Hi's Like, Idiot But Psiko

Will You Marry Me?



Will You Marry Me?

0Aleandra pergi makan sebentar sebelum dia pulang. Selama makan dan selama di perjalanan kembali, tak hentinya dia memikirkan teka teki yang diberikan oleh Maximus. Terdengar mudah namun dia tahu jawaban dari teka teki itu pasti tidak terduga.     

Dia bahkan mengulangi pertanyaan yang diberikan oleh Maximus walau tidak sepenuhnya dapat dia ingat. Yang dia ingat baris awal. Sesuatu hal yang terjadi saat tertentu saja dan sesuatu hal yang diinginkan dan tidak bagi sebagian orang. Apakah itu?     

"Akh...!" Aleandra mengacak rambutnya. Kepalanya mau pecah memikirkan jawaban dari teka teki itu. Maximus bilang mudah tapi kenapa begitu sulit? Aleandra duduk di sofa, televisi menyala namun dia tidak fokus pada acara yang ditayangkan. Pikirannya sedang berusaha mencari jawaban dari teka teki tersebut.     

"Oh my God, apa jawabannya?" Aleandra frustasi sendiri. Dia bahkan berbaring tengkurap di atas sofa, "Max, kau membuat kepalaku pusing!" ucapnya.     

Mata Aleandra terpejam namun otaknya terus bekerja mencari jawaban. Ah... dari pada pusing memikirkan teka teki itu lebih baik dia berenang saja. Semua gara-gara permintaannya. Padahal dia hanya ingin mendengar Maximus mengucapkan kata cinta saja tapi kenapa jadi serumit ini?     

Aleandra memutuskan pergi berenang namun lagi-lagi dia termenung di sisi kolam renang untuk memikirkan jawaban dari teka teki tersebut. Hal yang tidak selalu terjadi dan tidak terjadi di saat malam saja tapi siang hari juga akan terjadi. Hal itu juga diinginkan sebagian orang tapi terkadang tidak diinginkan oleh sebagian orang. Dia kembali mengulangi teka teki itu dan berpikir dengan keras. Apa yang dimaksud dalam teka teki itu adalah gerhana matahari? Tapi apa gerhana matahari juga terjadi saat malam? Jika gerhana matahari lalu kenapa ada yang menginginkan dan ada yang tidak? Sial, kenapa jadi semakin rumit?     

Jika bukan gerhana lalu apa? Apakah kembang api atau kunang-kunang? Ck, dia bisa gila! Aleandra masih berpikir dengan keras sambil mengingat setiap perkataan yang Maximus ucapkan. Sepertinya Maximus ingin memberinya kejutan, tapi apa? Dia juga mengingat sikap yang Maximus tunjukkan hari ini. Tidak biasanya Max bersikap seperti itu. Apakah Max bersikap seperti itu karena sudah bosan dengannya? Aleandra termenung memikirkan semua dan entah kenapa tiba-tiba saja dia mendapatkan jawaban dari teka teki itu. Apakah jawaban dari teka teki itu adalah perpisahan?     

Rasanya jadi masuk akal, sikap yang Maximus tunjukkan, teka teki yang diberikan. Apa kejutan yang akan Maximus berikan adalah mengakhiri hubungan mereka berdua? Perpisahan adalah hal yang diinginkan oleh sebagian orang namun juga tidak diinginkan oleh sebagian orang dan bisa terjadi di malam hari dan siang hari. Sial, jawaban yang dia dapatkan sangatlah tepat dan tentunya dia tidak senang tapi apakah benar Maximus sudah bosan dengannya dan ingin berpisah dengannya?     

Aleandra kembali termenung, sungguh dia takut dengan jawaban yang dia dapatkan. Dia takut jika jawaban itu sangatlah benar. Seorang pelayan menghampirinya saat itu, Aleandra sedikit terkejut saat sang pelayan memanggilnya.     

"Nona, ada paket untuk Nona," ucap si pelayan.     

"Paket, dari siapa?" tanya Aleandra.     

"Saya tidak tahu, Nona."     

"Baiklah, terima kasih," Aleandra tersenyum dan beranjak. Siapa yang mengirimkan paket untuknya? Karena penasaran, dia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak besar yang diikat dengan pita berwarna biru berada di atas meja. Aleandra mengernyitkan dahi, apa isi dari kotak itu?     

Walau kotaknya besar tapi ternyata tidaklah berat. Dia bisa membawanya sendiri dengan mudah. Kotak disimpan di atas ranjang, Aleandra pergi mandi terlebih dahulu dan setelah selesai, Aleandra menghampiri kotak dan membukanya.     

Mata membulat saat melihat gaun indah yang berada di dalamnya, sebuah kartu berada di atas gaun. Dengan cepat Aleandra mengambilnya dan membukanya. Aleandra duduk di sisi ranjang sambil membaca kartu itu yang sudah pasti dari Max.     

"Pakai gaun itu dan Jared akan menjemputmu saat jam tujuh malam nanti. Jangan lupa jawaban teka tekinya jika tidak kau tidak akan mendapatkan kejutannya!" itu adalah yang ditulis oleh Max.     

Aleandra tersenyum, kartu diletakkan dan setelah itu Aleandra beranjak dan mengambil gaun biru indah itu. Aleandra merentangkan gaun dan melihatnya, sesungguhnya kejutan apa yang hendak Maximus berikan? Sebaiknya dia segera bersiap-siap, apa pun itu dia harus menghadapinya nanti. Jika Maximus memang ingin mengakhiri hubungan mereka maka dia juga tidak bisa memaksa.     

Gaun diletakkan, Aleandra segera bersiap-siap karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam malam. Dia butuh waktu untuk berdandan dan merapikan rambutnya. Bagaimanapun dia harus terlihat sempurna walau hal pahit yang dia hadapi. Semoga saja jawaban dari teka tekinya salah, dia sangat mengharapkan hal itu.     

Waktu berputar dengan begitu cepat, suara helikopter sudah terdengar di luar sana. Aleandra mengernyitkan dahinya, apa dia akan pergi dengan helikopter? Tebakannya tidaklah salah, Jared menjemputnya menggunakan helikopter sesuai dengan perintah Max.     

"Max ada di mana, Jared?" tanya Aleandra saat helikopter mulai terbang naik.     

Jared tidak menjawab, dia diam saja karena dia memang tidak diwajibkan untuk menjawab. Aleandra jadi semakin was-was karena Jared tidak menjawab pertanyaannya. Pikiran buruk pun berkelana, jujur saja dia takut tebakannya tidak salah. Selama di perjalanan, Aleandra diliputi perasaan takut luar biasa. Dia bahkan tidak sadar saat helikopter sudah terbang merendah di atap sebuah bangunan.     

Maximus sudah menunggu, dia bergegas menuju helikopter yang sudah hampir mendarat. Aleandra melihat sana sini, dia tampak heran karena mereka berada di atas atap sebuah bangunan. Dia juga bisa melihat Max sudah menunggu kedatangannya. Pria itu terlihat begitu gagah, rasa ingin tahu semakin memenuhi hati.     

Max mendekati helikopter yang sudah mendarat, pintu dibuka, tangan pun diulurkan ke arah Aleandra.     

"Kemari!" pintanya dengan nada memerintah.     

"Di mana ini, Max?" Aleandra menyambut uluran tangannya dan turun dari atas helikopter.     

"Kau akan tahu nanti, Aleandra," Maximus meraih pinggangnya dan mengajaknya ke sisi lain.     

Aleandra benar-benar heran apalagi dia tidak tahu mereka berada di mana. Setelah berada di sisi lain di atas gedung yang tingginya ribuan kaki itu, Aleandra tampak tidak percaya karena ada sebuah cafe di atas bangunan itu.     

"Wow, aku baru tahu ada cafe di atas gedung seperti ini," ucap Aleandra.     

"Tentu saja, di sini kau bisa melihat indahnya kota sambil menikmati champagne."     

"Apa ini kejutan yang kau maksud?" tanya Aleandra.     

"No, aku akan memberikan kejutannya setelah kau menjawab teka tekinya."     

Aleandra menggigit bibir, sungguh dia takut jika jawaban teka tekinya adalah benar. Maximus sangat heran karena tiba-tiba saja Aleandra diam dan terlihat murung. Aleandra bahkan menghentikan langkahnya dan menatap Maximus dengan tatapan sendu.     

"Ada apa? Kau tidak mungkin trauma dengan ketinggian, bukan?" tanya Maximus seraya menghampirinya.     

"Jawaban teka teki itu?" Aleandra semakin ragu.     

"Sepertinya kau sudah tidak sabar untuk menjawabnya."     

"Jadi aku boleh jawab sekarang?" Aleandra tampak tidak sabar.     

"Tentu," Max memegangi kedua tangannya dan berdiri di hadapannya. Pria itu tersenyum namun Aleandra takut di balik senyum menawan yang dia tunjukkan tersimpan sesuatu yang menyakitkan.     

"Kenapa belum menjawab?" tanya Maximus karena Aleandra diam saja.     

"Oh, aku hanya takut," jawab Aleandra sambil membuang wajah. Dia sungguh takut mengartikan apa yang sedang Maximus tunjukkan saat ini.     

"Takut? Kenapa kau harus takut, Aleandra?"     

"Jawaban dari teka teki itu, apakah perpisahan?" Aleandra kembali memandanginya dengan tatapan serius.     

Max belum menjawab tapi tidak lama kemudian dia tertawa terbahak. Tentunya hal itu membuat Aleandra heran. Apakah jawabannya salah?     

"Dari mana kau mendapatkan jawaban seperti itu, eh?" tanya Maximus di sela tawanya.     

"Aku sudah memikirkannya dan hanya itu saja jawaban paling masuk akal yang aku temukan."     

"Bodoh!" Maximus mengusap ujung hidungnya menggunakan buku jarinya, "Apa kau pikir aku merencanakan semua ini dan membawamu kesini untuk berpisah denganmu?"     

"Ja-Jadi?"     

Max tersenyum, jawaban Aleandra memang salah tapi sudah saatnya memberikan kejutan pada gadis itu. Kejutan yang dia persiapkan selama beberapa hari belakangan.     

"Coba lihat ke atas Aleandra, dan kau akan menemukan jawabannya," Max menunjuk ke atas, tatapan mata Aleandra mengikuti ke mana jari Maximus menunjuk. Langit pada malam itu tidak begitu cerah, awan gelap sedikit menyelimuti.     

"Sky?"     

"No! Lihatlah!"     

Aleandra masih melihat dan tidak lama kemudian, sebuah cahaya naik ke atas dan meledak menjadi serpihan-serpihan api kecil yang begitu indah. Aleandra menutup mulut, beberapa cahaya kembali meluncur ke atas dan meledak. Dia kira kembang api itulah jawaban dari teka teki yang diberikan oleh Maximus namun beberapa kembang api yang meledak secara bersamaan membuat sebuah tulisan yang berbunyi, will you marry me?     

"Oh my God!" Aleandra sungguh tidak percaya. Kini dia tahu jawabannya. Ternyata jawaban dari teka teki itu adalah sebuah lamaran. Ternyata semudah itu dan memang jawabannya sangat masuk akal. Sial, dia justru menebak yang sebaliknya.     

"Max," dia ingin mengatakan jika dia tahu jawaban itu namun dia kembali terkejut saat mendapati Maximus sudah berlutut di hadapannya dengan sebuah kotak yang berisi sebuah kalung berlian super mahal yang diberikan oleh ibunya. Kalung itu terbuat dari berlian kuning dan berbentuk seperti batang pohon.     

"Aku memang bukan pria yang romantis, mungkin kau akan jarang mendengar ungkapan cinta dariku tapi perasaan yang ada di hatiku ini adalah perasaan tulus oleh sebab itu... will you marry me, Aleandra? To be my wife?" tanya Maximus.     

Aleandra tidak sanggup berkata-kata, air mata bahagia jatuh dengan perlahan. Sungguh dia tidak pernah menyangka jika Max akan melamarnya seperti itu. Dia bahkan menangis terisak dengan kebahagiaan yang meledak di hati seperti kembang api yang masih terus meledak di atas sana.     

"Aleandra," Max memanggil karena Aleandra diam saja.     

"Of course i will, Max," jawab Aleandra di sela tangisnya.     

Max tersenyum dan beranjak, kalung berlian pun dikenakan di leher Aleandra. Aleandra melihat kalung itu, sungguh kalung yang luar biasa berat. Setelah memakaikan kalung di leher Aleandra, Maximus meraih pinggangnya dan mengusap air matanya yang jatuh perlahan.     

"I love you, Aleandra," mata saling memandang. Pantulan cahaya dari kembang api di mata Aleandra membuat kedua bola matanya semakin indah.     

"Me too," kedua tangan Aleandra sudah berada di leher Maximus saat Max menunduk untuk mengecup bibirnya.     

"I love you," Maximus kembali mengungkapkan kata cintanya saat mencium pipi Aleandra. Tidak hanya itu saja, Max kembali mengungkapkan kata cintanya setiap kali dia memberikan ciuman di wajah Aleandra dan ungkapan itu terhenti saat dia mencium bibir kekasihnya dengan mesra.     

Aleandra sangat bahagia, ini kejutan yang tidak akan dia lupakan. Kembang api masih meledak di atas sana, menjadi saksi momen berharga mereka berdua. Setelah mereka berciuman, mereka berpelukan sambil menikmati indahnya cahaya kembang api yang masih juga meledak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.