Hi's Like, Idiot But Psiko

Pertarungan Akan Segera Dimulai



Pertarungan Akan Segera Dimulai

0Beberapa saat yang lalu, saat pria yang mirip dengan Maximus menghampiri Aleandra dan memeluknya dari belakang. Aleandra belum tahu dan curiga karena wajah yang begitu sama namun ketika pria itu berbicara, rasa curiga itu mulai tumbuh.     

Dia baru saja bersama dengan Maximus sebelum berbelanja. Keadaan Max juga baik-baik saja, dia tidak sedang radang tenggorokan dan tidak batuk. Max juga bukan perokok tapi kenapa suaranya bisa tiba-tiba berubah?     

Senyum pria itu juga tidak sama dengan Max, tinggi badan dan bentuk tubuh mereka bahkan berbeda. Aleandra sangat tahu jika pria itu bukan Maximus namun dia harus tahu apa tujuannya.     

Selama ini dia hanya bisa lari dan lari sampai kakaknya menjadi korban. Dia tidak ingin lari lagi dan akan menghadapinya seandainya pria itu adalah umpan yang dilemparkan oleh Antonio untuk mendapatkan dirinya.     

Rasa curiga Aleandra semakin kuat saat pria yang mirip dengan Maximus membawanya mendekati sebuah mobil jelek yang terparkir lumayan jauh dari toserba. Dia pernah mencuci semua mobil Maximus dan di antara semua mobil yang Maximus miliki, tidak ada mobil sejelek itu.     

"Kita mau pergi ke mana, Max?" tanya Aleandra pura-pura saat mereka melangkah menuju mobil.     

"Aku ingin mengajakmu ke tempat indah, Sayang," ucap si Maximus palsu.     

Sayang? Aleandra tersenyum secara diam-diam, sampai sekarang Maximus belum pernah memanggilnya dengan sebutan Sayang bahkan panggilan manis yang dia ucapkan waktu itu tidak pernah Max ucapkan lagi.     

"Kenapa kau membawa mobil sejelek itu?" tanya Aleandra. Bagaimanapun dia harus pura-pura percaya jika pria itu adalah Maximus.     

"Aku memang sengaja, kita harus menyamar agar musuh tidak tahu keberadaan kita!"     

Lagi-Lagi Aleandra tersenyum, Maximus bukanlah pengecut yang harus menyamar untuk menghindari musuh. Dia sangat yakin jika Max justru sangat ingin musuh datang menantangnya. Karena sudah sangat yakin jika pria itu bukan Max, maka Aleandra membuat kode mengggunakan jari. Dia harap Maximus melihatnya dan bisa memecahkan kode yang dia buat.     

Dia juga harus mengikuti pria itu dengan harapan dia bisa bertemu Fedrick dan menyelamatkan kedua orangtuanya. Sudah cukup dia berlari dan bersembunyi, sudah cukup korban yang jatuh karena kesalahan yang sesungguhnya tidak ada.     

Apa pun yang terjadi maka biarlah terjadi, lagi pula dia percaya dengan Maximus. Dia percaya pria itu bisa menemukan dirinya, menyelamatkan dirinya dan setelah itu mereka akan menghabisi musuh mereka bersama.     

Setelah membuat beberapa kode menggunakan jari, Aleandra mengikuti Maximus palsu pergi. Dia kembali bertanya, dia bahkan bersikap seolah-olah dia sedang bersama dengan Max saat itu.     

"Sebenarnya kita mau ke mana, Max?" tanya Aleandra, dia harus memainkan perannya sebaik mungkin sehingga pria itu tidak curiga.     

"Nanti kau akan tahu, Sayang. Sebaiknya kau tidur, aku akan membangunkanmu setelah kita sudah tiba."     

Aleandra tidak menjawab, entah apa yang direncanakan oleh musuh sampai-sampai mereka menyiapkan pria yang sangat mirip dengan Maximus. Dia tahu semua itu tidak mudah, dia akan lari nanti setelah dia mengetahui keberadaan musuh dan juga mengetahui keberadaan kedua orangtua Fedrick.     

Mobil terus berjalan pergi, entah mau dibawa ke mana dirinya dia tidak tahu. Pria itu bahkan menghentikan mobilnya dengan alasan rusak sehingga mereka berpindah ke mobil lain.     

Aleandra tidak bersuara, tidak juga membantah. Dia terus mengikuti pria itu yang akan membawanya entah ke mana. Mereka berada di mobil selama berjama-jam, mereka bahkan sudah jauh dari kota. Mereka berada di sebuah tempat yang sangat asing baginya. Memang selama ini dia tidak banyak bepergian.     

Mobil yang dibawa oleh pria seperti Max itu berhenti di gurun tandus di mana tidak ada seorang pun. Pria itu turun terlebih dahulu, Aleandra semakin curiga. Pistol yang selalu dia bawa pun sudah berada di tangan, dia akan menggunakan benda itu jika dia terdesak.     

Pria itu berjalan memutar, menghampiri sisi mobil di mana Aleandra berada. Aleandra diam sampai akhirnya pintu mobil dibuka oleh pria itu. Ekspresi pria itu terlihat berbeda, sudah tidak seperti tadi karena perannya sebagai Maximus sudah selesai. Tugasnya hanya membawa Aleandra ke tempat itu dan setelah itu selesai.     

Sesuai dengan rencana, Austin dan Oliver memang menyiapkan seorang pria yang mirip dengan Maximus untuk mengelabui Aleandra. Sebab itu Austin pergi untuk menemui seseorang yang bisa membuatkannya wajah yang mirip dengan wajah Maximus. Hanya dengan cara ini saja mereka bisa membawa Aleandra keluar dari zona amannya. Aleandra juga tidak akan curiga dengan pria yang mirip Maximus itu dan lihatlah, pria itu sukses membawa Aleandra tanpa ada kendala sama sekali.     

Pistol masih berada di tangan, Aleandra tidak peduli siapa pria itu karena dia bukanlah Maximus. Pria itu sudah berdiri di sisi pintu yang terbuka, dia hendak meraih tangan Aleandra namun dia dikejutkan oleh sebuah pistol yang berada di dahinya.     

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Aleandra. Matanya menatap pria itu dengan tajam, pelatuk pistol sudah siap ditekan. Jika pria itu berani melawan maka akan dia ledakkan kepalanya.     

"Jangan tembak!" pria itu mengangkat kedua tangan.     

"Mundur!" perintah Aleandra karena dia hendak turun.     

"Jangan tembak, aku hanya orang suruhan!" ucap pria itu lagi.     

"Bagaimana wajahmu bisa mirip dengan Maximus?"     

"Ini palsu!" pria itu melepaskan topeng yang dia gunakan dan memberikannya pada Aleandra. Dengan cepat Aleandra mengambil topeng wajah Maximus, topeng itu harus dihancurkan agar tidak disalah gunakan.     

"Aku hanya orang yang dibayar untuk membawamu ke tempat ini dan berperan sebagai pria yang memiliki wajah itu. Aku tidak memiliki maksud apa pun selain membawamu!"     

"Kenapa kau membawaku ke sini?"     

"Seseorang akan menjemputmu nanti sebab itu aku hanya ditugaskan untuk membawamu ke tempat ini!!'     

"Siapa yang membayarmu?"     

Pria itu tidak menjawab, Aleandra hendak memaksa namun sebuah mobil terlihat mendekat dari kejauhan.     

"Pakai kembali topengmu!" ucap Aleandra seraya memberikan topeng yang sudah dia ambil pada pria itu.     

"Anggap tidak terjadi apa pun, jika kau berani mengatakan sesuatu maka aku akan mengambil pistol ini dan menembakmu bersama siapa pun yang akan datang itu!"     

"Akan aku lakukan tapi jangan menembak aku," topeng diambil dan kembali digunakan. Dia tidak mau mengambil risiko karena tugasnya sudah selesai.     

Mobil semakin mendekat, Aleandra dan pria itu kembali berakting. Di dalam mobil itu seorang pemuda melihat ke arah mereka. Dia harus melakukan tugasnya dengan baik jika dia ingin kedua orangtuanya selamat. Tentunya pria itu adalah Fedrick.     

Dia sungguh tidak mau melakukan perintah Oliver, jika bisa memilih lebih baik dia disiksa dari pada dia harus mengkhianati Aleandra dan dibenci olehnya tapi dia tidak berdaya karena nyawa kedua orangtua menjadi taruhannya.     

"Lakukan dengan benar tugasmu!" perintah anak buah Oliver yang sedang berbicara dengannya melalui sebuah earphone dan tentunya sedang memantau mereka.     

"Sial, jika mampu kenapa tidak kalian kerjakan sendiri saja?!" ucap Fedrick kesal.     

"Jangan macam-macam, tugasmu membawanya pergi. Jika tidak kau lakukan maka kedua orangtuamu mati!"     

Fedrick mengumpat, dia memang bertugas membawa Aleandra kembali ke Rusia saat itu juga jika dia menginginkan kedua orangtuanya selamat. Dia tahu rencana Antonio dan Oliver, tidak saja menyiapkan jebakan untuk Aleandra menggunakan wajah Maximus tapi Oiver juga sudah menyiapkan perangkap untuk menjebak Maximus.     

Bagaimanapun mereka sudah membuat kesepakatan, Antonio mendapatkan Aleandra dan setelah itu mereka akan memancing Maximus dan membunuhnya.     

Mobil sudah berhenti, Fedrick turun dan menghampiri mereka. Aleandra diam, dia tidak terkejut sama sekali tapi apakah pria itu adalah asli? Atau dia hanya Fedrick palsu seperti pria yang sedang berdiri di sisinya saat ini?     

"Aleandra!" Fedrick melangkah ke arahnya sambil melihat sana sini.     

"Apa kau benar-benar Fedrick?" tanya Aleandra memastikan.     

"Apa maksudmu, tentu saja aku asli!"     

"Lalu kenapa kau berada di sini?" tanya Aleandra lagi. Dia curiga jika ada yang direncanakann oleh Fedrick.     

"Tentu saja aku datang untuk menjemputmu, pria itu aku yang membayarnya. Aku sangaja memintanya menggunakan topeng Maximus agar kau mau ikut dengannya!"     

"Untuk apa, Fedrick?"     

"Tentu saja untuk membawamu pergi yang jauh. Aku meloloskan diri dengan susah payah, Aleandra. Kedua orangtuaku sedang dicari oleh pihak berwajib. Aku datang ke sini untuk mengamankan dirimu sebelum mereka menemukan dirimu!"     

"Tapi ini sangat berbahaya, Fedrick?" Aleandra melangkah mundur, dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Fedrick. Pria itu pasti menjalankan perintah yang diberikan oleh Antonio untuk membawanya kembali.     

"Aku tahu, sebab itu aku akan membawamu pergi saat ini juga. Ayo ikut aku, pesawat sudah menunggu kita!" ucap Fedrick seraya mendekati Aleandra. Semoga Aleandra memaafkan dirinya dan mengerti kondisi sulit yang sedang dia hadapi.     

"Tidak, Fedrick. Aku ingin kembali dengan Max," Aleandra pura-pura mendekati mobil. Jika dia ingin menjadi umpan maka dia harus mengikuti permainan.     

"Jangan, Aleandra. Mereka akan membunuh Maximus hari ini juga!" teriak Fedrick.     

"Apa?" Aleandra terkejut namun Fedrick mengumpat karena dia keceplosan. Anak buah Oliver yang mendengar mereka sangat marah, sebuah tembakan dilepaskan ke arah mereka dan menembus pria yang menyamar menjadi Maximus. Pria itu memang tidak dibutuhkan lagi karena dia sudah memantau sedari tadi dan melihat apa yang pria itu lakukan.     

Aleandra berteriak, Fedrick sangat terkejut. Perintah kembali dia dapat sehingga mau tidak mau Fedrick memukul Aleandra sampai pingsan. Padahal Antonio bisa mendapatkan Aleandra cukup menggunakan pria yang menyamar menjadi Maximus tapi kenapa dia harus dilibatkan?     

Sepertinya mereka ingin mengadu domba mereka bertiga namun dia benar-benar tidak berdaya. Fedrick segera membawa Aleandra pergi, sang anak buah melapor pada Oliver.     

"Gadis -itu sudah didapatkan," ucapnya.     

"Bagus, ambil semua barang yang ada ditubuhnya dan sebarkan!" perintah Oliver. Itu sebabnya ponsel dan kalung Aleandra berada di tempat berbeda. Dia juga yang telah menyebarkan lokasi benda itu ke beberapa titik agar Max sibuk.     

"Bersiaplah, Antonio. Sebentar lagi pertarungan akan dimulai. Siapkan umpan kedua, pria itu tidak akan berkutik dan tidak akan bisa melawan nantinya!" perintah Oliver.     

"Jadi sudah akan dimulai?" tanya Antonio.     

"Yes, kau sudah mendapatkan gadis itu. Sekarang saatnya kau membantu aku melenyapkannya. Aku yakin sebentar lagi dia akan datang jadi bersiaplah!" jawab Oliver     

"Aku memang sudah tidak sabar, aku pasti akan membunuh orang yang sudah berani menantangku!" setelah berkata demikian, Antonio mengumpulkan anak buahnya yang datang bersama sang kakak. Mereka akan bersiap untuk menyambut kedatangan Maximus. Mereka akan memberikan kejutan pada pria itu dan membunuhnya malam ini juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.