Hi's Like, Idiot But Psiko

Apa Kau Cemburu?



Apa Kau Cemburu?

0Setelah kepergian Caitlyn, Maximus berdiam diri tanpa menyentuh pekerjaannya. Beruntungnya Caitlyn cepat sadar dan memilih pergi karena sangat berbahaya jika Caitlyn masih dengan ambisinya. Musuh akan memanfaatkan perasaan yang dia miliki dengan mudah, jujur saja dia khawatir Caitlyn dimanfaatkan namun sekarang dia sudah tidak perlu khawatir lagi karena Caitlyn memilih pergi jalan-jalan.     

Jangan sampai ada yang tertangkap lagi untuk dijadikan umpan karena permasalahan akan semakin rumit dan tidak hanya itu saja, korban lain seperti Adrian akan kembali jatuh.     

Setelah cukup lama berdiam diri, Maximus kembali bekerja. Dia sangat berharap Caitlyn menemukan pria yang jauh lebih baik dari pada dirinya. Walau terkadang dia tidak suka dengan Caitlyn yang suka memaksa tapi Caitlyn tetap sahabat baiknya. Dia jadi merindukan Aleandra, apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu saat ini?     

Sebaiknya dia segera menyelesaikan pekerjaannya karena dia ingin cepat pulang dan menghabiskan waktu dengan Aleandra. Mengajak Aleandra melakukan hal romantis berdua di rumah sepertinya bukan masalah. Lagi pula Aleandra pasti membutuhkannya. Tidak perlu jauh-jauh, cukup di sisi kolam renang saja.     

Ponsel sudah berada di tangan, Maximus menghubungi salah satu anak buahnya dan memberikan perintah untuk menyiapkan apa yang dia inginkan. Dia ingin semua sudah siap saat dia sudah kembali dan tentunya dia memerintahkan mereka menyiapkan semuanya tanpa diketahui oleh Aleandra karena dia ingin memberikan kejutan kecil untuk kekasih hatinya.     

Mereka melakukan apa yang diperintahkan tanpa diketahui oleh Aleandra apalagi Aleandra berada di dalam kamar saat mereka sedang melakukan tugas. Untuk mengusir rasa bosan sambil menunggu Max kembali, Aleandra memilih menonton televisi.     

Sesuai dengan keinginan yang pernah dia ucapkan, sebuah televisi flat berukuran besar sudah berada di dalam kamar. Max memang meletakkan televisi di kamar agar Aleandra bisa menonton sambil berbaring.     

Aleandra lebih suka menonton komedi yang bisa membuatnya tertawa lepas, selain menghibur, suasana hatinya juga terasa lebih baik setelah tertawa. Dia benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan oleh anak buah Maximus apalagi dia tertidur walau acara televisi yang dia tonton belum selesai. Dia bahkan tidak tahu saat Maximus kembali dan masuk ke dalam kamar.     

Setelah membuka jas dan dasi yang dia gunakan, Max naik ke atas ranjang dan mendekati Aleandra. Tangannya sudah berada di pipi Aleandra dan mengusapnya dengan pelan. Dia tidak mungkin salah dengan pilihannya karena dia ingin selalu bersama dengan Aleandra dan melewati hari bersama dengannya.     

"Max?" mata Aleandra sudah terbuka, Aleandra bahkan menatapnya dengan tatapan heran.     

"Aku jadi membangunkanmu," ucap Maximus basa basi.     

"Tidak apa-apa, aku sudah tidur sejak tadi."     

"Kemarilah," Maximus bersandar di ujung ranjang dan menariknya mendekat.     

Aleandra bersandar di dadanya, mereka berdua diam saja sambil menonton acara televisi. Tangan Maximus membelai kepalanya, Aleandra memejamkan mata namun dia mencium wangi manis dari tubuh Max. Aleandra curiga dan mulai mengendus untuk mencari tahu aroma apa itu.     

"Ada apa?" tanya Max heran.     

"Kenapa baumu tidak seperti biasanya?" Aleandra masih mengendus.     

"Tidak seperti biasa bagaimana? Apa bajuku bau?"     

"Tidak!" Aleandra masih mengendus dan setelah itu, matanya menatap Max dengan tajam.     

"Katakan kau bertemu dengan siapa hari ini, Max? Kenapa ada bau parfum wanita di bajumu?" tanyanya.     

"Kenapa? Apa kau cemburu?"     

"Tentu saja!" Aleandra beranjak dan duduk di atas pangkuannya.     

"Katakan!" kedua tangan sudah menarik kerah kemeja Maximus, "Kau tidak berselingkuh dariku, bukan?" tanyanya.     

Maximus terkekeh, kedua tangan Aleandra diraih dan setelah itu Max mencium punggung tangannya.     

"Bagaimana menurutmu, Aleandra? Apa aku sedang berselingkuh?"     

"Hei, itu pertanyaanku kenapa kau balik bertanya?" protes Aleandra.     

"Aku hanya ingin tahu pendapatmu," ucap Maximus seraya mengusap wajah Aleandra.     

"Coba aku periksa lagi!" Aleandra kembali mengendus, dia juga melihat baju Maximus dengan teliti apakah ada bekas lipstik atau tidak. Max membiarkan Aleandra melakukan apa yang dia mau, dia juga ingin tahu apa pendapat Aleandra.     

"Ayo mengaku siapa yang kau temui hari ini?" tanya Aleandra karena dia tidak menemukan apa pun namun dia bisa mencium wangi parfum Caitlyn yang tertinggal saat Max memeluknya sebentar.     

"Masih ingat dengan wanita yang berbicara denganmu saat itu?"     

"Yang mana?" tanya Aleandra sambil mengernyitkan dahi.     

"Sosis Amerika, kau ingat?"     

"Apa? Kenapa masih mengingat hal itu?!" wajah Aleandra jadi memerah karena malu.     

"Kau yang memberikan julukan itu, Aleandra."     

"Baiklah, jadi kau bertemu dengan wanita itu lalu dia memelukmu atau kau yang memeluknya sehingga kalian berpelukan?"     

"Pertanyaan seperti apa itu?" Max mengusap wajahnya, sedangkan Aleandra menatapnya curiga.     

"Caitlyn sahabatku, Aleandra. Aku rasa kau tahu jika dia menyimpan perasaan suka padaku. Aku juga tahu akan hal itu tapi aku tidak bisa membalas perasaannya karena bagiku dia sahabat baikku apalagi sudah ada kau di hatiku."     

"Lalu?" Aleandra semakin ingin tahu.     

"Aku tidak akan berselingkuh darimu, percayalah. Jika aku sudah memilih maka aku tidak butuh yang lainnya sebab itu aku tidak akan tergoda dengan Caitlyn. Hari ini dia datang menemui aku dan aku berbicara dengannya. Aku ingin dia mundur dan menjalankan hidupnya baik-baik jadi aku memeluknya sebentar sebagai sahabat."     

Aleandra diam tapi matanya masih menatap Maximus dengan serius. Jadi wanita yang dia temui waktu itu adalah sahabat Max? Entah kenapa dia jadi malu jika mengingat pertemuan mereka waktu itu.     

"Kenapa diam saja, apa masih tidak percaya?"     

"Hm... tentu saja tidak, Mr. Smith!" ucap Aleandra sengaja.     

"Jika begitu, bagaimana caranya agar kau percaya padaku?" tanya Max. Dia tahu Aleandra pura-pura tidak percaya.     

"Berikan aku kejutan maka aku akan percaya!"     

"Jika begitu matikan televisi-nya, mandi dan setelah itu kita akan melakukan hal yang menyenangkan!" ucap Max.     

"Hal menyenangkan? Kau ingin mengajak aku bercinta di kamar mandi?"     

"Jadi kau sedang ingin bercinta denganku?"     

"Bukan seperti itu!"     

"So?"     

"Baiklah, ayo mandi!" Aleandra segera beranjak, entah kejutan apa yang akan Maximus berikan yang pasti dia sangat menantikan hal itu.     

Mereka mandi dengan cepat, semua yang Maximus inginkan sudah siap di luar sana. Max mengajaknya keluar setelah mereka berpakaian.     

"Apa kita akan pergi?" tanya Aleandra.     

"Tidak, sekarang aku akan menutup matamu!" Max menghampirinya dan berdiri di belakangnya.     

"Wow, sepertinya aku akan mendapat kejutan tak terduga," kedua tangan Maximus sudah menutupi matanya. Max menuntunnya ke arah kolam renang, jantung Aleandra berdebar, dia jadi sangat ingin tahu kejutan apa yang akan diberikan oleh Maximus.     

Maximus menuntunnya dengan perlahan menuju kolam renang, lilin sudah menyala menerangi sisi kolam renang. Makan malam juga sudah tersedia. Anak buahnya menyiapkan semua yang dia perintahkan dengan sangat baik.     

"Apa aku sudah boleh membuka mataku?" tanya Aleandra dengan tidak sabar.     

"Tunggu sebentar," Maximus masih menuntunnya hingga mereka berdiri di dalam lilin yang menyala.     

"Sekarang kau boleh membuka matamu!" Max menyingkirkan kedua tangannya dari mata Aleandra.     

Aleandra membuka mata perlahan, cahaya lilin yang pertama kali dia pandang. Dia mulai melihat sekitar, dia bahkan berputar untuk melihat lilin yang sedang mengelilingi mereka.     

"Oh my God, Max!" Aleandra menutup mulut setelah tahu bentuk lilin yang sedang mengelilingi mereka dan lilin itu berbentuk hati.     

"Apa kau menyukainya, Aleandra?"     

"Kapan kau menyiapkan semua ini? Kenapa aku tidak tahu?" tanya Aleandra, matanya masih melihat sana sini. Dia tidak menyangka Maximus menyiapkan semua itu tanpa sepengetahuannya.     

"Kau tidur, bagaimana kau bisa tahu?" Maximus menarik Aleandra hingga tubuh mereka merapat.     

"Kau benar!" Aleandra tersenyum, mereka berdua saling pandang. Maximus juga tersenyum, satu tangannya sedang berada di pipi Aleandra dan mengusapnya perlahan.     

"Kenapa kau memilih aku, Max? Bukankah wanita itu lebih cantik dari pada aku?" tanya Aleandra.     

"Kenapa bertanya seperti ini lagi?"     

"Apa tidak boleh?"     

"Seharusnya kau sudah tahu," Max mengangkat satu tangan Aleandra dan memutar tubuhnya sehingga mereka seperti sedang berdansa saat itu.     

"Aku ingin mendengarnya, katakan kau mencintai aku, Max," pinta Aleandra.     

"I love you," ucap Max tanpa ragu.     

"lagi," pinta Aleandra.     

"I love you, Aleandra. For ever!"     

Aleandra tersenyum, kedua tangan sudah melingkar di leher Maximus. Ungkapan cinta yang diberikan oleh Maximus benar-benar membuatnya bahagia.     

"Lagi," pinta Aleandra.     

Maximus memeluknya dan membisikkan kata cinta yang Aleandra inginkan. Mata Aleandra terpejam, mereka bahkan bergerak seolah-olah ada musik merdu yang melantun mengiringi kebersamaan mereka.     

Pelukan mereka semakin erat, tidak ada yang berkata-kata. Mereka seperti sedang berdansa dan setelah langkah mereka terhenti, mereka berdua berciuman dengan mesra di tengah-tengah lilin yang berbentuk hati.     

Tidak perlu ada musik tapi suasana sudah terasa romantis. Angin malam yang berhembus, tidak memadamkan api lilin yang menerangi tempat itu. Pelukan mereka bahkan semakin erat karena dinginnya angin malam.     

"Terima kasih, Max. Kau selalu memberikan kebahagiaan untukku," ucap Aleandra.     

"Aku akan selalu membahagiakan dirimu, Aleandra. Dan aku akan membahagiakan dirimu dengan caraku."     

"Aku wanita paling beruntung karena dicintai olehmu!" Aleandra berjinjit untuk mengecup bibir Maximus.     

"Aku juga beruntung karena telah bertemu denganmu!" setelah berkata demikian, Max kembali mencium bibir Aleandra.     

Tidak ada kata bosan melakukan hal itu apalagi baginya bibir Aleandra bagaikan candu untuknya. Mau dilakukan berapa kali pun dia tetap menginginkannya lagi dan lagi apalagi dia sudah menetapkan hati jika Aleandra akan menjadi wanita yang dia cintai sampai mati.     

Setelah merasa cukup, Maximus mengajak Aleandra untuk makan malam. Sebuah meja berada tidak jauh dari mereka, makanan dan juga minuman sudah menunggu mereka. Aleandra sangat senang, kebagian terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.     

Semua perhatian yang diberikan oleh Maximus, kasih sayang yang dia tunjukkan membuatnya begitu bahagia dan dia yakin, dia tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan seperti itu dari pria mana pun.     

Makanan sudah habis, mereka tidak beranjak dari sisi kolam renang. Sambil menikmati segelas anggur, mereka menikmati malam mereka di sana. Walau langit malam sedikit tertutup awan, walau udara terasa dingin namun mereka tidak melewatkan momen kebersamaan mereka yang sangat berharga itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.