Shadow of Love

Jangan suka maksa



Jangan suka maksa

0Hans mengetuk pintu kamar mamah beberapa kali, sebelum kemudian langsung masuk kedalam ruangan kamar dengan wajah exited. ia datang tepat jam dua belas siang. dengan membawa sebuah buket bunga berukuran besar untuk diberikan pada mamah, buket bunga yang terdiri dari berbagai jenis bunga cantik berwarna warni, dan tercium harum berada dipelukan lengan kanannya, sementara satu tangannya lagi memegang paperbag berwarna coklat harvest. berisi cake yang ia beli dari toko bakery yang terkenal lezat di Jakarta.     

"Shuttt …" mamah meletakkan jari telunjuknya tepat didepan mulut. seraya menatap tajam kearah hans, mengkode hans untuk tidak bersuara dengan keras. seraya menggerakkan tangannya mengkode hans untuk mendekat kepadanya. Hans menganggukkan kepalanya mengerti. sambil berjalan pelan kearah tempat tidur mamah. pandangannya menangkap kearah sofa didepan televisi. dan melihat anita tampak tertidur pulas disana.     

"Mamah sudah siapin nasi padang pesanan kamu diatas meja situ. kamu makan sendiri yahh … " ucap mamah dengan suara berbisik. Hans menganggukkan kepalanya beberapa kali, mengiyakan. sambil berjalan pelan kearah meja disamping tempat tidur mamah. untuk meletakkan buket bunga dan cake yang dibawanya diatas meja.     

"Ngapain repot-repot beli bunga segala sihh…"     

"Bunga bisa bikin mood menjadi bagus mahh…"     

"Ohh … jadi ini bunga untuk nita yahh…"     

"Ehh … untuk mamah kokk …" wajah hans seketika memerah malu. mampus! ketahuan dehh aku nguping pembicaraan mereka tadi malam. umpat hans kesal pada kecerobohannya sendiri. dengan teledor menggunakan mood sebagai alasan.     

"Buat nita juga gak pa-pa kokk. ntar kalau nita bangun mamah sampaiin…. kalau ini bunga dari kamu. siapa tahu mood anita jadi beneran bagus sama kamu hehehe "     

"Ahhh mamah bisa saja… " hans tersipu malu. tapi dalam hatinya ia benar-benar berharap mamah dapat menyampaikan bunga itu pada anita.     

"Yaa udah buruan makan sana. … itu nasi padangnya mamah yang order sendiri. cepettan makan, mumpung masih hangat …"     

"Maaf mah. jadi merepotkan. …"     

"Bagus kalau kamu sadar "     

"Hahhhh …"     

"hahaha bercanda … udah buruan makan sana…" mamah tahu. niat hati hans hanya ingin lebih dekat dengan anita. jadi ia sengaja mengerjai anita untuk membelikan nasi padang itu untuknya.     

"Iya … Iya mah…"     

Hans duduk disofa diseberang anita. diatas meja tampak tersaji berbagai jenis lauk makanan khas sumatera barat, ada Rendang. Ayam Pop . gulai kepala ikan. ikan asam padeh. daun singkong, sayur nangka. hingga gulai tunjang yang terbuat dari kikil dan daging sapi yang dimasak dengan kuah santan. dan rempah yang cukup pekat, serta ditambah cabai.     

Mamah sengaja order di restaurant padang terkenal di Jakarta selatan. dan meminta pihak restaurant untuk membawa seorang pelayan yang khusus membantu menyajikan diatas meja. sehingga saat hans datang semua sudah served. dengan baik.     

Namun perhatian hans bukan tertuju pada hidangan lezat di depannya. ia justru terus menatap wajah anita yang tertidur lelap pada sofa diseberangnya tidak berkedip. hatinya bagai gerimis. terasa sejuk dan damai. tanpa sadar ia berjalan mendekat kearah sofa tempat anita berbaring tidur. dan duduk disampingnya. sambil terus memandangi wajah anita dengan lekat.     

Hans membelai pipi anita dengan lembut. mengusap bibirnya penuh cinta. …     

Anita terbangun seketika. membuka matanya dengan malas , mengerjap kedua matanya yang terasa berat. memaksakan diri untuk bangun sejenak. "Hans … " sapa anita lirih, sedikit terkejut melihat hans sudah berada disampingnya.     

"Aku tadi melihat ada nyamuk diwajahmu… jadi coba mengusirnya dengan halus… apakah aku mengejutkanmu …" nada suara hans terdengar bergetar ketakuttan. meskipun ia berusaha menampilkan wajah cool seperti tidak terjadi apa-apa.     

Anita seketika tertawa. memperlihatkan senyum cerah pada hans, membuat hans tampak terkejut , tidak mengerti dengan arti reaksi anita itu, matanya menatap kearah anita tidak berkedip. tidak berdaya dengan pesona yang ditebarkan tepat didepannya. Oh Tuhan jangan menggodaku nita… aku benar-benar tidak sekuat itu. huftttt jangan beri umpan padaku.     

"Kamu mencoba mengusir nyamuk secara halus bukankah berarti kamu memberi kesempatan dia untuk mengiggitku lagi… " ucap anita, berbicara dengan nada santai sambil terus tertawa lepas pada hans.     

"Hahaha benar juga. kenapa tidak terpikirkan tadi olehku …" balas hans ikut tertawa meskipun ia merasa awkward setengah mati.     

Anita bangkit dari tidurnya. "kamu sudah makan …"     

"Belum. aku baru saja datang kok…"     

"Ohhh … "     

"Kita makan sama-sama yukk… gak enak makan sendirian …" ucap hans berusaha membujuk anita.     

"Enggak. aku gak lapar. kamu makan saja sendiri. aku masih ingin tidur lagi. masih ngantuk …"     

Anita kembali membaringkan tubuhnya. dan memejamkan kedua matanya. Hans tidak beranjak dari sisi anita. terus menatapnya.     

"Apaan sih… jangan duduk disini … sempit. aku mau tidur …"     

"Ayolah nit… temenin aku makan … kamu makan sedikit aja juga gak apa-apa … abis itu tidur lagi yahh…"     

"Jangan suka maksa yahh! aku gak mau ! aku gak lapar !"     

Mereka berdua tidak sadar , jika mamah sedang memperhatikan tingkah mereka dengan tatapan gemas. sambil tersenyum sendiri.     

"Pantas saja, sampai sekarang kamu gak punya pacar! keras kepala begitu … siapa juga yang mau pada gadis galak sepertimu"     

"Bodokk ! gak ada urusannya sama kamu !" jawab anita ketus. lalu membalikkan badannya, sengaja membelakangi hans.     

Hans hanya bisa mengerucutkan bibirnya. merasa tidak puas dengan reaksi anita. namun juga tidak berdaya untuk memaksa.     

****     

Tiga hari kemudian …     

Hari ini dokter sudah mengijinkan mamah untuk pulang kerumah. karena berdasarkan hasil test pemeriksaan widal. kadar salmonella typhi O 1/160, dan tphi H 1/320 dan titer O 1/320, atau titer H 1/640. yang mengalami penurunan empat kali lipat dibandingkan hasil pemeriksaan widal sebelumnya. yang berarti menunjukkan angka normal. dan juga sudah tidak adanya gejala medis seperti demam tinggi pada malam hari, nyeri perut, mual muntah, serta hilangnya tanda-tanda dehidarasi. berdasarkan pertimbangan tersebut dokter memutuskan mamah boleh menjalani proses recovery di rumah.     

Anita mulai mengemasi barang-barang milik mamah dibantu oleh bi imah. yang sudah kembali menemani mamah seperti biasanya lagi.     

"Bik... ntar kalau pak yanto datang, suruh bawa koper mamah dan punyaku duluan untuk dimasukin kemobil yahh… biar ntar bawaan kita lebih ringan …"     

"Iyaa neng … bibik ngertik …"     

"…dan kalau nanti mamah bangun dan nyariin saya, tolong kasih tau, kalau saya ke lantai bawah untuk mengurus administrasi kepulangan …"     

"baik neng " jawab bi imah singkat. sambil terus membereskan barang-barang milik mamah lainnya.     

Anita segera mengikat rambutnya seadanya lalu berjalan keluar kamar. menuju ke arah pintu lift yang akan membawanya kelantai satu. tempat mengurus administrasi kepulangan mamah.     

Dengan sabar anita menunggu pintu lift terbuka untuknya …     

TING !     

"Ehhh nitt.... mau kemana?. " sosok hans muncul dari dalam pintu lift yang terbuka.     

"Mau selesaikan administrasi,… tadi dokter bilang, hari ini mamah boleh pulang… "     

"Ahhh begitu… .. aku temenin yaa…"     

Belum juga anita menyetujui. hans langsung menarik lengan anita ikut masuk kedalam lift bersamanya.     

Selama beberapa hari merawat mamah di rumah sakit, tidak sengaja timbul kedekatan diantara mereka berdua, anita tampak sudah tidak menganggap hans sebagai orang asing, atau ancaman untuk dirinya. ia sudah dapat menerima hans sebagai temannya juga.     

"Nanti aku bakal sering jenguk mamah kalau sudah dirumah.... biar mamah gak kangen sama aku. kamu gak keberattan khan nitt ?." ucap hans sok dekat.     

"Terserah… " jawab anita seadanya.     

"Kamu suka western food gak nitt, ada restoran enak di dekat sini… mau cobain gak ?"     

"Males, sukanya makan diwarteg aku mah …" jawab anita cuek , yang justru dibalas tawa sumringah hans disampingnya. ihhh … malah ngakak. Anita menatap kearah hans dengan wajah kesal. hans seolah selalu punya topik pembicaraan saat bersamanya, seolah selalu ingin membuka percakapan dengannya. meski selalu tidak di tanggapi dengan baik oleh anita. tapi hans seolah tidak menyerah. ia memilih bersikap easy going dan santai menanggapi segala kecuekkan anita.     

Dan anita tampak mulai terbiasa dengan tingkah dan dominasi hans, yang cenderung bersikap semaunya sendiri itu.     

Hanya , sering terbesit tanda tanya besar dalam hatinya. kenapa hans bisa demikian perhatian pada mamahnya. Sikapnya pada mamah terlihat begitu tulus dan manis, selama beberapa hari di rumah sakit, tidak sekalipun ia absen menjenguk mamah.     

TING !     

Mereka akhirnya tiba dilantai satu, dan anita langsung berjalan menuju ke counter bagian administrasi.     

"Excuse me … saya ingin menyelesaikan administrasi kamar 2042 …" ucap anita pada petugas receptionist yang berjaga di front office.     

"Ohh baik kak ...silahkan duduk. mohon menunggu sebentar. kita persiapkan berkasnya dulu yahh kak. … "     

"Baik … terima kasih…"     

Anita dan hans duduk berdampingan di kursi front office yang tersedia. sambil menunggu penyelesaian berkas. mereka sibuk dengan smartphone ditangan mereka masing masing.     

Tiba-tiba mata anita menangkap sosok yang tidak asing melintas dari arah lobby depan. sosok wanita cantik, berperawakan semampai, dengan kulit glowing bercahaya. berjas putih kedokteran, dan sebuah stetoskop mengantung dilehernya. mengenakan jilbab berwarna putih bersih yang memberi kesan sangat berwibawa.     

" Vi ...." panggil anita pelan, bagai tersangkut di tenggorokannya.     

Hans ikut melihat kearah sosok wanita yang sedang menjadi perhatian anita. seketika ia menelan ludahnya sendiri. tentu saja hans sangat mengenal sosok yang sedang anita lihat. namun ia memilih berpura-pura tidak melihat. ia sadar, sangat beresiko jika ia menampakkan dirinya sekarang dihadapan vivi. akan membuat hancur seluruh rencananya.     

Beruntung, vivi tidak memperhatikan keberadaan anita tadi. karena sepertinya anita juga tidak berniat untuk menyapanya.     

Anita tampak menunduk lesu. tergambar jelas kesedihan diwajah cantiknya.     

Ia seperti merasa tidak percaya diri ketika melihat vivi dengan seragam dokternya … Anita tampak melamun, dan termenung sendiri sekian waktu lamanya.     

Hans berjalan ke counter administrasi sendiri. untuk menyelesaikan berkas administrasi yang sudah selesai dicetak.     

Saat anita tersadar, dan menyerahkan kartunya. cashier itu langsung menolak dengan halus.     

"Done kak... sudah dilunasi sama suaminya …" ucap cashier itu polos sambil melihat kearah hans. Anita membalas dengan tersenyum. awkward. suami dari hongkong ?… jangan ngadi-adi mbaknya,     

"Ohh baik ... terima kasih mbak … " jawab anita segera berjalan menghampiri hans yang sengaja berdiri menunggunya dengan wajah sotoy.     

"Aku balikin sekarang … transfer kemana?. "tanya anita santai. sambil membuka M-banking miliknya.     

"Boleh … kasih sini handphone nya … " pinta hans tak kalah santai. menodong ponsel milik anita dengan terbuka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.