Hi's Like, Idiot But Psiko

Ladies First



Ladies First

0Austin dan OLiver sudah bersiap, mereka menyebar menjadi beberapa kelompok. Tentunya mereka menunggu musuh menyerang. Aleandra sudah mereka amankan bersama Roberto. Selama menunggu kedatangan musuh mereka memeriksa rekaman cctv dan memantau sekitar markas mereka yang berada di tempat berbeda karena mereka ingin melihat apakah musuh sudah bergerak namun sayangnya mereka tidak menyadari jika si ahli peretas yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, mengacaukan semua cctv yang ada bahkan rekaman satelit tidak memperlihatkan pergerakan mereka jika musuh sampai mencari keberadaan mereka dari rekaman satelit.     

Michael berada di mobil yang dipenuhi oleh komputer dan beberapa alat yang dia butuhkan untuk mengacaukan cctv dan meretas. Tidak saja mengacaukan cctv sehingga musuh tidak bisa melihat keberadaan mereka, dia juga harus melihat situasi yang ada di semua markas musuh untuk memberitahu yang lain posisi lawan dan juga apa yang musuh lakukan.     

Musuh tidak mungkin menyadari dan memang itulah yang terjadi. Oliver berusaha meretas cctv jalanan namun tidak ada pergerakan apa pun. Apa Maximus tidak menyadari jika Aleandra hilang? Ini sedikit aneh, sebaiknya dia mencoba berkomunikasi dengan Antonio dan yang lain.     

Antonio dan para anak buahnya bersembunyi dan mengintai situasi dengan teropong yang mereka miliki. Semua anak buah diperintahkan untuk mengawasi markas tanpa ada yang boleh melewatkan apa pun. Bahkan pergerakan satu burung pun mereka harus tahu.     

Ponsel berbunyi, Antonio menjawab saat melihat nama Oliver. Dia memang menunggu panggilan dari wanita itu karena musuh tidak juga bergerak.     

"Kenapa tidak ada pergerakan sama sekali?" tanya Antonio dengan nada kesal.     

"Bersabarlah, mereka juga butuh waktu untuk datang!" ucap Oliver.     

"Baiklah, aku akan terus mengawasi dan kau juga harus tetap mengawasi. Jangan sampai musuh menyerang tanpa kita ketahui," ucap Antonio.     

"Tentu saja, tidak perlu kau ajari. Berhati-hatilah!" ucap Oliver tanpa menyadari jika Michael sedang mendengar semua pembicaraan mereka karena dia juga sudah menyadap alat komunikasi yang mereka miliki.     

"Baiklah, ayo bermain!" Michael mengusap telapak tangannya dan setelah itu dia mulai sibuk memainkan jari di keyboard komputer. Dia akan mengajak musuh bermain, dia juga harus membuat musuh tidak curiga.     

Beberapa mobil dia tempatkan di jalanan berbeda, tentunya itu hanya mobil bohongan. Mobil itu tidak ada tapi para musuh akan melihat keberadaan mobil itu dan mengira seolah-olah mereka sedang bergerak menuju lokasi musuh.     

Agar musuh tidak curiga dengan cepat, Michael menempatkan mobil yang berbeda bentuk di setiap lokasi yang sudah dia tentukan. Tidak saja mobil, beberapa orang yang seperti anak buahnya juga ditempatkan di dalam mobil. Musuh harus yakin jika itu adalah mereka yang sedang pergi menyergap.     

"Aku ingin lihat sehebat apa kalian dan kapan kalian akan menyadari jika yang kalian lihat ini adalah palsu!" ucap Michael dan setelah itu, tipuan yang dia buat pun segera diaktifkan.     

"Mereka sudah terlihat!" teriak anak buah Oliver.     

Oliver segera berlari menuju anak buahnya yang sedari tadi memantau cctv yang mereka retas. Beberapa mobil terlihat, tidak saja menuju ke tempatnya tapi mereka juga menuju ke markas lain. Sudah tidak perlu diragukan lagi, mereka pasti Maximus dan yang lainnya. Entah siapa yang bersama dengan Maximus, dia harap kedua orangtua Maximus terlibat karena selain menghabisi Maximus, dia juga ingin menghabisi kedua orangtuanya yang telah membunuh ayahnya.     

"Mereka sudah terlihat!" Oliver memberitahu pada yang lainnya.     

Antonio juga melihat rekaman, beberapa mobil juga terlihat mendekat ke arahnya. Mereka tidak tahu jika itu hanya tipuan yang Michael buat. Mereka segera bergegas, mengambil posisi untuk menyerang. Michael tampak puas tapi dia harus mengatakan pada yang lain jika mereka harus segera bergegas selama musuh belum tahu apa yang telah terjadi.     

"Aku sudah mengacaukan cctcv, Guys. Kalian bisa bergerak jika kalian sudah siap," ucap Michael.     

"Aku belum tiba, Mich," ucap Matthew.     

"Oke, ladies first. Aku sudah berada di lokasi, jika yang aku temukan adalah Aleandra asli maka kau tidak perlu menyelamatkan Aleandra yang lainnya, Max!" ucap ibunya.     

"Pasti, Mom. Jangan lupa cek yang benar. Jika itu bukan Aleandra maka bunuh. Jangan menyisakan satu orang pun yang bisa memberi mereka kabar!" ucap Maximus. Saat itu dia menuju tempat Aleandra yang lain dan dia rasa, Aleandra asli bukan berada di tempat ibunya saat ini namun mereka harus memastikan agar tidak membuat kesalahan.     

Marline tiba terlebih dahulu karena lokasi yang dia tuju tidak begitu jauh. Jared bersama dengannya sesuai dengan perintah Maximus. Selain harus mengawasi cctv yang lain, Michael memantau cctv di mana lokasi Marline dan Jared berada. Beberapa anak buah Oliver tugaskan untuk menjaga Aleandra. Mereka berjaga dengan ketat sehingga Marline dan Jared harus berpencar.     

Marline memilih tiarap di atas rerumputan dengan sebuah senjata laras panjang kesayangannya di mana dia akan menembak musuh dari tempat itu. Sebagai seorang sniper, posisi itu adalah posisi yang pas untuk menembak musuh.     

Tidak saja mengacaukan cctv yang ada di tempat itu, Michael juga mengacaukan alat komunikasi anak buah Oliver agar tidak ada yang bisa memberi tahu apa yang terjadi di tempat itu pada Oliver.     

Marline sudah berada di posisi, Jared juga sudah siap. Michael mengatakan pada istrinya posisi lawan pertama yang bisa dia tembak. Seorang pria yang berada di sisi kanan akan menjadi sasaran empuk senjata apinya. Marline sedang membidik target yang sedang berjalan mondar mandir, dia harus merobohkan lawan dalam satu kali tembakan karena jika dia gagal maka musuh akan tahu keberadaan dirinya. Setelah musuh tumbang, Jared akan menyerang dan dia akan membantu Jared menembak dari posisi itu. Jika keadaan tidak memungkinkan maka dia akan keluar.     

"Tahan, Jared!" ucap Marline karena Jared sudah tampak tidak sabar menyergap.     

Targed sudah terkunci, Marline begitu fokus dan setelah itu pelatuk senjata api pun ditekan. Sebuah peluru senjata api melesat dengan kecepatan tinggi menuju target yang masih berada di tempatnya. Tidak ada suara, suara letusan kecil pun tidak. Sang target pun tidak menyadari namun ketika dia hendak melangkah pergi tiba-tiba saja sesuatu menebus pelipisnya dan menebus ke arah yang berlawanan.     

Pria itu terhenyak, terkejut. Mata melotot dan setelah itu, darah mengalir dari pelipis dan tidak lama kemudian, dia tumbang ke atas lantai     

"Hei, apa yang terjadi?" teriak salah seorang rekannya berlari ke arahnya untuk melihat keadaan rekannya namun sayang, tiba-tiba saja Jared dan anak buah yang lain menyergap mereka.     

Jared melangkah dengan dua pistol di tangan, para anak buah berada di belakang. Mereka menyergap sambil menembak musuh yang terlihat, sedangkan Marline menembak dari tempatnya. Letusan senjata api terdengar, adu tembak tidak bisa terhindarkan.     

Anak buah Oliver tidak berkutik, posisi mereka diketahui dengan mudah. Itu karena Michael mengatakan pada Marline dan Jared di mana saja mereka berada. Marline bahkan sudah berpindah posisi, para musuh yang hendak bersembunyi pun tak luput dari timah panas dari senjata api kesayangannya.     

Karena sudah kesulitan menembak akibat anak buah Oliver yang mundur, Marline menyimpan senjata api laras panjangnya di punggung dan setelah itu dia bergabung dengan Jared dengan dua pistol di tangan.     

Salah satu anak buah Oliver mencoba menghubungi Oliver namun sayangnya alat komunikasi miliknya tidak bisa digunakan sama sekali. Tidak ingin menyerah, mereka menggunakan yang lain namun sayang, hasilnya sama. Tidak ada satu alat komunikasi pun yang bisa mereka gunakan untuk menghubungi Oliver.     

"Sial!" teriakan dari salah satu dari mereka terdengar, alat komunikasi dilemparkan begitu saja.     

DORRRR!! DORRRR!!     

Suara dua tembakan terdengar, itu karena Marline dan Jared terus melangkah maju untuk mencari Aleandra. Setiap ruangan yang ada mereka telusuri, mereka tidak melewati apa pun. Mereka memilih berpencar, Jared ke tempat lain dan Marline ke sisi lain.     

Anak buah Oliver tidak punya pilihan, sandera pun di keluarkan. Sepucuk pistol berada di pelipis Aleandra, mereka bahkan berteriak dengan kencang.     

"Keluar, jika tidak akan aku bunuh dia!" teriak anak buah Oliver.     

Marline segera bersembunyi dan meminta Jared untuk keluar. Leher Aleandra di cekik, mulutnya ditutup dengan lakban sehingga dia tidak bisa berteriak. Dia bahkan di tarik paksa oleh anak buah Oliver.     

"Keluar! Jika dalam hitungan tiga tidak keluar maka aku akan melubangi kepalanya!" teriak anak buah Oliver lagi.     

Jared keluar sambil mengangkat kedua tangan tapi pistol masih berada di tangan. Beberapa anak buahnya bahkan keluar bersama dengannya agar musuh tidak tahu dan curiga jika Marline sedang bersembunyi untuk mencari posisi tepat untuk menebak musuh yang sedang menyandera Aleandra.     

"Jatuhkan senjata apinya!" perintah anak buah Oliver.     

Jared memandangi wanita yang sedang disandera. Dia ingin melihat apakah wanita itu Aleandra asli atau bukan tapi wajah yang sama sulit dibedakan. Wanita itu menangis sambil menggeleng, dia juga terlihat ketakutan.     

"Jatuhkan!" teriak anak buah Oliver.     

Jared melirik ke arah Marline, Marline mengangguk sebagai tanda jika dia sudah siap menembak. Dua senjata api dilemparkan ke atas oleh Jared, mata musuh fokus pada senjata api yang dilemparkan oleh Jared dan pada saat itu juga, Marline keluar dari persembunyiannya daan menembaki musuh.     

Dua senjata api yang dilemparkan oleh Jared kembali ditangkap oleh pemuda itu. Adu tembak kembali terjadi dalam jarak dekat. Korban dari musuh kembali jatuh, anak buah yang ikut dengan Jared juga menjadi korban beberapa orang akibat adu tembak dari jarak dekat itu.     

Marline menarik Aleandra yang jatuh terduduk di atas lantai dan tampak ketakutan setelah mereka selesai menghabisi semua anak buah Oliver.. Wanita itu menangis tapi Marline tidak peduli dan segera mengecek apakah itu Aleandra asli atau palsu.     

Punggungnya mulus, tidak ada tanpa atau bekas luka tembak seperti yang Maximus katakan.     

"Palsu!" Marline mendorong wanita itu dan melangkah pergi, "Habisi!" perintahnya. Wanita itu bisa membawa masalah jadi harus mereka singkirkan.     

"Yang di sini palsu. Max!" Marline memberitahu putranya.     

"Habisi, Mom!" perintah Maximus.     

"Sudah dilakukan," ucap ibunya.     

Maximus memerintahkan anak buahnya segera bergegas, sudah dia duga. Mereka semakin dekat dengan posisi Aleandra yang asli, umpatan Maximus terdengar karena pesawat yang membawa Aleandra sudah hendak lepas landas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.