Shadow of Love

Tidak berhak merampas hartanya



Tidak berhak merampas hartanya

0"Baiklah …kalau kamu sudah selesai baca nanti, kasih saja langsung ke lawyer-mu, nanti dia yang akan selesaikan sisanya."     

"Iyaa aku mengerti …" jawab anita singkat. Anita tampak dingin dan sempurna dipermukaan, tapi sebenarnya hatinya begitu rapuh. ia tahu, ia tidak akan sanggup bertahan lebih lama lagi. ia berharap hans secepatnya pergi dari sana sebelum air matanya meledak. karena ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri dihadapan siapapun.     

"Kalau begitu aku pamit dulu sekarang. take care yahh " ucap hans ringan, sejenak menatap kearah anita dengan lekat.     

Anita hanya membalas dengan menganggukkan kepala pelan, seraya tersenyum getir saat hans melempar senyum indah kearahnya, sebelum kemudian membalikkan badannya kebelakang dan melangkah ringan meninggalkan tempatnya. anita melepas kepergian hans dengan tetap berdiam diri ditempatnya. membiarkan lelaki yang begitu dicintainya itu perlahan pergi dari hadapannya. tanpa sadar anita meremas dengan kuat map coklat pemberian hans ditangannya. sembari terus menatap punggung belakang hans dengan perasaan kalut. hatinya seakan hancur lebur seketika. ia merasa hans seolah sudah melepas semua perasaan cinta untuknya tak bersisa dan memutuskan untuk tidak mempertahankan dirinya lagi.     

Anita sama sekali tidak menyangka alasan hans mendatanginya saat ini hanya ingin memberinya surat perjanjian perceraian. bahkan hans telah mempersiapkan semua dengan lengkap. termasuk file pembagian harta gono gini yang telah dibuat sebelumnya dengan lawyer.     

Anita tidak menyangka jika hans sebenarnya telah menyiapkan semua rencana perceraian mereka itu jauh hari dan menatanya begitu rapi. sementara, selama ini ia masih terus berharap hans akan datang dan kembali padanya.     

Membuat anita merasa yakin jika hans sudah benar-benar tidak mau menyisakan sedikitpun celah untuk mereka berdua dapat berbaikan kembali. hatinya seolah sudah tertutup untuknya dan hans telah seribu persen mantap berpisah darinya.     

Anita menepuk dadanya yang kian terasa sesak. ia merasa benar-benar susah bernafas. seolah separuh jiwanya telah pergi darinya. ia tahu, ia kini telah kehilangan hans yang begitu dicintainya. dengan langkah berat anita berjalan tertatih menuju apartmentnya. air matanya terus mengalir deras tidak terbendung. ia menyekanya dengan tissue putih ditangannya, yang telah basah oleh air mata.     

'Hans teganya kamu…' jerit anita dalam hati. merasakan perih yang tak terkira. rasa rindunya pada hans yang selama ini ia pendam terpaksa harus ia kubur bersama rasa tidak berdaya nya.     

Anita langsung membenamkan wajahnya dalam bantal dan menangis tersedu-sedu sendirian. ia kini benar-benar merasa hopeless. hatinya hancur lebur, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. dan bagaimana dengan nasib anak dalam kandungannya ?. haruskah ia bernasib sama sepertinya yang tidak mengenal figure seorang ayah dalam hidupnya ?. Anita kembali menangis pilu. sambil menatap perut ratanya dengan berurai air mata.     

'Ahh anakku sayang. maafkan mommy nak. it's okay … don't be sad sayang, all be fine. mommy mencintaimu nak... mom so grateful have you came into my life. you're my blessings … mom will do anything to protect you … tenang saja nak… kamu akan baik-baik saja bersama mommy. …'     

Anita terus membelai lembut perut ratanya. sambil membisikkan kata cinta untuk buah hati dalam perutnya. ia seakan langsung tersadar. dirinya kini tidak sendiri lagi jadi ia tidak boleh membiarkan dirinya terus berlarut-larut dalam kesedihan dan stress. karena akan mempengaruhi baby dalam kandungannya . yang pastinya juga akan ikut merasakan kesedihan ini.     

Anita segera bangkit dari duduknya. dan langsung mengusap air mata yang membasahi wajahnya. ia kemudian duduk dengan tegap. lalu berkata pada dirinya sendiri. 'yahh… mulai saat ini aku akan memulai hidup baru ! dan aku harus menjaga kesehatan fisik dan mentalku sendiri. demi anak yang ada didalam kandunganku '. Anita lalu tersenyum cerah menatap kearah perut ratanya. dan mengusapnya berulang kali dengan lembut dan penuh cinta.     

Entah mendapat energy dari mana. dengan gesit ia langsung beranjak dari ranjang tidurnya. ia kemudian berjalan keluar kamar dan segera memutar lagu favoritenya pada music player yang connected dengan televisi. lalu ia melanjutkan berjalan kearah dapur dan mengambil segelas susu dingin didalam kulkas kemudian langsung meneguknya hingga tidak bersisa.     

*****     

Hujan turun sangat deras dan membasahi jendela mobil. hujan juga seolah membersihkan gedung-gedung pencakar langit yang semula keruh dan aspal jalanan menjadi bersih dan dingin. tetapi sayangnya hujan itu tetap tidak bisa membersihkan luka dihati anita. Anita membawa mobilnya melaju menuju kekantor pengacaranya, mereka sudah membuat janji bertemu sebelumnya via telfon. ia berjanji hari ini akan datang untuk menyerahkan document perceraian yang sudah ia tanda tangani sebelumnya.     

Anita menyetujui semua point-point gugatan hans padanya tanpa syarat apapun. akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.     

karena satu hal yang ia yakini, alasan hans melepasnya adalah karena dia telah benar benar menyerah padanya , dan menyerah dengan pernikahan mereka.     

Anita sadar. percintaan mereka memang tidak disadari pondasi yang kuat. yang langsung hancur seketika saat diterpa badai sesaat. karena mereka tidak melewati proses mengenal satu sama lain seperti pasangan normal pada umumnya. dalam hubungan mereka terlalu banyak kepalsuan dalam proses perkenalan dan pernikahan yang mereka lalui dahulu. yang kini hanya menyisakan luka begitu dalam dihatinya.     

"Selamat sore pak indra …"     

"Ahh mbak nita sudah datang ... silahkan duduk ," dengan ramah pak indra menyambut kedatangan anita dan langsung menawarinya untuk duduk dikursi tamu.     

Tanpa basa basi anita langsung menyerahkan amplop coklat yang berisi document perceraian pada pak indra. demi mempersingkat waktu. mengingat hari sudah sore dan ia harus segera pulang kerumah sebelum larut malam.     

Pak indra tampak mengerti situasi mendesak anita. ia segera membaca satu per satu, lembar demi lembar surat perjanjian perceraian itu dengan seksama, kemudian ia mengeryitkan keningnya. ekspresi wajahnya seketika berubah super serius. menatap anita dengan wajah terheran.     

"Maaf mbak … apakah mbak nita yakin tidak mau menerima pembagian harta dari pak hans?" pak indra bertanya dengan mimik wajah serius .     

"Benar. saya tidak ingin menerima sepeserpun uang darinya. saya hanya ingin bapak membantu saya menyelesaikan perceraian ini dengan bersih" sahut anita mantap.     

"Mbak nita. … pikirkan dulu baik-baik sebelum mengambil keputusan. jangan terbawa emosi sesaat. apalagi keadaan mbak nita sekarang sedang berbadan dua. Ini adalah hak kamu mbak..., mbak memang berhak menerima property dan sebagian harta pak hans ini secara hukum"     

"Jangan khawatir pak indra. saya sudah memikirkan ini secara matang. bapak tenang saja. saya mampu untuk menghidupi anak saya kelak dengan kehidupan yang layak, kalau mengenai hak anak saya kelak. biar dia sendiri yang menyelesaikan setelah ia dewasa nanti.... yang jelas tolong bantu saya menyelesaikan proses cerai ini dulu "     

"Apakah mbak nita yakin tidak akan menyesalinya" tanya pak indra, masih berusaha meyakinkan anita.     

"Pernikahan kami hanya seumur jagung ,hanya dalam hitungan bulan saja pak, saya tidak berhak merampas hartanya seperti maling yang tidak tahu diri" jawab anita lugas. mulai berbicara straight forward pada pak indra.     

"Mbak nita... tidak peduli seberapa singkatnya pernikahan kalian, itu berkedudukan sama dimata hukum, selama pernikahan itu dilakukan secara resmi secara hukum dan agama. mbak nita berhak menerima harta gono gini ini... terlebih lagi kalian tidak menandatangani perjanjian pranikah atau pemisahan harta, jadi tidak ada yang salah bila menerima sebagian harta pak hans itu". jelas pak indra terus berusaha memberi pemahaman hukum pada anita. agar membuat keputusan yang tepat untuk masa depannya.     

"Saya sangat mengerti dengan magsud baik pak indra ...terima kasih banyak atas penjelasanya. tapi saya benar-benar hanya ingin menyelesaikan perceraian ini segera, tidak ingin bertele-tele dengan masalah harta dan lainnya, jadi sekali lagi saya mohon bantuannya pak " kata anita tegas. tetap teguh dengan pendiriannya..     

"Baiklah mbak nita, kalau memang itu yang mbak nita inginkan... saya tidak dapat berbuat apa-apa lagi, besok pagi saya akan segera ajukan berkasnya ke pengadilan."     

"Terima kasih atas bantuannya pak indra, kalau begitu saya pamit dulu. takut kemalaman dijalan nihh"     

"Ahhh Iya benar. ibu hamil tidak boleh pulang terlalu malam. sangat berbahaya "     

Mereka kemudian berjabat tangan. dan berjalan keluar kantor, pak indra mengantar anita hingga ke mobil.     

"Hati-hati dijalan mbak nita … jangan ngebut bawa mobilnya yah …"     

"Iyaa pak indra. saya akan patuh mendengarkan nasehat pak indra … jangan khawatir hehehe … bye pak indra "     

Anita langsung melajukan mobilnya keluar area ruko mewah perkantoran pengacaranya itu. untuk pulang kembali ke apartment pribadinya.     

anita tiba-tiba merasa hampa. ia terus menatap kosong kearah jalanan diluar sana. ia tidak lagi menangis dan menginggat hans. air matanya kini seolah telah kering. dan hatinya sudah kembali membeku. diam-diam ia kembali membangun tembok besar dihatinya "Aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini sebelumnya, jadi aku pasti bisa melewati ini sekarang" gumam anita meyakinkan dirinya sendiri.     

Ia terus membawa mobilnya melaju dijalanan kota Jakarta, terus menyetir dengan kecepatan maksimal, melepaskan segala perasaan gundah, dan berusaha tegar melewati proses ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.