"Sial!" Oliver mengumpat. Tidak perlu ditanya lagi, mereka berdua tahu pelakunya.     

"Bukankah kau berkata dia tidak akan bisa menemukan sandera? Tapi kenapa dia bisa menemukan sanderaku dengan mudah dan menghabisi anak buahku tanpa sisa?!" tanya Antonio dengan nada tinggi.     

"Bukankah sudah aku katakan padamu, jangan meremehkan lawan. Kau ingin melihat kekuatan yang dia miliki, bukan? kau sudah melihatnya sekarang jadi sebaiknya kita tidak gegabah lagi. Datang temui aku, kita bahas hal ini secara pribadi. Tidak aman berbicara melalui telepon," ucap Oliver. Seharusnya dia sudah bisa menebak hal ini akan terjadi, walau dia sudah mengacaukan rekaman cctv seharusnya dia bisa menebak jika Maximus bisa mendapatkan rekaman asli sehingga sandera bisa ditemukan dengan mudah. Beruntungnya Antonio tidak membawa sandera yang dia miliki ke markas miliknya, jika sampai hal itu terjadi maka semua yang dia miliki akan hancur dan dia juga akan ketahuan oleh Maximus.     

Oliver segera bergegas, begitu juga dengan Antonio. Mereka akan mengadakan pertemuan untuk melihat apa yang terjadi pada anak buah Antonio dan juga sandera. Saat itu Austin tidak ada karena dia sedang pergi, mereka memiliki senjata rahasia yang akan mereka gunakan nanti untuk menyerang musuh. Yang pastinya itu akan menjadi senjata rahasia yang tidak akan mereka umbar bahkan pada Antonio sekalipun karena senjata rahasia itu akan mereka keluarkan secara diam-diam.     

Sebuah tempat menjadi tujuan, Oliver tiba terlebih dahulu dengan seperangkat laptopnya yang sudah menyala di atas meja juga segelas kopi beserta sepotong kue. Dia tampak berhati-hati, dia harap tidak ada yang mengikuti Antonio karena jika mereka ketahuan maka tamatlah riwayat mereka berdua.     

Cukup lama Oliver menunggu, dan pada akhirnya Antonio datang juga. Pria itu melihat sana sini untuk mencari keberadaan Oliver sampai akhirnya dia mendapati OLiver berada jauh dari pengunjung. Mereka memang membutuhkan tempat sepi untuk berbicara.     

Antonio menghampirinya dengan cepat dan duduk di sampingnya. OLiver hanya menatap pria itu dalam diam, Antonio memanggil seorang pelayan untuk memesan segelas kopi dan setelah itu dia memandangi OLiver dengan serius.     

"Kenapa memandangi aku seperti itu? Aku tidak berminat memiliki afair dengan sekutuku!" ucap OLiver sinis.     

"Siapa yang mau memiliki afair denganmu? Aku hanya ingin tahu apa yang akan kita lakukan selanjutnya dan apa sebenarnya yang sudah terjadi?"     

"Sebelum itu, tidak ada yang mengikutimu, bukan? Kau tidak bertemu dengan anak buah yang baru saja dari bangunan tua itu, bukan?" tanya Oliver memastikan karena dia khawatir ada yang mengikuti Antonio dan tentunya jika sampai hal itu terjadi maka yang mengikutinya adalah anak buah Max.     

"Tentu tidak, aku sudah memerintahkan kedua anak buahku yang memeriksa bangunan itu untuk pergi yang jauh dan jangan kembali dalam waktu dekat."     

"Bagus, aku sudah memeriksanya!" Oliver memutar laptopnya dan memperlihatkan rekaman yang sudah dia telusuri dengan susah payah.     

"Lihatlah, kau sangat ingin tahu bagaimana kekuatan musuh, bukan? Sekarang kau bisa melihatnya. Dia bisa menemukan keberadaan sanderamu dengan mudah, dia bahkan memanipulasi cctv sehingga tidak ada yang tahu apa yang sedang dia lakukan saat itu!" ucapnya.     

Antonio melihat rekaman di mana Maximus menyerang bangunan tua itu untuk menyelamatkan Adrian. Mereka memang tidak bisa melihat apa yang telah terjadi di dalam namun mereka bisa menebak apa yang telah terjadi.     

Antonio melihat rekaman itu dengan serius, saat anak buahnya diserang kenapa tidak ada satu pun yang memberinya kabar? Jangan katakan jika alat komunikasi juga tidak bekerja saat itu.     

"Kau terlihat memikirkan sesuatu, Antonio. Kau pasti memikirkan kenapa anak buahmu tidak menghubungimu saat Maximus menyerang mereka, bukan?" tebak Oliver.     

"Yeah, seharusnya kau tahu akan hal itu. Salah satu anak buahku bisa melakukannya tapi kenapa tidak ada yang menghubungi sama sekali? Tidak mungkin mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan!"     

"Yeah... inilah musuh yang harus kau lawan. Itulah kemampuan yang dia miliki. Tidak saja menguasai cctv tapi dia juga mengacaukan alat komunikasi. Sebab itu aku memintamu untuk datang agar kita bisa langsung berbicara. Sebisa mungkin hindari berbicara via telepon apalagi saat membicarakan rencana kita!"     

Antonio diam, ternyata itu alasan kenapa Oliver memintanya untuk datang. Rekaman masih berputar sampai akhirnya mereka melihat saat Maximus dan anak buahnya membawa Adrian pergi dari bangunan tua itu.     

"Sial, aku benar-benar sudah salah perhitungan!" umpatnya. Selama ini dia tidak pernah kehilangan sandera, ini kali pertama dia melakukan kesalahan. Biasanya sandera yang dia lepas untuk memancing musuh tidak akan ketahuan dengan mudah, sepertinya dia sudah salah perhitungan atau musuh yang dia hadapi kali ini berbeda dengan musuh yang biasanya dia hadapi.     

"Baiklah, aku sudah bertindak gegabah. Sepertinya kita harus merubah rencana kita. Lagi pula aku sudah mendapatkan apa yang aku mau. Kehilangan satu sandera tidak jadi soal karena aku memiliki sandera yang lain."     

"Kita memang harus merubah rencana, Antonio. Kali ini stop bermain-main, kita masuk ke tahap yang serius."     

"Sepertinya kau sudah memiliki rencana bagus, Oliver," Antonio melirik ke arahnya. Oliver tersenyum, tentu saja dia sudah memiliki rencana yang bagus.     

"Tentu saja, sudah aku katakan sebelumnya, kau memiliki kekuatan dan aku memiliki segudang rencana. Kita akan menjadi partner kerja sama yang luar biasa!" ucap Oliver dengan seringai lebar.     

"Rencana apa yang kau miliki?" Antonio ingin tahu.     

"Untuk saat ini kita mundur terlebih dahulu. Sandera sudah tertangkap, Maximus pasti tidak akan tinggal diam. Dia pasti akan mencari keberadaan kita, oleh karena itu aku bertanya kau menemui anak buahmu atau tidak. Karena kau tidak menemui mereka maka kita masih aman, sebab itu lebih baik kita bersembunyi untuk sementara waktu sambil menunggu Austin kembali. Mundur dan bersembunyi bukan berarti kita pengecut, kita hanya mengulur sedikit waktu dan memberikan Maximus hidup sedikit lama tapi setelah itu?" Oliver sangat yakin dengan rencananya tapi yeah, dia memang selalu yakin.     

"Baiklah, kita bahas lagi di tempat lain, di sini bahaya. Aku akan mempercayai apa yang kau rencanakan. Lagi pula kakakku belum tiba dengan sandera lainnya. Kita sembunyi sebentar sambil melihat situasi!" Antonio menyetujui rencana Oliver. Lagi pula yang wanita itu katakan sangat benar, mundur bukan berarti pengecut. Sudah saatnya berhenti bermain-main dan menyusun rencana dengan serius dan pada saatnya tiba nanti, mereka akan menyerang tanpa sepengetahuan Maximus dan Aleandra.     

Setelah sepakat, mereka pergi. Mereka harus menjauhi cctv demi rencana besar mereka. Mereka akan kembali lagi setelah Austin kembali dan pada saat itu, rencana pun mulai dijalankan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.