Hi's Like, Idiot But Psiko

Berusaha Melawan



Berusaha Melawan

0Sesuai dengan perkataan Fedrick, hari itu juga Aleandra akan dibawa kembali ke Rusia. Fedrick membawanya menuju ke sebuah pesawat yang sudah menunggu. Pesawat itu berukuran cukup besar karena pesawat itu berisi barang-barang seludupan yang dibawa oleh Roberto. Pria itu bahkan sudah menunggu di pesawat, dia akan kembali ke Rusia dan membawa Aleandra sedangkan Antonio membantu Oliver menghabisi musuh.     

Fedrick sudah membawa Aleandra ke pesawat, dia harap setelah ini kedua orangtuanya dibebaskan karena dia sudah melakukan tugas yang diberikan oleh para penjahat itu. Seringai menghiasi wajah Roberto saat melihat gadis yang dia inginkan sudah dia dapatkan. Itu balasan untuk orang yang menjebloskan dirinya ke dalam penjara dan yang hampir membuatnya mendapat hukuman mati.     

"Bawa dia naik!" perintah Antonio.     

"Aku sudah melakukan apa yang kau perintahkan jadi lepaskan kedua orangtuaku!" ucap Fedrick.     

"Kedua orangtuamu tidak ada hubungannya denganku!" ucap Roberto dengan santai.     

"Apa maksudmu?" teriak Fedrick marah.     

"Aku hanya menginginkan gadis itu saja, yang lainnya aku tidak perlu. Bawa dia dan pertemukan dia dengan kedua orangtuanya lalu bunuh!" ucap Antonio.     

"Jangan main-main denganku, lepaskan kedua orangtuaku!" teriak Fedrick. Seharusnya dia tidak mempercayai mereka dan melakukan apa yang mereka perintahkan. Jangan-Jangan telah terjadi sesuatu pada kedua orangtuanya, jika sampai hal itu terjadi maka sia-sia apa yang telah dia lakukan.     

"Bawa dia pergi!" perintah Roberto.     

"Lepaskan aku, lepaskan kedua orangtuaku!" teriak Fedrick sambil memberontak karena dia mulai ditarik pergi.     

Teriakan Fedrick ternyata didengar oleh Aleandra yang sudah sadar sedari tadi. Dia hanya pura-pura pingsan saja. Dia harus tahu di mana kedua orangtua Fedrick di sekap jadi dia akan tetap berpura-pura pingsan. Fedrick masih berteriak sampai akhirnya dia dipukul sampai pingsan dan dibawa pergi.     

Roberto melangkah mendekati Aleandra, seringai kembali menghiasi wajah. Gadis itu akan menjadi pemuas nafsunya sampai dia bosan. Jika Rick Feodora masih hidup, dia akan memperkosa putrinya itu di depan matanya.     

"Naikkan semua barang-barang yang tersisa dan setelah itu berangkat. Bawa gadis itu ke kamarku, aku akan bersenang-senang dengannya setelah ini!" perintah Roberto.     

Para anak buahnya mulai bergegas menaikkan barang-barang yang akan mereka bawa kembali ke Rusia, sedangkan dua orang anak buah yang lain membawa Aleandra ke dalam kamar sesuai dengan perintah Roberto.     

Aleandra dibaringkan dengan perlahan di atas ranjang dan setelah itu dia ditinggalkan. Suara pintu tertutup, Aleandra membuka matanya dan melihat sekeliling kamar itu. Dia juga meraba tubuhnya untuk mencari sesuatu namun sudah tidak ada lagi yang melekat di tubuhnya selain pakaian yang dia kenakan.     

"Sial!" umpatan pun terdengar. Aleandra bergegas turun dari atas ranjang. Dia harus mencari sesuatu untuk dijadikan senjata karena dia tahu apa yang akan Roberto lakukan jika pria itu masuk ke dalam kamar.     

Dia mulai membuka laci lemari yang ada di kamar itu, tidak ada apa pun. Sebuah benda berat pun jadi jika ada. Matanya sibuk mencari sampai akhirnya Aleandra menemukan sebuah patung kecil di dalam lemari dan dia rasa itu adalah benda antik yang diseludupkan oleh Roberto. Peduli setan itu barang antik atau bukan yang jelas benda itu bisa dia gunakan untuk melindungi diri.     

Patung diambil, Aleandra bergegas kembali ke atas ranjang dan berbaring di sana. Dia harus kembali berpura-pura pingsan dan tentunya, patung yang dia dapatkan disembunyikan dengan baik agar Roberto tidak tahu.     

Roberto masih mengawasi anak buahnya memasukkan barang-barang yang tinggal sedikit ke dalam pesawat, sedangkan saat itu Maximus sudah berada tidak jauh dari mereka namun untuk sampai ke landasan pesawat dia harus melewati jalanan memutar. Mobil dibawa dengan kecepatan tinggi saat badan pesawat sudah terlihat sedikit namun sialnya benda itu sudah mulai bergerak.     

Umpatan pun terdengar, mobil dibawa semakin cepat bahkan jalan nekad pun diambil agar dia tidak terlambat. Gas diinjak sampai maksimal dan setelah itu, mobil melompati pembatas jalan agar dia bisa mengejar pesawat yang sudah mulai bergerak dan hendak terbang.     

Roberto terlihat puas, semua barang-barang yang dia seludupkan sudah berada di dalam pesawat, gadis yang dia inginkan juga sudah berada bersama dengannya. Sudah tidak ada alasan untuk menunda jadi pilot pun mendapat perintah untuk menerbangkan benda itu.     

Roberto masuk ke dalam kamar, sambil menghubungi adiknya. Dia akan memberi adiknya kabar jika dia sudah akan kembali ke Rusia dan meminta adiknya untuk berhati-hati saat menghadapi musuh.     

"Aku sudah akan kembali, gadis itu sudah bersama denganku!" ucap Roberto.     

"Jika begitu bersenang-senanglah. Aku akan kembali setelah aku menghabisi musuh," ucap Antonio.     

"Pemuda itu sudah dibawa ke lokasi B jadi semua terserah padamu!"     

"Serahkan semua padaku, musuh sudah mendekat. Aku harus menyambutnya dan menghabisinya."     

"Berhati-harilah, Antonio. Jangan sampai gagal!" ucap Roberto sambil berjalan menuju Aleandra yang masih berpura-pura pingsan.     

"Tidak akan gagal, rencana kita sudah sangat matang!"     

"Baiklah, sekarang waktu bersenang-senang!" setelah berkata demikian, Roberto melemparkan ponselnya dan membuka baju yang dia pakai.     

Jantung Aleandra berdetak cepat, dia sangat ingin mengintip tapi dia akan ketahuan jika dia melakukan hal itu. Ranjang terasa ada yang menekan, jantungnya semakin berdebar apalagi dia bisa merasakan jika Roberto semakin mendekatinya.     

"Akhirnya aku dapatkan, salahkan ayahmu yang begitu berani menantang aku dan menjebloskan aku ke dalam penjara. Lihat kalian semua, karena ayahmu membela suami jalang yang aku bunuh, kalian harus mengalami hal ini!" ucapan yang dilontarkan oleh Roberto membuat darah Aleandra terasa mendidih. Ayahnya adalah seorang pengacara yang bertugas membela orang tidak bersalah. Apakah salah ayahnya membela orang yang benar-benar butuh bantuannya untuk menegakkan keadilan?     

"Keluargamu sudah tidak ada dan sekarang, kau harus menjadi mainanku!" tangan Roberto terasa mengusap lengannya. Aleandra berusaha menahan diri. Belum waktunya, dia harus bersabar sampai waktunya. Tangan Roberto masih bermain di tangannya, tangan itu semakin merayap naik menuju ke wajah Aleandra.     

Ludah di teguk dengan kasar dan setelah itu, Roberto menunduk untuk mencium pipi Aleandra. Sebisa mungkin Aleandra masih berusaha bertahan. Saat Roberto menjelajahi wajahnya, tangan mulai bergerak perlahan untuk mengambil patung perunggu yang dia sembunyikan.     

"Hm!" Roberto melihat ke arah tangan Aleandra karena dia merasa gerakan gadis itu namun tangan Aleandra tidak bergerak. Beruntungnya Aleandra berhenti mencoba mengambil patung yang dia sembunyikan di bawah bantal yang ada tidak jauh dari jangkaunnya.     

Roberto kembali menunduk, kali ini bibirnya sudah berada di leher Aleandra. Dia tidak peduli dengan pesawat yang berusaha untuk naik karena dia sudah sangat ingin menikmati tubuh gadis itu. Aleandra sungguh sudah tidak tahan, apalagi kedua tangan Roberto hendak masuk ke dalam bajunya.     

Dia tidak peduli lagi, sudah cukup pria itu menyentuhnya. Dengan cepat patung perunggu yang dia sembunyikan diraih, Aleandra berteriak saat hendak memukul kepala Roberto menggunakan patung itu.     

"Jangan sentuh aku, bajingan!" teriaknya marah dan setelah itu, Dhukkkk... sebuah pukulan keras menghantam kepala Roberto. Bagaimanapun dia harus mencoba melawan.     

Pria itu berteriak, Aleandra memukulnya berkali-kali sampai tubuh Roberto terjungkal dan jatuh dari ranjang. Bukan karena pukulan itu yang membuatnya terjatuh, namun pesawat yang sedari tadi bergoyang entah karena apa telah membuatnya tubuhnya terjatuh.     

"Beraninya kau memukulku?" teriaknya marah.     

"Pukulan itu pantas kau dapatkan karena kau sudah berani menyentuhku!" teriak Aleandra pula.     

"Aku akan membunuhmu!" teriak Roberto.     

Pistol dikeluarkan, Aleandra melemparkan patung perunggu ke arah Roberto sambil berlari ke arah pintu. Roberto menghindari patung itu dan lagi-lagi, pesawat seperti terbang miring ke sebelah kanan sehingga membuat mereka kehilangan keseimbangan.     

"Fuck, apa yang terjadi?" teriak Roberto marah.     

Dia tidak tahu jika di bawah sana, Maximus menembaki pesawat itu agar tidak bisa terbang. Maximus terpaksa melakukannya karena pesawat sudah akan terbang semakin tinggi. Tembakan yang Max berikan bersama anak buahnya menghancurkan baling-baling pesawat.     

Ledakan terjadi, guncangan dahsyat pun begitu terasa. Aleandra berteriak, itu pasti Maximus. Dia berusaha berpegangan di daun pintu karena pesawat semakin miring ke sebelah kanan. Roberto bahkan tergelincir dan berusaha mencari pegangan. Teriakan dan umpatannya semakin nyaring terdengar, semuanya benar-benar di luar rencana.     

Sebuah bazoka sudah berada di tangan, Maximus tidak akan ragu meledakkan pesawat itu karena dia yakin Aleandra pasti memiliki cara untuk melarikan diri. Dia tidak akan membiarkan Aleandra dibawa ke Rusia karena dia tahu dia tidak akan bisa menemukan gadis itu lagi jika sampai Aleandra dibawa pergi.     

Pesawat sudah terbang tidak stabil, posisi juga semakin jauh. Max menunda menembak lagi, mobil kembali dijalankan dengan kecepatan tinggi untuk mengejar pesawat yang sudah akan jatuh.     

Roberto mengumpat dan memaki, Aleandra sudah berlari keluar saat dia sudah mendapatkan keseimbangan. Tentunya sambil memegang benda apa saja yang bisa dia pegang. Para anak buah Roberto berusaha menyelamatkan diri, pintu bagian belakang pesawat dibuka karena mereka akan melompat setelah menggunakan parasut. Di situasi seperti itu, menyelamatkan nyawa lebih penting.     

"Jangan lari kau, jalang! Aku akan membunuhmu!" teriak Roberto marah sambil menembakkan senjata apinya ke arah Aleandra.     

Suara dentingan timah panas yang menghantam besi yang dipegang oleh Aleandra terdengar, Aleandra terkejut dan berteriak. Pesawat kembali oleng tapi kini ke sisi kiri karena sudah tidak ada yang mengemudikan pesawat itu lagi. Kerusakan semakin parah sehingga tidak ada yang bisa pilot lakukan selain menyelamatkan diri.     

Badan pesawat mulai meledak, api juga mulai menyambar. Teriakan Aleandra kembali terdengar. Dia mulai melindungi diri, situasi semakin genting. Tidak saja harus menghindari kejaran Roberto yang masih menginginkan kematiannya, tapi dia harus menghindari api yang menyambar dan juga harus berpegangan erat akibat tekanan udara yang masuk dari lubang di badan pesawat.     

Barang-barang mulai terbang keluar, sial. Apa dia juga akan terbang keluar bersama dengan barang-barang yang terbang keluar itu?     

Tekanan udara semakin terasa, itu karena ledakan kembali menghancurkan badan pesawat. Aleandra melihat mobil seludupan milik Roberto. Dia rasa dia bisa menggunakan mobil itu untuk keluar dari pesawat. Dia mulai merangkak mendekati mobil, hanya itu jalan satu-satunya karena dia tidak menemukan satu parasut pun. Lagi pula posisi pesawat yang sudah hampir menyentuh tanah tidak memungkinkan dirinya menggunakan parasut.     

Aleandra sudah hendak mencapai mobil namun tiba-tiba saja Roberto berada di belakangnya dan mencekik lehernya.     

"Kau akan mati bersama denganku!" ucap pria itu.     

Aleandra mengumpat dalam hati, dia tampak kesulitan bernapas karena cekikan yang diberikan oleh Roberto . Matanya bahkan sudah naik ke atas. Apakah sampai di sana saja hidupnya? Jika demikian berarti dia akan segera bertemu dengan keluarganya. Tidak, jika dia mati maka dia tidak bisa menyelamatkan Fedrick dan kedua orangtuanya karena itulah alasan kenapa dia berada di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.