Hi's Like, Idiot But Psiko

Akhirnya dimulai



Akhirnya dimulai

0Alesya baru sadar jika Aleandra belum juga tiba, sudah dua jam berlalu semenjak dia menghubungi Aleandra tapi sampai sekarang, Aleandra belum juga tiba. Ini aneh, padahal Aleandra berkata dia sudah selesai tapi kenapa sampai sekarang dia belum juga datang?     

Alesya baru sadar karena dia sedang menemani putranya membuat sesuatu. Dia bahkan mencari Aleandra di antara yang lain karena bisa saja Aleandra bersama dengan mereka tanpa dia ketahui.     

"Guys, apa Aleandra sudah datang?" tanyanya.     

"Tidak, kami tidak melihatnya," jawab yang lain.     

"Apa dia belum datang?" Alesya memandangi yang lain dengan ekspresi heran.     

"Ada apa, Alesya?" tanya ibunya.     

"Mom, aku meminta Aleandra untuk datang ke sini dan aku berbicara dengannya sejak dua jam yang lalu. Dia bilang sebentar lagi akan tiba tapi ini sudah dua jam," jelas Alesya.     

"Aku akan menghubungi Maximus," ucap Marline seraya beranjak. Kenapa tiba-tiba dia memiliki firasat buruk.     

"Alesya, seorang wanita bernama Aleandra menghubungimmu tadi," ucap suami Alesya yang baru saja keluar dari kamar sambil menggendong putri kecil mereka. Suami Alesya memang tidak mengenal Aleandra karena mereka belum pernah bertemu.     

"Benarkah? Apa yang dia katakan?" Aleysa menghampiri suaminya dengan terburu-buru.     

"Dia berkata jika dia akan terlambat karena Max mengajaknya pergi ke suatu tempat," ucap suaminya.     

"Benarkah?"     

"Dia memang berkata seperti itu dan meminta aku menyampaikan hal ini padamu!" ucap suaminya karena memang itulah yang disampaikan oleh Aleandra.     

Agar Alesya tidak menunggu dan mengkhawatirkan dirinya, Aleandra menghubungi Alesya yang secara kebetulan dijawab oleh suaminya. Dia memminta suami Alesya menyampaikan jika dia pergi dengan Max. Jangan sampai seisi rumah mengkhawatirkan dirinya tapi apakah dia benar-benar pergi dengan Maximus?     

Alesya terlihat lega, begitu juga dengan Marline. Mereka sudah khawatir tapi syukurlah Aleandra pergi dengan Maximus. Tidak ada yang menaruh curiga sama sekali, mereka kembali berbincang sambil menunggu kedatangan Aleandra dan Maximus yang mungkin sebentar lagi akan segera tiba. Alesya yang tadinya berniat menghubungi Maximus untuk menanyakan keberadaan Aleandra tidak jadi melakukan hal itu karena dia pikir Max benar-benar sedang bersama dengan Aleandra. Mungkin mereka pergi ke suatu tempat untuk mencari sesuatu jadi sebab itu mereka belum juga datang.     

Maximus juga tidak tahu akan hal itu, pekerjaan yang menumpuk membuatnya benar-benar sibuk. Aleandra sudah pergi beberapa jam yang lalu, dia yakin Aleandra sudah tiba apalagi tidak ada telepon dari keluarganya. Mungkin Aleandra sibuk bermain dengan putri Jonathan sampai lupa memberinya kabar.     

Max meletakkan dokumen terakhir yang sudah dia periksa, waktunya pergi untuk menyusul karena dia sudah berjanji akan menyusul Aleandra. Maximus bergegas pergi ke rumah bibinya, rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Aleandra namun saat dia tiba, keluarganya memandanginya dengan tatapan heran karena dia datang seorang diri.     

"Kenapa kalian memandangi aku seperti itu? Mana Aleandra?" tanya Maximus sambil menatap keluarganya dengan tatapan heran.     

"Seharusnya itu pertanyaan kami, Max. Mana Aleandra, kenapa kau datang sendirian?" tanya ibunya.     

"Apa maksudmu, Mom? Bukankah Aleandra sudah datang sedari tadi?" tiba-tiba firasatnya buruk.     

"Hei, bukankah kau bersama dengannya? Dia menghubungi Alesya dan mengatakan jika kau mengajaknya pergi ke suatu tempat," ucap Marline. Firasatnya juga buruk.     

"What?" Max diam, semua diam dan saling pandang dan setelah itu, mereka sadar jika telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Jika Max tidak bersama dengan Aleandra, lalu ke mana dia pergi?     

"Sial!!" Max mengumpat, ternyata musuh sudah bertindak.     

Tanpa berkata apa-apa, Max berlari menuju ruang komputer karena dia ingin memeriksa keadaan. Yang lain mengikutinya, mereka ingin tahu apa yang telah terjadi.     

Komputer dinyalakan dengan terburu-buru, pantas saja firasatnya tidak baik hari ini. Tapi dia sudah memprediksi akan hal itu, dia yakin musuh akan muncul. Ini hal bagus tapi yang dia khawatirkan adalah keadaan Aleandra. Dia harap gadis itu tidak melakukan tindakan bodoh.     

"Ada apa, Max? Apa telah terjadi sesuatu?" tanya ayahnya yang duduk di sisinya.     

"Aku sudah curiga akan hal ini, Dad. Akhirnya musuh mulai bergerak," jawabnya sambil mencari jejak keberadaan Aleandra dari ponsel karena dia bisa mendeteteksi keberadaan ponsel yang dia berikan pada Aleandra.     

"Jadi menurutmu kekasihmu di tangkap oleh mereka?" tanya ayahnya.     

"Tidak! Aleandra sempat menghubungi Alesya dan mengatakan jika dia sedang bersama denganku, bukan? Aku rasa telah terjadi sesuatu dan aku rasa dia sengaja melakukannya."     

"Jadi menurutmu dia sengaja masuk ke dalam perangkap musuh?"     

"Semoga tebakanku ini benar, Dad. Semoga dia tidak mengecewakan aku dan aku butuh bantuan kalian berdua," ucap Maximus.     

Komputer sudah menyala, Max terlihat sedikit kesal karena dia tidak bisa menemukan lokasi Aleandra dari ponselnya. Sepertinya musuh sudah mengambil ponsel itu. Tapi bukan berarti dia tidak bisa menemukannya, musuhnya memang pandai memainkan trik dan dia hanya perlu membongkar trik yang mereka mainkan.     

Ponsel yang dia berikan, kalung pelacak yang selalu Aleandra gunakan, dia akan mencari keberadaan Aleandra menggunakan dua benda itu dan tentunya menyelusuri cctv. Walau dia tahu, musuhnya pasti sudah memanipulasi cctv seperti yang sudah mereka lakukan sebelumnya.     

Tidak saja Max, kedua orangtuanya membantu di dalam ruangan. Yang lain sudah keluar karena mereka harus menjaga anak-anak. Cctv mulai diretas, rekaman saat Aleandra meninggalkan kantornya pun sudah didapatkan.     

Michael membantu putranya menyelusuri rekaman sampai akhirnya Aleandra masuk ke dalam sebuah toserba dan dia juga meretas cctv yang ada di toserba itu.     

Marline juga membantu putranya, Max meminta ibunya mencari posisi keberadaan kalung, sedangkan dia mencari keberadaan ponsel. Dia sangat yakin mereka tidak akan menemukan keberadaan Aleandra dengan mudahnya namun dia harus mencari tahu apa yang terjadi dan dia berharap Aleandra meninggalkan sedikit petunjuk. Musuh yang dia hadapi tidak bisa dia remehkan, bukan Antonio yang harus dia waspadai saja tapi orang yang bekerja sama dengan Antonio yaitu musuhnya yang selama ini tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Dia yakin musuh itulah yang harus dia waspadai karena dia yakin orang yang menjadi musuhnya tahu semua keahliannya.     

"Ada apa ini, Max? Kenapa posisi kalung berada dipuluhan tempat?" tanya ibunya tidak percaya.     

Maximus diam, sudah dia duga musuh memanipulasi keberadaan kalung itu dan seperti yang ibunya temukan, dia juga menemukan posisi ponselnya di beberapa tempat yang berbeda.     

"Sepertinya musuhmu tidak bisa diremehkan, Boy," ucap ayahnya setelah mendapatkan rekaman cctv yang ada di toserba.     

"Kau sudah mendapatkan sesuatu, Dad?"     

"Lihatlah, ini!" Michael menunjukkan rekaman cctv pada putranya. Seperti yang pernah terjadi saat dia menemukan keberadaan Adrian, musuh juga mengacaukan cctv yang ada di toserba.     

Cctv yang sudah dimanipulasi, keberadaan kalung dan ponsel yang sudah dipalsukan membuat mereka harus bekerja extra untuk menemukan keberadaan Aleandra namun dia sangat yakin, sekalipun mereka sudah berhasil memecahkan rekaman cctv dan menemukan posisi ponsel dan juga kalung pelacak, mereka tidak akan menemukan keberadaan Aleandra dengan mudah dan dia juga yakin musuh ingin membuat mereka sibuk.     

"Bagaimana ini, Max? Kita akan kehabisan waktu jika kita menyelusuri rekaman dan mencari posisi kalung dan ponsel itu. Jangan sampai kita sibuk di sini, sedangkan Aleandra sudah celaka," ucap ibunya.     

"Tidak apa-apa, Mom. Kita cari sampai ketemu keberadaan kedua benda itu karena kita bisa menyelusuri jejak mereka dari sana. Daddy juga harus menemukan rekaman asli yang ada di toserba karena aku ingin tahu kenapa Aleandra berkata dia pergi denganku. Aku curiga seseorang menyamar jadi diriku sehingga dia mengikuti orang itu."     

"Sial, trik lama. Tapi bukankah itu sangat berbahaya untuknya, Max?" tanya ibunya lagi. Sungguh dia sangat mengkhawatirkan keadaan Aleandra.     

"Aku tahu, Mom. Tapi aku percaya dengan Aleandra," ucap Maximus. Dia sangat yakin Aleandra tidak mungkin tidak bisa mengenali dirinya mana yang asli dan mana yang palsu jika memang benar ada yang menyamar sebagai dirinya untuk mengelabui Aleandra.     

"Baiklah, ayo kita telusuri untuk mencari jejaknya!" ucap Michael.     

Mereka bertiga mulai sibuk, Marline dan Michael terlihat serius. Mereka akan membantu putra mereka untuk menemukan musuh bahkan mereka akan membantu putra mereka melawan musuh mereka nanti.     

Michael sudah mendapatkan rekaman di toserba, di mana Aleandra terlihat sedang mengambil barang-barang yang hendak dia beli. Dia terus memantau sampai seorang pria yang sangat mirip dengan Maximus memeluk Aleandra dari belakang.     

"Kau lihat itu?" Michael menunjuk ke arah komputer, "Mereka benar-benar menggunakan seseorang yang mirip denganmu untuk mengelabui dirinya.     

Marline dan Maximus melihat rekaman itu, pria yang mirip dengannya mengajak Aleandra pergi setelah mereka membayar. Tidak ada yang aneh, Aleandra tampak begitu mempercayai pria yang mirip dengannya dan mengikutinya pergi.     

"Shit! Mereka benar-benar keterlaluan!" Max masih melihat rekaman cctv di mana pria itu mengajak Aleandra menuju mobil. Bodyguard yang menemani Aleandra bahkan tidak mencegah. Itu karena sang bodyguard mengira jika yang bersama dengan Aleandra bena-benar Maximus. Tidak ada yang berbeda dari wajah pria itu, jika mereka berdua berdiri secara bersamaan, mereka pasti akan seperti anak kembar.     

"Stop di sana, Dad!" tiba-tiba Maximus meminta ayahnya untuk menghentikan rekaman saat Aleandra meletakkan tangannya ke belakang seperti sedang membuat sebuah tanda. Rekaman kembali diputar, mata mereka melihat rekaman itu dengan teliti.     

Pena dan kertas diambil, semoga saja ini petunjuk dari Aleandra. Max menulis beberapa huruf yang dibuat oleh Aleandra menggunakan jari. Angka itu bagaikan sebuah teka teki. Seperti yang dia duga, Aleandra tidak sebodoh yang dia kira. Apa pun yang sedang Aleandra hadapi saat ini, dia harus segera memecahkan teka teki yang Aleandra tinggalkan dan dia juga harus menemukan keberadaan ponsel dan juga kalung pelacak milik Aleandra karena dari sana dia dapat menemukan jejak.     

Akhirnya dimulai, dia sudah menantikan ini begitu lama. Akhirnya musuh bertindak dan tidak main petak umpet lagi walau dia harus memecahkan trik yang musuh gunakan tapi tidak jadi soal karena kali ini, dia tidak akan melepaskan mereka yang telah berani menantangnya tapi apa yang sebenarnya terjadi dengan Aleandra? Kenapa dia mengikuti musuh dengan mudah padahal dia tahu jika pria itu bukanlah dirinya? Semoga saja Aleandra tidak mengambil tindakan yang salah. Dia harap Aleandra bisa jaga diri sampai dia menemukan keberadaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.