Hi's Like, Idiot But Psiko

Last Chapter, Happy Family



Last Chapter, Happy Family

0Aiken dan Archer tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas, mereka berdua sedang duduk di depan komputer dan terlihat sangat sibuk. Mereka seperti sedang menyusup ke dalam sebuah markas yang seharusnya tidak boleh mereka susupi namun rasa penasaran anak-anak membuat mereka melakukan apa yang mereka mau tentunya tanpa sepengetahuan kedua orangtua mereka.     

Saat itu mereka sudah berusia lima tahun, segala kepintaran yang ada pada ayah dan kakeknya ada pada mereka berdua. Tapi satu hal yang tidak mereka lakukan, mereka tidak bersembunyi di dalam lemari seperti yang ayahnya lakukan.     

Semenjak memiliki mereka, Maximus juga sudah tidak pernah masuk ke dalam lemari lagi. Dunianya berubah dengan perlahan, dulu lemari adalah tempat yang paling dia sukai tapi sekarang, tempat itu sudah dia lupakan.     

Keluarga adalah yang paling berharga untuknya, dia lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan anak dan istrinya. Mereka lebih berarti dari apa pun, rumah adalah tempat kesukaannya sekarang. Saat itu Aleandra juga sedang hamil anak ketiga mereka, usia kandungannya sudah menginjak enam bulan. Walau begitu, dia tidak menggunakan seorang pengasuh untuk mengurus kedua putra kembarnya.     

Dua piring makanan yang baru saja dia buat sudah jadi, Aleandra meletakkannya ke atas meja. Celemek yang dia gunakan pun dilepaskan dan setelah itu Aleandra melangkah menuju ruangan bermain di mana kedua putranya berada karena dia ingin memanggil mereka untuk makan.     

"Boys, saatnya makan siang," teriak Aleandra.     

"Ada Mommy, cepat matikan!" ucap Archer.     

"Sttss, jangan berisik!" ucap Aiken pula.     

"Cepat Aiken, nanti Mommy akan marah!"     

"Panggil aku kakak!" Aiken tampak tidak senang.     

"Tidak mau, kita hanya beda beberapa menit saja!" tolak Archer.     

"Walau hanya beberapa menit tapi aku lebih tua jadi panggil aku kakak!"     

"Tidak, sampai kapan pun aku tidak mau!" tolak Archer.     

"Boys, apa yang kalian ributkan?" tanya Aleandra yang sudah masuk ke dalam ruangan bermain kedua putranya.     

"Mom, Archer tidak mau memanggil aku kakak!" Aiken melompat turun dari kursi dan berlari ke arah ibunya disusul oleh Archer.     

"Kenapa, Archer?"     

"Tidak mau, kami hanya beda beberapa menit saja!" jawab Archer menolak.     

"Sudah, jangan ribut. kalian berdua akan dipanggil kakak oleh adik kalian yang sebentar lagi lahir," ucap Aleandra seraya menggandeng kedua putranya keluar.     

"Kapan adik kami lahir, Mom?" tanya mereka berdua.     

"Sebentar lagi, pada saat itu kalian akan punya adik."     

"Aku mau adik perempuan, aku tidak mau adik laki-laki!" ucap Aiken.     

"Aku juga!" Archer tidak mau kalah.     

"Kalian memang akan mendapat adik perempuan jadi jangan berkelahi lagi."     

"Kau dengar, akhirnya aku punya adik selain dirimu!" ucap Aiken.     

"Aku juga akhirnya menjadi kakak!" ucap Archer pula.     

Aleandra menggeleng, kenapa kedua putranya suka meributkan hal demikian? Tapi karena ada mereka, rumah jadi ramai. Seperti anak kembar pada umumnya, setiap membeli sesuatu selalu harus membeli dua dan juga sama jika tidak mereka tidak akan berhenti berdebat.     

"Ayo segera sarapan, setelah ini kita akan pergi ke rumah Grandma."     

"Apa Daddy tidak pulang, Mom?" tanya salah satu putranya.     

"Sepertinya sebentar lagi, tunggu saja."     

Aleandra melangkah menuju microwave untuk mengeluarkan makanan yang dia panaskan. Maximus memang akan pulang untuk makan siang dengan mereka tapi sepertinya dia sibuk sehingga belum juga kembali. Kedua putranya menikmati makanan mereka sambil berdebat, entah apa yang mereka debatkan, Aleandra hanya tersenyum mendengarnya.     

Suara mereka bahkan bisa didengar oleh Maximus dari luar sana. Senyum menghiasi wajah, Max melangkah menuju dapur di mana keluarganya berada.     

"Apa yang selalu kalian ributkan setiap hari, Boys?"     

"Daddy!" kedua putranya sangat senang. Mereka berdua melompat turun dari atas kursi dan berlari ke arahnya.     

"Apa yang kalian ributkan, Hm?"     

Aleandra tersenyum saat mendengar kedua putranya kembali berdebat. Makanan yang sudah dia panaskan pun diletakkan di atas meja. Setelah mendengar ocehan kedua putranya, Maximus meletakkan barang yang dia bawa dan menghampiri istrinya. Sebuah kecupan mesra Aleandra dapatkan di bibirnya, pipinya juga tak luput dari ciuman yang diberikan oleh Maximus.     

"Bagaimana kabar kalian berdua?"     

"Kami baik-baik saja, kau bisa melihatnya."     

"Apa mereka merepotkan dirimu?" Max mengusap perut istrinya dan kembali memberikan ciuman di dahi.     

"Tidak, mereka memang seperti itu setiap hari."     

"Aku bawa makanan, ayo makan bersama!" Maximus menggulung lengan kemejanya dan setelah itu dia menghampiri meja. Barang yang dia letakkan tadi memang makanan. Sebelum kembali dia meminta Jared untuk membelikan makanan itu.     

Makanan pun dikeluarkan, mereka sudah duduk bersama untuk menikmati makanan yang ada. Kedua putra mereka makan dengan lahap, mereka pun sudah tidak berdebat.     

"Apa kau akan kembali ke kantor setelah ini, Max?" tanya Aleandra.     

"Kenapa? Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?"     

"Ya, Scarlet dan Alesya mengajak aku ke rumah Nenek. Jika kau tidak kembali ke kantor maka kita akan pergi ke sana secara bersama-sama."     

"Baiklah, aku rasa Mommy dan Daddy juga akan pergi ke sana," belum lama Max berkata demikian, di luar sana terdengar suara ibunya. Marline memang datang ke sana untuk mengajak mereka pergi.     

"Guys, kalian ada di rumah, bukan?"     

"Nenek!" si kembar terlihat senang. Mereka ingin beranjak namun dicegah oleh ayahnya karena mereka belum selesai makan.     

"Wah, kalian sedang makan rupanya," Marline menghampiri kedua cucunya yang sedang makan.     

"Nenek sangat merindukan kalian, Guys," ucapnya seraya mencium pipi kedua cucunya.     

"Apa Nenek membawa hadiah?" tanya Archer.     

"Ada di mobil. Jadi kalian mau ikut dengan Nenek, bukan?"     

"Bolehkah kami ikut dengan Nenek, Dad?" tanya putra bungsunya.     

"Tentu saja, tapi habiskan dulu makanan kalian."     

"Mommy dan Daddy tidak mau makan?" tanya Aleandra.     

"Kami sudah makan, kalian nikmati waktu kalian berdua. Biarkan mereka ikut kami terlebih dahulu."     

"Baiklah, sepertinya mereka akan merepotkan kalian."     

"Tidak apa-apa," ucap Marline. Mana mungkin merepotkan, sejak dulu dia memang suka dengan anak laki-laki.     

Aiken dan Archer sudah selesai makan, mereka pamit pergi terlebih dahulu. Michael menggendong salah satu cucunya saat mereka keluar, sedangkan yang satunya lagi bersama dengan Marline.     

Aleandra dan Maximus masih makan, mereka akan menyusul setelah mereka selesai makan dan tentunya mereka akan memanfaatkan waktu itu untuk berduaan. Sangat sulit bermesraan setelah memiliki anak apalagi si kembar setiap malam ingin tidur dengan Aleandra. Mereka bertingkah seperti itu semenjak Aleandra hamil lagi.     

Maximus harus mengalah karena ranjangnya dikuasai oleh kedua putranya, dia tidak diijinkan tidur bersama oleh mereka sehingga mau tidak mau, sofa adalah tempatnya untuk tidur setiap malam.     

Maximus menghampiri istrinya yang sedang mencuci piring karena mereka sudah selesai makan. Max memeluknya dari belakang, ciumannya mendarat di leher Aleandra.     

"Jangan ganggu, Max," ucap Aleandra sambil menahan geli akibat bibir suaminya.     

"Jika tidak mengganggumu, lalu aku harus mengganggu siapa?"     

Aleandra tersenyum, tangan dikeringkan dan setelah itu Aleandra berbalik. Senyum menghiasi wajah, kebahagiaan yang dia rasakan setelah bersama dengan Maximus tidak pernah habisnya.     

"Jadi, apa kau masih mau mengganggu aku, Mr. Smith?" tanyanya.     

"Tentu saja!" Maximus menggendong Aleandra dan menududukkannya ke atas meja. Selagi tidak ada anak-anak, mereka bisa melakukan apa pun sebelum mereka pergi.     

Mereka sedang berciuman saat itu, kedua tangan Aleandra berada di atas bahu Maximus. Walau hamil besar bukan berarti mereka tidak bisa melakukan sex. Ciuman mereka semakin dalam, tangan Maximus sudah berada di dalam baju Aleandra dan menyentuh dadanya yang berisi.     

"Jangan di sini, Max," ucap Aleandra.     

"Jika begitu kita pindah!" Max menggendong istrinya menuju kamar. Mereka berdua kembali berciuman, baju Aleandra sudah sedikit berantakan tapi tidak jadi soal karena baju itu akan terlepas nantinya. Karena tidak ada anak-anak jadi mereka bisa leluasa bercinta tanpa takut ada yang memergoki apa yang mereka lakukan. Mereka bahkan berada di dalam kamar cukup lama dan setelah selesai, mereka berdua keluar dari kamar dengan ekspresi puas. Sudah saatnya pergi, jangan sampai yang lain menunggu terlalu lama.     

Semua sudah berada di rumah, mereka berdua yang datang terakhir kali. Kedua putra mereka sedang bermain dengan yang lain. Mereka terlihat ceria. Tidak saja mereka yang memiliki anak kembar, putra dan putri Vivian juga melahirkan beberapa anak kembar.     

"kenapa kalian baru datang?" tanya Kate.     

"Kami mampir sebentar membeli ini, Nenek," Aleandra memberikan roti yang dia beli saat di perjalanan.     

"Bagaimana kandunganmu, Aleandra?"     

"Baik-Baik saja, terima kasih."     

"Apa kau sudah membeli perlengkapan bayi?" tanya Scarlet.     

"Sudah, tapi baru sedikit. Aku ingin pergi tapi kedua pemuda itu tidak mengijinkan aku pergi ke mana pun," ucap Vivian sambil menunjuk ke arah kedua putranya.     

"Itu berarti mereka sangat sayang padamu."     

"Kau benar, mereka bahkan menjaga aku dengan begitu hati-hati."     

"Begini saja," Kate meletakkan minuman yang dia buat untuk Aleandra dan duduk bersama dengan mereka, "Kapan kau ingin pergi membeli perlengkapan bayi? Titipkan mereka padaku, aku akan mengajak mereka pergi jalan-jalan untuk beberapa hari. Kau bisa menggunakan saat itu untuk membeli keperluan yang kau butuhkan," ucap Kate lagi.     

"Boleh juga tapi membujuk mereka berdua tidaklah mudah," ide nenek Max memang bagus tapi membujuk kedua putranya tidaklah mudah karena mereka tidak mau berjauhan darinya.     

"Serahkan padaku," Kate beranjak, mendekati Aiken dan Archer. Kate mengajak mereka untuk berbicara sebentar, Aiken dan Archer terlihat melontarkan beberapa pertanyaan pada Kate sambil melihat ke arah ibunya. Entah apa yang mereka bicarakan tapi mereka terlihat mengangguk.     

Setelah berbicara dengan Aiken dan Archer, Kate menghampiri Aleandra dan yang lainnya. Senyum menghiasi wajah, dia juga menunjukkan jempolnya jika kedua anak itu sudah setuju. Mereka kembali berbincang sedangkan rumah terdengar begitu ramai.     

Suara anak-anak yang bermain, membuat suasana rumah itu itu serasa hidup. Hal itu sudah terbiasa bagi mereka karena bagi mereka adalah kebersamaan. Waktu seperti itu adalah waktu yang paling berharga karena waktu seperti itu tidak akan terulangi dan seandainya terulangi pun, mungkin salah datu dari mereka sudah tidak ada oleh sebab itu, mereka selalu berkumpul untuk menikmati kebersamaan mereka.     

Max mendekati istrinya dan memberikan sesuatu padanya. Aleandra tersenyum, sudah banyak yang terjadi pada dirinya. Kedatangannya ke kota itu membuatnya bertemu dengan Maximus. Walau awal pertemuan mereka tidak mengenakkan namun pada akhirnya, mereka berdua bersatu dan bahagia. Satu pelajaran yang pasti, hal yang dimulai dengan indah belum tentu berakhir baik begitu juga dengan hal yang diawali dengan tidak baik belum tentu berakhir buruk. Seperti mereka, pertemuan pertama mereka sangat buruk namun pada akhirnya berakhir indah.     

END     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.