Hi's Like, Idiot But Psiko

Sex In The Plane



Sex In The Plane

0Pesawat sudah terbang di atas ribuan kaki. Aleandra dan Maximus sibuk di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan yang mereka pendam akibat satu minggu tidak bertemu. Ternyata tindakan yang ibunya lakukan sangat benar. Saat ini dia sangat menginginkan Aleandra bahkan dia merasa tidak akan melepaskan Aleandra selama di perjalanan menuju pulau Maldive.     

Mereka sudah berada di atas ranjang, sibuk dengan kegiatan panas mereka. Rasa ingin memiliki bergejolak di dalam hati. Tidak saja karena mereka tidak bertemu selama satu minggu, tapi mereka juga sudah lama tidak melakukan sex.     

Tentunya hal itu semakin membuat mereka sudah tidak bisa menahan diri untuk saling memiliki. Tidak akan ada yang mengganggu mereka di dalam pesawat, mereka bisa menikmati waktu berharga mereka sampai puas. Sang pramugari pun dilarang untuk mengetuk pintu kecuali ada keadaan darurat.     

Baju Aleandra sudah terlepas dan berada di sisi ranjang, begitu juga dengan bra yang dia gunakan. Mereka berdua sibuk berciuman, melepas dahaga yang mereka tahan selama satu minggu ini. Kecapan lidah mereka terdengar, mereka tidak akan bosan melakukan hal itu.     

"Apa kau merindukan aku selama kita tidak bertemu, Aleandra?" tanya Maximus seraya mencium lehernya.     

"Tentu saja, Max," Aleandra memegangi wajahnya, mereka berdua pun saling pandang, "Aku sangat merindukan dirimu. Biasanya kau selalu ada di rumah tapi selama seminggu aku begitu kesepian karena kau tidak ada," ucapnya.     

Maximus tersenyum, apa yang dia rasakan tidak jauh berbeda dengan Aleandra. Dia juga merasakan rindu yang teramat sangat. Padahal dia sudah terbiasa sendiri, dia juga sudah biasa mengurung diri di dalam lemari tapi entah kenapa lemari sudah tidak menarik lagi. Untuk mengobati rasa rindunya, dia melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan yaitu bersembunyi di dalam lemari namun perasaan yang biasa dia rasakan saat berada di dalam sana tidak lagi dia rasakan. Dia justru semakin merasa rindu pada Aleandra.     

"Bagaimana denganmu, Max? Apa kau juga merindukan aku?" tanya Aleandra. Dia ingin tahu apakah Max memiliki perasaan rindu atau tidak untuknya.     

"Bagaimana menurutmu, Aleandra?"     

"Hei, kenapa kau balik bertanya?"     

"Seperti yang kau rasakan, aku juga merindukan dirimu," Max memeluknya erat, "Aku sudah terbiasa seorang diri, hidupku selalu sepi sebelum bertemu denganmu. Lemari gelap adalah tempat kesukaanku sejak kecil namun beberapa hari belakangan aku tidak tertarik lagi dengan lemari gelap itu. Aku sudah bersembunyi di sana tapi hanya hampa dan kekosongan saja yang aku rasakan seperti ada yang hilang dalam diriku. Perasaan yang aku rasakan dulu ketika bersembunyi di dalam lemari sudah tidak aku rasakan lagi. Itu karena kau tidak ada di sisiku," ucapnya.     

"Benarkah?"     

"Apa kau tidak percaya denganku, Aleandra?" Maximus menatapnya tajam.     

"Bukan begitu, Max. Aku sungguh senang dan aku sangat tersanjung."     

"Bodoh, kau sudah menjadi istriku dan mulai sekarang aku akan selalu merindukan dirimu di setiap saat," Max mendekatkan bibir mereka dan mencium bibir istrinya. Mulut Aleandra terbuka, lidah Maximus masuk ke dalam sana dan membelai rongga mulutnya.     

Aleandra membalas ciumannya, membalas permainan lidahnya. Ini memang bukan kali pertama mereka melakukan sex namun sekarang terasa sedikit berbeda. Mungkin saja karena mereka melakukannya di pesawat atau mungkin karena mereka sudah lama tidak melakukan sex yang pasti mereka akan menikmati setiap detik momen berharga itu.     

Ciuman mereka terlepas, Max mencium pipi Aleandra dan membaringkannya di atas ranjang dengan perlahan. Ciuman di wajah tidak juga berhenti, Max mencium istrinya dengan penuh perasaan. Dia tidak menduga akan mencintai seorang wanita sebegitu dalam.     

"I love you," Max berbisik di telinganya sambil mencium daun telinganya.     

Aleandra tersenyum, rasa bahagia meluap di dalam hati. Maximus kembali membisikkan kata cinta, walau dia bukan pria romantis tapi dia akan berusaha menjadi romantis untuk menyenangkan Aleandra. Kata cinta sudah Aleandra dapatkan, mereka pun mulai serius. Bibir Max mulai turun ke bawah, menjelajahi kulit halus istrinya dan membuat beberapa tanda jika Aleandra adalah miliknya.     

"Hm, Max," Aleandra bergerak gelisah, tubuhnya sudah begitu mendambakan sentuhan Maximus.     

Maximus bukanlah pria lembut, sentuhannya memang sedikit kasar tapi entah kenapa dia menyukainya. Sensasi sentuhannya terasa berbeda, dan tentunya hal itu membuat dirinya sangat mendambakan sentuhan yang Maximus berikan.     

"Ahh... Max," Aleandra mendesah saat Maximus meremas satu dadanya. Jarinya bermain di puncak dadanya, sedangkan bibirnya berada di dada yang satunya lagi. Max sengaja mengoda Aleandra, menggesek puncak dadanya dengan bibirnya dan menggigitnya pelahan.     

Aleandra semakin bergerak gelisah, tubuhnya bagaikan terkena aliran listrik saat Maximus kembali menggesek ujung dadanya. Sungguh menyiksa dirinya. Rasanya ingin berteriak agar Max segera melakukannya karena dia sudah tidak tahan.     

"Stop menggoda aku, Max!" ucapnya.     

"Aku ingin melakukannya dengan perlahan, Aleandra. Aku ingin menikmati kebersamaan kita ini tapa kenapa kau seperti sudah tidak tahan?" tanya Maximus menggoda.     

"Uh, aku tidak suka pelan-pelan. Aku lebih suka kau yang seperti biasanya. Aku lebih suka sikap liarmu dari pada pelan-pelan!"     

Maximus terkekeh, dia kembali mencium pipi Aleandra. Mereka saling pandang dan setelah itu mereka kembali berciuman. Ciuman mereka pun serius, kedua tangan Maximus sudah berada di dada Aleandra. Kali ini dia tidak akan menggoda Aleandra lagi, dia akan serius.     

Desahan Aleandra terdengar di balik ciuman mereka, Maximus meremas kedua dadanya lalu memainkan ujung dadanya. Ciuman mereka terlepas, bibir Maximus kembali menjelajahi kulit halusnya. Aleandra sudah sangat tidak sabar, Maximus juga tidak menunda.     

"Akhh.... ahhh!" Aleandra mendesah panjang saat Max mengulum puncak dadanya dan menghisapnya kuat.     

"Apa kau suka akuyang seperti ini, Aleandra?" tanya Maximus.     

"Yes, ahhh!" dia kembali mendesah karena Maximus menghisap puncak dada yang satunya lagi.     

Maximus tersenyum, dia kembali melanjutkan aksinya. Aleandra kembali mengerang, setiap sensasi nikmat yang diberikan Maximus sungguh membuatnya tidak tahan. Setelah puas menikmati kedua dada Aleandra, bibir Maximus turun ke bawah. Celana yang dipakai oleh Aleandra pun dilepaskan, kini tersisa celana dalamnya saja.     

Pakaian yang dia kenakan pun dilepaskan dengan tidak sabar, dan setelah itu Maximus mengangkat satu kaki Aleandra dan mencium betis kakinya. Aleandra memandanginya sambil tersenyum, Max juga demikian. Bibirnya bergerak naik, dari betis menuju paha. Aleandra kembali terlihat gelisah apalagi Maximus mulai melepaskan satu-satunya penghalang yang dia gunakan.     

Jantung berdegup, Aleandra sungguh sudah tidak sabar. Celana dalam pun dilemparkan begitu saja dan setelah itu kedua kaki Aleandra dibuka lebar. Ah... bagian itu pasti di senangi para wanita.     

Aleandra kembali mendesah panjang saat lidah hangat Maximus menyapu bagian kewanitaannya. Tubuhnya bergetar akibat rasa nikmat itu, kedua tangannya bahkan mencengkeram rambut tebal Max.     

Max tidak juga menghentikan aksinya. Tidak saja menyapukan lidahnya, Maximus juga menghisapnya bagaikan sedang menikmati es cream vanila yang manis. Tubuh Aleandra bergetar hebat, kini kedua tangan mencengkeram seprei dengan erat. Napas Aleandra memburu saat Maximus menyudahi aksinya dan dia tersenyum dengan ekspresi puas.     

"Apa masih kurang, Aleandra?"     

"Tentu saja, tapi perjalanan kita masih panjang. Kita juga belum tiba jadi kau punya banyak waktu untuk membuat aku puas."     

"Kau benar, sekarang saatnya menebar bibit unggulku. Kau tidak boleh mengkonsumsi obat pencegah kehamilan lagi!"     

"Tentu saja tidak, Max. Kita sudah menikah jadi sudah tidak ada alasan apa pun lagi untuk kita menunda memiliki anak."     

"Bagus! Aku akan bekerja keras agar kau segera hamil."     

Aleandra tersenyum, semoga saja dia bisa cepat hamil. Sepertinya mereka memang harus bekerja keras selama berbulan madu untuk menghasilkan Max junior yang lucu-lucu.     

Maximus sudah menyatukan tubuh mereka berdua, pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Kedua tangan Aleandra berada di kedua lengannya yang kokoh, mereka berdua mendesah karena rasa nikmat yang mereka rasakan.     

Gerakan Max semakin cepat bahkan posisi Aleandra sudah berubah. Kedua tangan Maximus berada di pinggang Aleandra, setiap kali dia mendorong dengan keras, Aleandra mengerang nikmat.     

Mereka tidak peduli dengan pesawat yang berguncang saat melewati awan tebal, yang mereka rasakan saat ini hanyalah sensasi nikmat dari permainan mereka. Lagi pula sejak awal ranjang memang sudah bergoyang akibat ulah mereka. Entah sudah berapa lama yang pasti Max masih belum juga berhenti mengeluarkan tenaga yang dia miliki dan memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Itu adalah olahraga yang melelahkan namun memberi kenikmatan.     

"Max, aaah ....akh!" tangan Aleandra berada di belakang, mencoba meraih sesuatu. Max meraih tangannya, pria itu menunduk dan memberikan sebuah ciuman di punggungnya.     

"Apa kau sudah menyerah?" Maximus kembali mencium punggungnya.     

"No, please faster as you can," pintanya.     

Max tersenyum, dia kembali mengambil posisi dan mendorong dengan sekuat tenaga. Aleandra tidak mendesah lagi, tapi dia menjerit pelan. Permainan mereka semakin panas saja, ranjang bahkan terkena gunjangan lokal akibat perbuatan mereka.     

Gerakan Maximus semakin cepat karena permainan itu sudah hampir mencapai klimaks. Max terus mendorong dengan keras dan pada akhirnya, erangan mereka terdengar saat milik Max menyemprotkan begitu banyak bibitnya ke dalam tubuh Aleandra.     

Mereka berdua terengah, mereka benar-benar menikmati permainan mereka. Mereka bahkan masih berdiam diri untuk menikmati sensasi akhir dari permainan mereka. Tubuh Aleandra tumbang saat Maximus mencabut miliknya. Dia juga tumbang di sisi Aleandra. Mereka berdua tersenyum dan saling pandang dengan ekspresi puas. Napas mereka masih terlihat memburu, mereka benar-benar menghabiskan banyak tenaga untuk permainan itu dan tentunya, Max yang paling bekerja keras.     

"Apa masih sanggup?" Max sedikit bergeser untuk mendekati Aleandra dan merapikan rambutnya yang berantakan.     

"Break sebentar, aku butuh tidur!" ucap Aleandra.     

Max terkekeh dan mencium dahinya, "Ternyata kau yang ko terlebih dahulu," godanya.     

"Tunggulah, Mr. Smith. Setelah ini giliranku."     

"Aku menantikannya, Aleandra," Max kembali mencium dahinya. Mata Aleandra terpejam, sungguh dia lelah.     

Maximus tersenyum dan memeluknya. Perjalanan mereka memang masih panjang sebab itu dia akan memanfaatkan waktu yang ada agar Aleandra segera hamil. Dia tidak boleh melupakan permintaan kedua orangtuanya yang sudah sangat menginginkan cucu dan dia akan memberikannya untuk mereka dalam waktu dekat. Mereka berdua tertidur, untuk mengistirahatkan tubuh mereka yang lelah dan setelah ini, mereka akan membantu pesawat itu agar semakin berguncang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.