Hi's Like, Idiot But Psiko

Dua Fedrick Dan Trik Antonio



Dua Fedrick Dan Trik Antonio

0Seorang pria tergantung di luar jendela, jarak antara pria itu dan permukaan tanah cukup tinggi dan dia tergantung menggunakan crane. Rantai membelenggu kedua tangannya, rantai itu seperti tersambung di dalam ruangan di mana mereka berada.     

Lampu sorot menyoroti wajah pria itu, dia juga terlihat pingsan dan sebuah bom berada di tubuhnya. Tapi bukan itu yang membuat Aleandra terkejut tapi karena yang ada di luar sana adalah Fedrick. Jika yang ada di luar Fedrick, lalu siapa yang ada di dalam?     

Itu adalah jebakan terakhir yang dibuat oleh Antonio, mereka akan kesulitan menebak siapa Fedrick yang asli apalagi dalam situasi seperti itu. Suara tawa Antonio bahkan masih terdengar, dia benar-benar puas. Walau dia harus kalah, tapi Fedrick akan menemani kematiannya.     

"Sialan, mana yang asli?" teriak Aleandra seraya menghampirinya.     

"Kenapa bertanya padaku? Hanya anak buahku saja yang tahu mana yang asli jadi cobalah bangunkan mereka untuk mencari tahu!"     

"Jangan main-main denganku!" Aleandra mendekati Antonio dan memukul wajahnya. Benci, marah campur aduk menjadi satu dalam hati karena pria itulah yang telah membunuh kedua orangtuanya dan sekarang, Fedrick dalam bahaya.     

"Sekalipun kau memukul aku sampai mati, kau tidak akan tahu mana yang asli!"     

"Aku akan membuat perhitungan denganmu, aku akan mencabik wajahnya karena kau sudah membunuh keluargaku!" emosi memenuhi hati, kematian kedua orangtuanya teringat begitu juga kematian kakaknya yang mengenaskan.     

"Tahan emosimu, Aleandra. Kau bisa melakukan apa pun yang ingin kau lakukan untuk membalas kematian keluargamu tapi untuk sekarang, kita harus mencari Fedrick yang asli dan menyelamatkan dirinya," ucap Maximus.     

"Semoga kalian bisa, Ha... Ha... Ha.. Ha!" Antonio kembali tertawa terbahak.     

"Amankan dia!" perintah Maximus pada anak buahnya.     

Pedang diberikan pada anak buahnya, dua orang menghampiri Antonio untuk mengamankan dirinya. Maximus menghampiri Fedric yang ada di dalam, bom yang ada di tubuhnya harus dia lepaskan terlepas pria itu Fedrick asli atau palsu.     

Aleandra berdiri di depan jendela, untuk melihat Fedrick yang tergantung di luar sana. Antonio tidak melawan, dia tahu itu percuma namun seringai menghiasi wajahnya.     

"Salah satu dari kalian pasti mati, pasti mati!" teriak Antonio.     

"Berisik!" anak buah Maximus memukulnya sampai pingsan.     

Maximus mengernyitkan dahi, kenapa Antonio berkata demikian? Sepertinya ada sesuatu yang salah, bom yang ada di tubuh kedua Fedrick tidak aktif sama sekali. Bom itu tidak mungkin hanya sebagai hiasan semata untuk menakuti mereka. Dia yakin ada rencana tersembunyi dan dia yakin jika ada perangkap lain. Mata Maximus melihat sana sini, seperti mencari sesuatu. Dia bahkan melangkah menuju jendela untuk melihat Fedrick yang ada di luar sana.     

"Bagaimana kita menurunkannya, Max?" tanya Aleandra.     

"Menurunkannya hal mudah, Aleandra. Aku curiga Antonio membuat trik yang berbahaya," ucap Maximus.     

"Trik bagaimana?" Aleandra tampak tidak mengerti     

"Kau lihat kedua bom itu? Itu tidak mungkin hanya hiasan belaka. Bom itu tidak aktif sampai sekarang, pasti ada sesuatu yang direncanakan oleh Antonio!"     

"Sial, pria yang sangat licik!" ucap Aleandra.     

Maximus kembali melihat sana sini, dia yakin kedua bom itu terhubung. Saat yang satu aktif maka bom yang kedua akan aktif tapi yang jadi masalahnya, di mana pemicu kedua bom itu? Sudah dia duga, yang paling harus dia waspadai adalah Antonio.     

Kakinya kembali melangkah menuju Fedrick, Max berjongkok untuk melihat bom yang ada di tubuh Fedrick. Kenapa dia jadi curiga jika pemicu bomnya justru ada di bom itu sendiri? Sebaiknya dia berhati-hati, langkah salah yang dia ambil tidak saja akan membunuh Fedrick yang asli namun juga akan membunuh mereka.     

Aleandra tidak tinggal diam, dia mencari rantai yang membelunggu tangan Fedrick. Rantai itu terlihat jelas terhubung ke ruangan itu. Sebelum tirai terbuka mereka juga mendengar seperti rantai yang berputar di roda.     

"Segera turunkan pria yang ada di luar dan bawa dia padaku!" perintah Maximus. Dia harus melihat kedua bom itu untuk mempelajarinya sehingga dia tidak salah mengambil langkah.     

"Yes, Master!" beberapa anak buah segera bergerak hendak keluar dari ruangan namun tanpa mereka duga, tiba-tiba saja ledakan terjadi dari sebuah dinding yang tidak jauh dari mereka.     

Teriakan mereka terdengar, bangunan berguncang. Aleandra berteriak bahkan tubuhnya terhempas. Jared yang baru tiba terkejut mendengar ledakan itu, dia segera berlari menuju markas musuh melewati para mayat yang sudah bergelimpangan dan juga bangunan yang hancur sebagian.     

Max segera beranjak karena dia juga terhempas akibat ledakan, ledakan memang tidak besar tapi akibat ledakan itu, bom di kedua tubuh Fedrick langsung aktif.     

"Sial, cepat turunkan pria itu!" teriak Maximus.     

Para anak buahnya segera bergegas keluar, mereka bahkan melewati Jared yang sedang mencari mereka. Maximus melihat bom yang ada di tubuh Fedrick, ternyata ledakan itu mengaktifkan pemicunya. Dia yakin bom yang ada di tubuh kedua Fedrick itu sama dan dia yakin kedua bom itu terhubung. Jika dia ingin menjinakkannya maka dia harus menjinakkan dua bom itu sekaligus. Ternyata tidak saja harus melumpuhkan Antonio tapi dia juga harus membongkar trik yang dia buat. Musuh yang tangguh dan penuh intrik namun pada akhirnya kemenangan berada di tangannya.     

Di sisi lain, Aleandra meringis akibat tubuhnya yang terbentur. Sekarang luka di perutnya semakin terasa sakit. Darah kembali mengalir dari lukanya. Aleandra bersandar di dinding untuk beristirahat, Max sedang sibuk dengan bom yang ada di tubuh Fedrick sedangkan anak buah yang sudah keluar akan menurunkan Fedrick yang satunya lagi namun lagi-lagi hal yang tidak terduga terjadi, suara rantai yang berputar di roda terdengar, tubuh Fedrick yang berada di luar terjun bebas.     

"Dia terjatuh!" terdengar suara teriakan anak buah Maximus dari luar sana.     

Aleandra beranjak untuk melihat apa yang terjadi begitu juga dengan Maximus. Mereka berlari menuju jendela tanpa menyadari jika sebatang besi yang terkena tarikan rantai sudah hampir terlepas. Rantai itu ternyata tersembunyi di sisi meja lain, rantai terus tertarik sehingga tubuh Fedrick sudah hampir menyentuh tanah.     

"Sial!" Max hendak mencari rantai yang membelenggu tangan Fedrick untuk menahannya tapi hanya suaranya saja yang terdengar.     

Jared masuk ke dalam dan terkejut melihat rantai yang terlepas dari rodanya, pemuda itu berlari ke arah rantai yang terlihat jelas dari posisinya dan segera melompat ke arah rantai namun batang besi yang tadinya hampir terlepas kini terlepas sudah. Akibat tarikan rantai yang begitu kuat, lempengan besi terpental ke arah Maximus.     

"Master, awas!" Jared berteriak, Maximus tak sempat menghindar namun tiba-tiba saja tubuhnya didorong oleh seseorang. Max terkejut apalagi saat melihat Aleandra yang menggantikan dirinya menerima besi itu. Tubuh Aleandra terpental ke belakang dengan sebuah besi menancap di perutnya.     

"Aleandra!" teriakan Maximus terdengar nyaring dan mengerikan. Dia segera menghampiri Aleandra yang bersimbah darah. Sial, dia tidak senang Aleandra menyelamatkan dirinya seperti itu.     

"Bodoh, apa yang kau lakukan!" teriaknya marah.     

"Fedrick, hanya kau yang bisa menyelamatkan dirinya," ucap Aleandra lemah. Jika Maximus terluka maka tidak akan ada yang bisa menyelamatkan Fedrick. Tidak jadi soal dia mati, yang dia harapkan hanya satu yaitu Fedrick bisa selamat apalagi Fedrick harus terlibat karena ulahnya.     

"Sial! Aku tidak akan mengampunimu, Antonio!" teriak Maximus marah.     

Tangan Aleandra berada di batang besi yang masih berada di perut, tidak ada yang menyangka jika sebatang besi akan terlepas. Jared kembali menautkan rantai ke rodanya sehingga tubuh Fedrick yang ada di luar sana berhenti terjatuh.     

Maximus sudah melepaskan baju yang dia gunakan untuk menekan luka Aleandra. Besi itu tidak dia cabut karena akan sangat berbahaya. Dia bahkan menggendong Aleandra karena dia akan membawa Alaendra pergi namun Aleandra mencegah.     

"Jangan pedulikan aku, Max. Selamatkan Fedrick terlebih dahulu," pinta Alendra.     

"Tidak, aku tidak peduli dengannya lagi!"     

"Please, jika dia mati maka aku akan hidup dalam penyesalan dan rasa bersalah!"     

"Aku akan membawamu ke rumah sakit, Aleandra. Jangan menahan aku!"     

"Jika begitu aku akan mencabut besi ini agar aku mati bersama dengannya!" tangan Aleandra sudah berada di besi.     

"Aleandra!" Maximus berteriak marah.     

Aleandra masih tetap dengan pendiriannya, dia tidak mau hidup dalam penyesalan dan di bayangi oleh rasa bersalah. Apa yang akan dia katakan pada orangtua Fedrikc nanti dan bagaimana dengan mereka?     

Maximus tidak punya pilihan, dia memerintahkan Jared untuk memanggil helikopter karena benda itu lebih cepat membawa Aleandra ke rumah sakit nanti. Mau tidak mau Aleandra dibaringkan dekat Fedrick dan setelah Fedrick yang ada di luar dibawa masuk, Maximus mulai sibuk menjinakkan bom. Dia tidak peduli mana yang asli dan mana yang palsu tapi dia harus melakukan apa yang Aleandra inginkan.     

Benar saja dugaannya, kedua bom itu terhubung satu sama lain. Dia harus menjinakkan kedua bom itu secara bersamaan jadi dia meminta bantuan Jared. Mereka harus memotong kabel secara bersamaan dan jika terjadi kesalahan maka kedua bom itu akan meledak.     

Aleandra berusaha menahan rasa sakit di perutnya, mata menatap ke arah Fedrick sejenak dan setelah itu matanya menatap langit ruangan. Selesai, semua sudah selesai. Antonio sudah tertangkap, kedua orangtua Fedrcik juga sudah selamat. Dia yakin Max pasti bisa menolong Fedrick.     

Aleandra tersenyum tipis dan memejamkan mata, sudah selesai. Dendamnya benar-benar sudah terbalas. Sekarang dia akan berkumpul dengan keluarganya, mereka akan bersama seperti dulu lagi.     

Maximus masih fokus dengan kedua bom itu, dia melakukannya dengan cepat karena dia tidak bisa berlama-lama akibat keadaan Aleandra yang tidak memungkinkan. Dia dan Jared bekerja sama untuk menjinakkan bom tersebut dan tidak lama kemudian, kedua bom sudah dijinakkan sehingga bisa dilepaskan dari tubuh kedua Fedrick itu.     

Setelah selesai, Maximus segera menghampiri Aleandra dan terkejut melihat wajahnya yang pucat dan tidak bergerak. Teriakannya kembali terdengar, dia segera membawa Aleandra tanpa peduli yang lainnya. Seharusnya dia melakukan hal itu, dia harap tidak terlambat.     

Max berteriak bagaikan orang gila agar helikopter segera mendarat, dia tahu dia akan kehilangan Aleandra jika dia terlalu lama menunda. Setelah semua ini berlalu, dia bersumpah akan memberikan pelajaran pada Antonio dan memberikan siksaan yang lebih mengerikan dibanding yang lain. Dia juga akan pastikan Antonio tidak akan mati dengan mudah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.