Hi's Like, Idiot But Psiko

Honeymoon



Honeymoon

0Aleandra sedang memandangi indahnya laut biru yang membentang dari kolam renang pribadi yang ada di dalam kamarnya. Mereka sudah berada di Maldive Island, pulau indah yang begitu memanjakan mata. Sebuah Cottage yang berada di atas laut dan memiliki fasilitas mewah mereka tempati. Mereka akan menepati Cottage itu selama mereka berada di sana.     

Hamparan laut biru, sungguh memanjakan mata para pengunjung pulau itu. Tidak heran, pulau itu menjadi pulau pilihan para orang kaya untuk menghabiskan waktu dan untuk menikmati masa bulan madu seperti mereka. Dulu dia kira dia tidak akan bisa mendatangi pulau impiannya itu dan dia rasa impian bagi kebanyakan orang. Dia selalu bermimpi akan mendatangi pulau itu bersama dengan Fedrick tapi nyatanya, dia mendatangi pulau itu bersama dengan pria lain yang tentunya pria yang sangat mencintai dirinya.     

Mereka akan berada di pulau itu selama satu bulan. Tentu mereka tidak akan bosan, karena banyak yang bisa mereka lakukan di pulau indah itu. Mereka akan berjalan-jalan di sisi pantai, menikmati indahnya matahari terbenam. Maximus bahkan sudah memesan sebuah pesawat cessna yang akan membawa mereka keliling pulau, dan saat malam, mereka akan menikmati indahnya Maldive Island pada malam hari.     

Aleandra masih menikmati indahnya laut, tempat itu benar-benar menakjubkan. Dia bahkan tidak menyadari Man sudah kembali dan masuk ke dalam kolam renang. Max tersenyum dan mendekatinya dengan perlahan. Aleandra terkejut saat Max mengusap bokongnya yang seksi.     

Aleandra tidak memakai apa pun saat itu, dia malas mencari bikini-nya yang entah dia letakkan di mana. Lagi pula hanya mereka berdua saja yang ada di dalam kamar, orang luar pun tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan karena cottage itu menghadap ke arah laut lepas.     

"Kenapa kau tidak memakai bikini?" Max memeluknya dari belakang, untuk menutupi tubuh istrinya yang telanjang.     

"Aku malas mencari bikiniku yang entah aku letakkan di mana!" jawab Aleandra.     

"Bagaimana jika ada yang melihat, Aleandra? Aku tidak mau ada yang melihat tubuhmu," Tangan Max merayap naik, memberikan sentuhan sensual di punggung istrinya bahkan sebuah ciuman mendarat di bahu Aleandra.     

"Tidak akan, Max. Di kamar ini hanya ada kau dan aku jadi pelakunya hanya kau saja," Aleandra mengusap wajah Max yang saat itu masih mencium bahunya.     

"Yeah... hanya ada kau dan aku sebab itu kau berpenampilan seperti ini untuk menggoda aku, bukan?" Max masih memberikan ciuman di bahu Aleandra, kedua tangannya kembali berpindah, menyentuh tubuh istrinya dengan sensual.     

"Ngh, aku memang ingin menggodamu," Aleandra menggigit bibir, desahannya terdengar saat kedua tangan Maximus sudah berada di depan, meremas kedua dadanya dan memainkan jarinya di sana.     

"Akh... Max!"     

Api gairah membakar mereka dengan cepat. Aleandra memutar tubuhnya dan tanpa membuang waktu, Maximus melumat bibir istrinya dan menciumnya dengan penuh nafsu. Desahan Aleandra terdengar dari balik ciuman mereka karena sentuhan yang diberikan oleh suaminya.     

Tangan Max bergerak lincah, menyentuh bagian yang dia suka. Dari kedua dada istrinya lalu turun ke bawah bahkan satu kaki Aleandra sudah berada di pinggangnya saat itu. Ciuman mereka semakin dalam, erangan Aleandra kembali terdengar saat jari Max bermain di bawah sana dengan lincahnya.     

Kini ciuman mereka terlepas, bibir Max berpindah, menyelusuri wajah istrinya dan terus ke bawah. Dia bahkan tidak melewatkan dua bagian kesukaannya. Max menikmatinya bagaikan bayi yang lapar, mulutnya berpindah dari satu dada ke dada yang lain.     

Alandra menekan kepala Max agar suaminya bisa menikmati tubuhnya lebih dari pada itu. Rasanya sudah tidak tahan tapi mereka berada di dalam air saat itu dan dia tidak mau melakukannya di dalam air.     

"Max, aku tidak mau di sini," ucapnya disela napasnya yang berat.     

"Kenapa? Kita belum pernah melakukannya di dalam air," Max menghentikan aksinya dan memandangi Aleandra sejenak.     

"Aku tidak mau, aku lebih suka merasakan kekuatanmu di atas ranjang!" ucap Aleandra seraya mengusap wajahnya.     

"Jika itu yang kau inginkan, ayo kita pindah," Max menggendong Aleandra dan membawanya keluar dari air.     

Api gairah mereka padam sesaat karena mereka harus keluar dari kolam renang. Maximus mengeringkan tubuh Aleandra yang basah, Aleandra juga melakukan hal yang sama. Mereka terlihat tidak sabar dan setelah selesai handuk di lempar begitu saja dan mereka kembali berciuman.     

Lumatan dan remasan, Aleandra dapatkan. Kedua tangan mereka tidak diam begitu juga dengan bibir mereka. Api gairah kembali memercik, membakar mereka dengan cepat. Aleandra sudah berada di dalam gendongan Max saat itu, mereka bahkan sudah berada di atas ranjang.     

Max memainkan bibirnya, jarinya bahkan lidahnya juga ikut berperan memberikan sensasi nikmat untuk Aleandra. Suasana pulau yang nyaman dan tenang membuat mereka sangat menikmati waktu mereka berdua. Walau angin laut bertiup sepoi-sepoi tapi mereka berdua tampak berkeringat. Tidak perlu melakukan banyak pemanasan, Max sudah berada di atas Aleandra, mengambil kendali dan mendorong pinggulnya dengan cepat.     

Desahan napas mereka yang berat, tepukan tubuh mereka yang saling beradu, terdengar memenuhi kamar mereka. Maximus bagaikan penunggang kuda di musim panas, yeah, anggap seperti itu apalagi saat itu posisi mereka sudah berada berubah.     

Aleandra mencengkeram sprei dengan kuat saat Maximus menghentakkan tubuhnya di belakang sana. Sial, dia suka permainan mereka apalagi posisi mereka seperti itu. Ucapan permohonan dia ucapkan, dia ingin Max menggerakkan tubuhnya secepat mungkin sehingga dia melayang karena sensasi nikmat yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.     

Sepertinya siang ini mereka tidak akan pergi ke mana pun, sepertinya mereka akan menghabiskan waktu mereka di sana dengan banyak bercinta. Tapi biarlah, tujuan mereka datang ke sana memang untuk menikmati waktu mereka dan menikmati kebersamaan mereka yang seperti itu. Mereka memang ingin melakukannya agar ketika mereka kembali ke California, Max junior sudah tumbuh di dalam sana.     

Gerakan Maximus semakin cepat, ranjang pun ikut bergoyang. Beruntungnya cottage itu sedikit berjauhan dengan cottage yang lain sehingga tidak ada yang tahu apa yang mereka lakukan karena suara berisiknya.     

"Faster, Max," pinta Aleandra karena puncak kenikmatan dari permainan mereka sudah akan datang. Kedua tangan Max sudah berada di bokong istrinya, keringat semakin membanjiri dahi. Otot-Otot tubuhnya bahkan terlihat jelas karena tenaga yang dia keluarkan. Irama gerakannya semakin cepat dan pada akhirnya, mereka berdua mengerang. Max menghentakkan bokongnya berkali-kali saat cairan hangat dan lengket menyembur keluar. Tubuh mereka bahkan bergetar karena sensasi nikmat dari permainan mereka. Napas mereka memburu, Max belum juga mengeluarkan miliknya karena saat itu, mereka berdua sedang mengatur napas sambil menikmati sensasi akhir dari permainan panas mereka berdua.     

Aleandra tumbang di ranjang, tangannya tidak kuat lagi menopang. Napasnya masih memburu, setiap kali selesai dia benar-benar lelah. Itu karena Max terlalu kuat dan tentunya dia suka. Aleandra tersenyum saat Maixmus berbaring di sisinya dan merapikan rambutnya yang berantakan.     

"Apa kau baik-baik saja, Aleandra?" Maximus kembali merapikan rambut istrinya yang berantakan.     

"Sekarang baik tapi sepertinya begitu kembali aku sudah tidak kuat berjalan karena tenagamu yang luar biasa!"     

"Apa kau tidak menyukainya?"     

"Aku adalah wanita paling bodoh jika aku tidak menyukai kekuatan yang suamiku miliki saat bercinta," jawab Aleandra tanpa ragu. Semua wanita tentu ingin suaminya kuat di ranjang dan dia juga demikian. Beruntungnya suaminya kuat sehingga dia puas.     

Maximus terkekeh, sepertinya Aleandra memerlukan obat nyeri karena hari ini dia berencana menghabiskan waktu mereka berdua di Cottage tanpa pergi ke mana pun.     

"Aku ingin kita seperti ini untuk hari ini, kau tidak keberatan, bukan?"     

"Apa kita tidak akan menikmati matahari terbenam di sisi pantai?"     

"Kita akan menikmatinya sambil berendam berdua di jacuzzi dengan sebotol wine."     

"Baiklah," Aleandra masuk ke dalam pelukan suaminya, "Sepertinya aku tidak memerlukan bajuku hari ini selain selembar handuk," ucapnya.     

"Jika begitu lupakan baju kita hari ini, sebaiknya kita beristirahat dan setelah itu aku akan kembali bekerja keras agar juniorku cepat berada di sini," Max mengusap perut Aleandra. Tiba-Tiba dia sudah tidak sabar ingin segera memiliki bayi bersama dengan Aleandra.     

"Selamat berjuang, Mr. Smith. Kau harus bekerja keras untuk menyebar bibitmu sebanyak mungkin," goda Aleandra.     

"Kau menantang aku, Nyonya?"     

"Tentu saja, aku menunggu aksimu selanjutnya, Max."     

"Jika begitu aku tidak akan melepaskanmu sekalipun kau memohon ampun padaku!"     

Teriakan Aleandra terdengar karena tiba-tiba saja Max sudah menerkamnya, tapi tidak lama kemudian teriakannya menjadi tawa karena saat itu Max sedang menggelitik pinggangnya. Max tidak juga berhenti sampai akhirnya Aleandra menyerah dan memintanya untuk berhenti.     

"Stop, Max! Apa kau ingin membuat aku mengompol?" pinta Aleandra memohon.     

"Hei, aku baru saja memulai!" ucap Max pura-pura.     

"Apa? Jangan teruskan! Aku tidak kuat," pinta Aleandra lagi.     

"Baiklah, jangan sampai istriku mengompol," godanya.     

"Apa? Sembarangan! Jangan mengatakan hal yang memalukan!"     

Maximus terkekeh, dia kembali berbaring di samping istrinya dan mengusap wajah cantik Aleandra dengan istrinya. Dia tidak akan pernah bosan memandangi wajah istrinya dan dia merasa, cintanya pada Aleandra akan semakin besar seiring berjalannya waktu.     

"I love you, Aleandra," Max mencium dahi Aleandra dengan lembut, "Forever," ucapnya lagi.     

"Terima kasih, Max. Aku sungguh beruntung bertemu denganmu," Aleandra mencium pipinya, dia benar-benar beruntung.     

"Aku juga beruntung bertemu denganmu," kecupan lembut di bibir di berikan, mereka berdua saling pandang sambil tersennyum.     

"I love you," Max kembali mengungkatkan kata cintanya. Entah kenapa ucapan cinta saja tidak cukup untuk mengungkapkan perasaan cinta yang ada di hati tapi tanpa dia sebutkan pun, Aleandra sangat tahu jika dia sangat di cintai.     

Alendra tersenyum, senyum kebahagiaan. Dia benar-benar bahagia telah dicintai oleh Maximus. Pria itu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, dia selalu memanjakan dirinya bahkan perlakuan yang dia berikan tidak pernah terduga.     

Mereka berdua kembali saling pandang sesaat, senyum menghiasi wajah. Max mengusap wajah Aleandra dengan perlahan dan setelah itu, Max mencium bibir istrinya dengan mesra. Mereka berpelukan, mata Aleandra terpejam saat Maxius mengusap kepalanya dan membelai rambutnya. Dia tampak bahagia, tentunya karena pria yang dia cintai dan sekarang, mereka sudah bersatu dan tidak akan pernah terpisahkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.