Hi's Like, Idiot But Psiko

Tertangkapnya Roberto



Tertangkapnya Roberto

0Mobil sudah berhenti, Maximus keluar dari mobil dan berdiri di sisi mobil sambil memandangi pesawat yang sudah hampir jatuh. Para anak buahnya menyisir tempat itu untuk membunuh anak buah Roberto yang sudah menyelamatkan diri menggunakan parasut. Tidak adanya persiapan membuat mereka terbunuh dengan mudah bahkan mereka ditembaki sebelum mereka menyentuh tanah.     

Mata Maximus tidak lepas dari pesawat yang sudah hancur sebagian. Pesawat itu bahkan sudah tidak jauh dari permukaan tanah.     

"Ayolah, Aleandra. Tunjukkan kemampuanmu dan jangan kecewakan aku!" ucapnya.     

Matanya masih tidak lepas dari pesawat apalagi jarak pesawat sudah semakin dekat dengan permukaan tanah, hidung pesawat dekat dan dekat dan pada saat itu, sebuah mobil sport berwarna merah melompat keluar dari bagian belakang pesawat di mana bagian pintunya sudah terbuka.     

Pesawat cargo itu mulai menghantam permukaan tanah, ledakan dahsyat pun terjadi. Mobil merah yang entah dikemudikan oleh siapa berjalan dengan tidak benar. Maximus mengintai dari teropong, mata terbelalak saat melihat Aleandra berada di dalam mobil dengan seorang pria yang sedang mencekiknya. Kemarahan memenuhi hati, Max masuk ke dalam mobil dan membawa mobil itu mendekati mobil yang sedang dibawa oleh Aleandra. Siapa pria itu dan apa yang terjadi sebelum pesawat menyentuh tanah dan meledak?     

Sebelum Aleandra bisa masuk ke dalam mobil mewah yang diseludupkan oleh Roberto, Aleandra berada di ambang kematian. Roberto mencekiknya dengan kuat, dia benar-benar merasa ajalnya adalah hari itu namun ledakan yang terjadi membuat tubuh mereka berdua terpental sehingga tubuh mereka menghantam dinding pesawat yang masih utuh. Sebuah besi menancap di perut Aleandra, teriakannya terdengar begitu juga dengan Roberto.     

Mereka berdua meringis kesakitan dan lagi-lagi bagian pesawat kembali meledak. Aleandra menarik besi kecil yang menancap di bagian perutnya, beruntungnya besi itu tidak besar. Dengan susah payah, dia segera merangkak menuju mobil walau rasa sakit dia rasakan disekujur tubuh. Luka dibagian perut juga ditekan agar darah berhenti mengalir. Tidak dia saja, Roberto juga merangkak menuju mobil, dia tahu apa yang hendak gadis itu lakukan.     

Waktu yang mereka miliki hanya sedikit, tidak ada waktu untuk berdebat. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Aleandra masuk ke dalam mobil. Setelah duduk di kursi kemudi, Aleandra mencari kunci mobil namun tidak ada. Mau tidak mau dia menggunakan cara lain, dia mulai mencari peralatan karena dia ingin menyambungkan kabel agar mobil bisa menyala.     

Aleandra begitu fokus sampai dia tidak menyadari jika Roberto sedang berusaha masuk ke dalam mobil dari bagian belakang. Aleandra terus berusaha sampai akhirnya mobil menyala. Sabuk pengaman dikenakan, Aleandra sudah bersiap melompat keluar dari pesawat menggunakan mobil itu namun dia harus melakukannya di waktu yang tepat. Pesawat semakin menukik tajam, hidung pesawat sudah hampir mencium tanah. Aleandra berpaling melihat ke sisi kiri, jantung berdegup cepat dan setelah dia yakin jika itulah saatnya, mobil pun dijalankan dan pada saat yang bersamaan suara pintu mobil tertutup terdengar.     

Aleandra berpaling, dia terkejut melihat Roberto berada di dalam mobil. Rasanya ingin menendang pria itu keluar namun itu bukan waktunya karena dia harus fokus. Mobil kembali dibawa dengan kecepatan tinggi karena dia harus bisa melompat keluar namun sialnya Roberto tidak mengenal situasi dan mencekiknya dari belakang.     

Aleandra kesakitan namun dia berusaha fokus dan ketika mobil sudah dekat dibagian belakang pesawat, gas diinjak sampai maksimal dan setelah itu mobil yang dia bawa melompat keluar bertepatan dengan hidung pesawat yang mencium tanah.     

Ledakan pesawat dibelakang sana terdengar, kaki Aleandra masih menginjak gas sedangkan kedua tangannya berusaha memukul lengan Roberto yang berada di lehernya. Mobil berjalan dengan kecepatan tinggi dan tidak beraturan, mereka berada di sebuah padang rumput saat itu.     

Aleandra kesulitan bernapas, jantungnya bahkan berdegup kencang akibat kekurangan oksigen. Aleandra terus memukul tangan Roberto berharap pria itu melepaskan lehernya dan tanpa mereka duga, sebuah mobil menabrak mobil mereka dari samping dengan kecepatan tinggi.     

"Fuck!" Roberto berteriak, tubuhnya terdorong keras ke samping karena dia tidak menggunakan sabuk pengaman. Tangan yang mencekik leher Aleandra pun terlepas, tubuh Aleandra juga terdorong tapi karena dia menggunakan sabuk pengaman tubuhnya tidak membentur badan mobil seperti yang Roberto alami.     

Mobil itu bahkan berguling beberapa kali akibat benturan itu dan berhenti setelah membentur sebuah pohon. Roberto meringis akibat benturan begitu juga dengan Aleandra. Dia masih aman karena ada air bag dan sabuk pengaman tapi tidak untuk Roberto. Kepalanya membentur badan mobil dengan keras hingga mengeluarkan darah.     

Kepala Aleandra terasa sakit, walau ada air bag dan sabuk pengaman tapi kepalanya harus membentur kursi mobil beberapa kali. Max sudah berlari menghampiri mereka dengan sepucuk pistol di tangan karena dialah yang menabrak mobil yang dibawa oleh Aleandra. Dia harus menabrak mobil itu karena Roberto tidak melepaskan tangannya dari leher Aleandra sehingga keadaan Aleandra terlihat gawat. Dia tampak waspada karena bisa saja musuh yang ada di dalam memiliki senjata api.     

Maximus terus mendekati mobil dengan kewaspadaan yang semakin tinggi hingga pintu mobil bagian depan terbuka dan Aleandra terlihat berusaha keluar dari dalam mobil dengan susah payah.     

"Aleandra!" Max berlari ke arahnya dan menyimpan pistolnya.     

"Pria itu, bahaya!" ucap Aleandra sambil terbatuk.     

Maximus mengangkat tangan, sebagai isyarat pada anak buahnya untuk mengamankan Antonio. Para anak buahnya bergerak cepat, sedangkan Maximus membantu Aleandra untuk berdiri.     

"Apa kau baik-baik saja, Aleandra?"     

Aleandra menggeleng, dia tampak terengah dan meringis sambil memegangi bagian perut. Maximus terkejut melihat darah yang membasahi bajunya. Dia bahkan membuka baju Aleandra untuk melihat apa yang terjadi.     

"Sial!" umpatannya terdengar melihat luka yang terus mengeluarkan darah.     

"Lepaskan aku!" teriakan Roberto terdengar. Semua sungguh di luar rencana. Matanya tidak lepas dari Maximus, siapa pemuda itu? Kenapa dia mengacaukan rencananya?     

"Beraninya kau melukainya?" Max terlihat begitu marah.     

"Siapa kau? Beraninya kau menggagalkan rencanaku dan meledakkan pesawat milikku?!" tanya Roberto dengan emosi tinggi.     

"Kau ingin membawa kekasihku pergi, apa kau pikir aku takut meledakkan pesawat milikmu? Jangankan pesawat itu, aku juga akan meledakkan kepalamu!" ucap Max tak kalah emosinya.     

"Kau... Maximus Smith?" tanya Roberto.     

"Ya, bagus kau sudah sadar sebelum kau aku siksa dengan keji!"     

Roberto melotot, jika Maximus berada di sini, lalu siapa yang akan dihadapi oleh adiknya? Sial. Sepertinya mereka di jebak, sepertinya Antonio sudah masuk ke dalam perangkap yang pria itu buat.     

"Aku akan membunuhmu dan gadis itu!" teriak Roberto.     

"Kaulah yang akan mati. Bawa dia!" perintah Max seraya menggendong Aleandra yang sedang mengumpulkan kekuatan.     

"Lepaskan aku, bajingan. Gadis itu milikku, dia harus mati bersamaku!" teriak Roberto sambil memberontak karena anak buah Maximus mulai membawanya.     

"Max, Fedrick?" ucap Aleandra.     

"Aku akan membawamu ke rumah sakit terlebih dahulu," ucap Maximus. Kakinya sudah melangkah menuju mobilnya.     

"Tidak, kita akan kehabisan waktu, Max."     

"Jangan membantah, Aleandra. Lihat keadaanmu, kau bisa mati karena kehabisan darah!"     

"Max!" Aleandra mengusap wajah Maximus. Darah yang berada di atas telapak tangan mengotori wajah tampan Max tapi itu tidak jadi soal.     

"Aku baik-baik saja, ini hanya luka ringan saja. Aku hanya perlu menghentikan pendarahannya saja, kita harus pergi menyelamatkan Fedrick dan kedua orangtuanya karena mereka akan dibunuh oleh Antonio."     

"Tapi keadaanmu tidak memungkinkan, Aleandra!" dia benar-benar tidak suka situasi seperti ini.     

"Please, Max. Mereka terlibat karena aku, aku tidak mau ada yang celaka lagi. Cukup keluargaku saja yang jadi korban. Aku tidak mau ada yang lainnya. Aku tidak ingin ada yang mati lagi, apalagi Fedrick dan kedua orangtuanya jadi aku harus pergi menyelamatkan mereka agar aku bisa menebus kesalahanku karena mereka harus mengalami kejadian tidak menyenangkan ini," pinta Aleandra memohon.     

Napas berat dihembuskan, Aleandra gadis nekad. Jangan sampai Aleandra bertindak gegabah untuk menyelamatkan Fedrick dan kedua orangtuanya saat dia meninggalkan dirinya.     

"Aku tahu mereka berada di mana, sebab itu aku berpura-pura pingsan sehingga pria itu menangkap aku. Aku sengaja melakukan hal ini agar aku bisa menyelamatkan mereka."     

"Aku tahu, Aleandra!" Maximus mendudukkan Aleandra di kursi mobil dan mengusap wajahnya, "Kita obati dulu lukamu dan hentikan pendarahannya!" ucapnya.     

Aleandra mengangguk dan tersenyum, Maximus melangkah menuju bagian belakang mobil untuk mengambil kotak P3K. Tentunya dia mengabari yang lain jika dia sudah mendapatkan Aleandra.     

"Aku sudah mendapatkan Aleandra," ucapnya.     

"Bagus, sebentar lagi Uncle akan tiba di lokasi," ucap Matthew.     

"Dad, kau masih mengacaukan cctv, bukan?" kini Maximus bertanya pada ayahnya.     

"Tentu saja tapi kalian harus bergegas sebelum musuh tahu jika aku sudah memanipulasi rekaman cctv," jawab ayahnya.     

"Aku akan segera ke lokasi tapi Daddy harus mengacaukan rekaman yang ada di lokasi ini sehingga musuh tidak tahu apa yang sedang terjadi. Buat mereka melihat seolah-olah pesawat mereka sudah terbang pergi!"     

"Perkara mudah namun kau harus pergi sebelum polisi datang!"     

"Aku akan segera bergerak dan bergabung dengan kalian!" Max membawa kotak P3K ke arah Aleandra. Hentikan pendarahan di perut Aleandra dan setelah itu bergerak.     

Max mulai sibuk, baju yang dikenakan oleh Aleandra dirobek sebagian agar dia bisa mengobati luka itu dan membalutkan perban dengan mudah. Aleandra meringis akibat rasa sakit saat Max memberikan obat di lukanya untuk menghentikan pendarahan. Perih, sudah pasti tapi dia berusaha menahan rasa perih dan sakit yang dia rasakan. Jika dia lemah di saat seperti itu maka apa yang dia takutkan akan terjadi.     

"Selesai, apa kau yakin tidak apa-apa?" tanya Maximus memastikan.     

"Tentu, sebaiknya kita segera pergi karena ledakan itu bisa memancing petugas" ucap Aleandra.     

"Kita memang harus pergi!" Maximus naik ke mobil dan setelah itu dia memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan mobilnya menuju lokasi selanjutnya untuk bergabung dengan yang lain karena mereka akan melawan musuh yang lain.     

Perang sesungguhnya akan segera dimulai, dia sudah tidak sabar melihat siapa sebenarnya yang selama ini menginginkan kematiannya dan dia juga sudah tidak sabar mengumpulkan mereka lalu mengajak mereka bermain sebelum mereka menjadi makanan lezat bagi para binatang kesayangan keluarganya.     

Antonio atau siapa pun itu, semoga saja mereka menikmati waktu mereka yang tinggal sedikit karena saat dia tiba, mereka semua akan dia habisi tanpa sisa. Luka yang ada di perut Aleandra, dia akan membuat perhitungan dengan mereka setelah dia menangkap mereka dan mengumpulkan mereka di markas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.