Shadow of Love

I'll be back soon



I'll be back soon

0Hans mengusap lembut sudut bibir sirena dengan tissue basah ditangannya, membersihkan bubur yang tidak sengaja tertinggal ditepi bibirnya. "Aku baru tahu kamu sangat menyukai bubur ayam naa~... " ucap hans mesra. kembali menyuap satu sendok bubur kedalam mulut sirena. yang langsung disambut senyum cerah sirena seraya membuka mulutnya sedikit lebar.     

Kepala sirena masih terbalut perban putih yang mengelilingi kepalanya dan luka ditubuhnya juga tampak sudah mengering, meskipun warna keunguan tanda lebam pada beberapa bagian tangannya masih terlihat jelas. pada kaki kiri sirena masih terpasang gips putih dari ujung tumit hingga kepangkal pahanya. dua macam cairan infus juga masih terpasang disisi tangan kirinya.     

"Good job naa~... kamu benar-benar hebat. kalau kamu menurut dan selalu makan banyak begini. kamu akan cepat pulih .. dan kita akan dapat segera berobat ke jerman, sekaligus jalan-jalan kesana iyaa khan" ucap hans exited, memberi pujian pada sirena karena telah berhasil menghabiskan satu mangkuk bubur yang disuapkan untuknya hingga tak bersisa. sirena menganggukkan kepalanya tanda setuju. seraya tersenyum cerah menatap hans penuh cinta. Hans mengusap punggung tangannya. membalas menatap sirena bersemanggat.     

Dengan sabar, hans membantu merawat sirena di waktu luangnya. meski sebenarnya sirena mempunyai perawat pribadi , yang dipekerjakan khusus merawatnya, tapi ia selalu memilih hans yang harus memberi makan padanya. atau dia tidak akan membuka mulutnya untuk makan.     

Hans sudah sangat hafal dengan sifat keras kepala sirena, dari dulu jika kemauannya tidak dituruti maka ia tidak segan-segan untuk berbuat nekat, bahkan rela menyakiti dirinya sendiri sampai kemauannya tercapai.     

Untuk menghindari sesuatu yang lebih buruk. juga demi mempercepat pemulihan kondisi sirena. hans memilih mengalah dan berusaha memenuhi keinginan sirena itu. dengan rutin datang menjenguk pada setiap jam makannya. agar dapat menyuapi sirena.     

"Apakah kamu mau berbaring sekarang " tanya hans lembut. "A-ku ... ing-in me-lihat pe-man-dangan luar ha-ans..." pinta sirena sambil menunjuk kearah jendela kamarnya. "Ohh. Okay.. " hans kemudian mengangkat tubuh sirena dengan hati-hati, mengendongnya dari tempat tidur menuju kekursi roda yang berada tepat didepannya. Hans kemudian merapikan infus sirena dan memasangnya ke tiang infus yang tersedia ditepi kursi roda. merapikan tempat kaki sirena dan pakaian sirena. lalu mendorong perlahan menuju kearah jendela.     

Hans menyibak tirai jendela selebar mungkin sehingga sirena dapat melihat pemandangan luar rumah sakit dengan leluasa. setelah memastikan sirena nyaman, hans duduk jongkok ditepi kursi roda sirena dan menatapnya penuh kesabaran. "Naa~.... aku harus pergi dulu sekarang yah , aku ada meeting penting sore ini. nanti kamu harus minum obat yang diberikan suster okay, kamu harus nurut dan tidak boleh menyulitkan suster disini ... and I'll be back soon if you're doing good." kata hans penuh kasih sayang. sambil mengenggam tangan kanan sirena dengan kedua tangannya.     

Sirena tampak mengerti dan langsung menganggukkan kepalanya dengan patuh, seraya mencoba berbicara pada hans dengan suara terbata-bata. "Ka~mu... ha-rus ....ce-pat kem-bali yah..."     

"Iyaa tentu saja. ... aku janji akan segera kembali secepatnya, but you promise me. nanti harus minum obat yang diberikan suster yahh. janji..."     

Sirena membalas dengan menganggukkan kepala pelan, "Ja-nji... " jawab sirena pelan. tersenyum hangat menyetujui keinginan hans.     

Hans segera bangkit dari jongkoknya. dan berjalan menuju ke meja didekat ranjang sirena, untuk menelfon suster pribadinya yang berada diruang jaga melalui telfon intercom. "Suster... saya akan pergi sekarang. tolong datang ke ruangan nona sirena segera,"     

"Baik pak !... saya kesana sekarang" jawab suster itu dari ujung telfon intercom sana. dan tidak berapa lama kemudian seorang suster dengan pakaian seragampink, berusia setengah baya dan berkaca mata tebal tampak mengetuk pintu kamar yang memang terbuka lebar. dan langsung menganggukkan kepalanya pada hans sebagai tanda hormat. sebelum masuk ke ruangan dan menghampiri sirena yang berada ditepi jendela,     

"Nona sirena, saya yang bertugas menemani anda hari ini....kalau perlu apa-apa. jangan sungkan untuk memberi tahu saya."     

"Sus.... sirena ingin melihat pemandangan luar. saya baru saja membawanya disini. tolong temani dia sebentar. nanti kalau dia merasa capek, segera baringkan kembali ketempat tidurnya yah ". pesan hans dengan nada memerintah. "Tolong hati-hati dengan kepalanya yah sus.... jangan sampai terbentur" pesan hans lagi, menginggatkan suster itu dengan tegas. "Jangan khawatir pak. saya pasti akan berhati-hati. . "jawab suster dengan nada tenang, seolah telah terbiasa menghadapi sikap protective keluarga pasien yang tidak percaya dengan kemampuannya."Naa~.. aku pamit dulu yahh... ingat . to be good yahh" Hans mengambil jas kerja yang ia gantung didalam lemari ruang perawatan, sembari melayangkan sekilas pandangan kearah sirena seraya melambaikan tangan say goodbye. lalu melangkah pergi keluar ruangan.     

Hans langsung masuk kedalam mobil mewah berwarna hitam yang telah menunggunya di parkiran utama lobby rumah sakit. tampak driver pribadinya sudah stand by menunggunya disana.     

"Kita jalan ke FOUR SEASONS ". perintah hans dengan suara tegas pada driver didepannya.     

"Baik pak ! !" jawab driver dengan gugup, langsung menyalakan mesin dan menyetir mobilnya keluar dari lobby rumah sakit.     

Hans yang duduk dibelakang driver, tampak sibuk mempelajari lembaran demi lembaran kertas yang sudah dipersiapkan Jenny untuknya. yang sengaja disimpan di dalam sebuah map putih dan diletakkan disamping tempat duduknya di mobil. agar mudah dijangkau hans. sesekali mata hans memandang keluar jendela mobil , seakan sedang memikirkan sesuatu yang membebaninya. begitu melihat menara hotel tempat tujuannya telah terlihat didepan sana hans mulai merapikan dasinya, mengenakan jas yang diletakkan dikursi samping. lalu mengenakan kaca mata hitamnya. hingga membuat tampilannya semakin mempesona seperti seorang aktor terkenal Korea.     

Kemudian Mobil hans berhenti tepat di depan lobby utama hotel four seasons. seorang security hotel tampak menyambut kedatangan hans dengan senyum ramah. Hans keluar dari mobilnya dengan hanya membawa smartphone ditangannya. dan langsung berjalan masuk kearah pintu entrance hotel. setelah melalui pintu detector seorang pegawai wanita yang sudah sangat mengenali siapa hans langsung datang menghampirinya dan memandunya menuju ke tempat meeting.     

Rupanya rekan bisnis hans telah booking satu meja di kafe hotel, saat melihat hans datang,     

Mereka menyambut dengan celebrasi beradu kepalan tangan , lalu saling mengenggam, dan merapatkan dada sejenak seperti celebrasi yang dilakukan oleh kebanyakan anak muda lainnya.     

Mereka tampak langsung berbincang akrab, membicarakan bisnis dengan gaya santai dengan obrolan seru sambil minum tequila favorite masing-masing. namun obrolan mereka seketika terhenti, saat ponsel hans tampak terus bergetar berulang kali. hans melihat kearah layar smartphonenya. dan raut wajah segera berubah. terlihat annoying. "Wait a minute bro... " ucap hans seraya melangkah menjauh dari rekan bisnisnya untuk menerima panggilan telfon itu."Yaa tante..." hans menjawab telfon dari seberang sana.     

"Tapi ini saya lagi meeting tante.... " jawab hans lagi seolah merasa keberattan. "Boleh saya face time dengan sirena tante, biar saya bicara langsung dengannya"     

Tidak lama kemudian hans mengganti fitur telfon nya menjadi Video call. "Naa~. listen to me.... aku belum selesai meeting sekarang, can you please take your medicine now " sirena tampak menatap hans pada video call itu, lalu menganggukkan kepalanya menuruti permintaan hans.     

memperlihatkan memakan obat yang diberikan mamanya padanya, dalam sekali telan. "Good girl ! Listen to me.... I'll be back soon, setelah selesai meeting yahh.... now, you're take a rest okay." sirena mengedipkan matanya tanda mengerti. "co-me... back ....so-on hans " pinta sirena dengan suara terbata. "Yes I will. tapi kamu harus tidur dulu sekarang. aku akan kembali kerumah sakit begitu selesai meeting disini okay..."     

"Iya-aa "     

"Good ! aku tutup telfonnya sekarang yah. bye sirena" hans kemudian menutup video call nya dengan sirena. lalu menghembuskan nafas panjangnya dengan keras.     

Hans kembali kemeja dan berbincang kembali bersama rekan bisnisnya. melanjutkan obrolan yang terputus ,sambil terus menenggak tequila dalam gelas mereka masing-masing. hingga tidak terasa mereka telah menghabiskan beberapa botol besar dimeja mereka. Hans tampak sudah sangat mabuk , kepalanya tertelungkup dimeja, tidak bergerak. begitupun rekan bisnisnya yang lain yang terlihat sama mabuknya dengannya. tampak sama payahnya seperti hans juga. wajah hans terlihat memerah seperti udang rebus akibat minum alkohol berlebihan.     

Beberapa laki-laki muda pegawai hotel yang sedang bertugas tampak menghampirinya, dan mereka semua seperti sudah tahu apa yang harus dilakukanya selanjutnya. mereka telah berkoordinasi dengan sopir pribadi hans, agar stand by di pintu keluar hotel. dengan memapah tubuh hans mereka mengantar hans masuk kedalam mobil dengan aman. sopir pribadi hans dengan sigap membantu merapikan duduk hans, lalu memakai-kan sabuk pengaman, kemudian membawa hans pulang ke tempat tinggalnya. yaitu ke apartment anita dipusat kota yanghanya berjarak sepuluh menit dari hotel four seasons.     

Anita tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya ketika melihat hans diantar pulang dalam keadaan mabuk berat. ia langsung menyuruh driver yang mengantarnya memapah tubuh hans ke sofa besar diruang tamu.     

Dengan penuh kesabaran anita mulai mengelap satu persatu bagian tubuh suaminya dengan air hangat. agar hans merasa lebih bersih dan nyaman. lalu mengganti pakaian hans satu persatu. menginggat perutnya yang kian membesar tidak memungkinkan bagi anita untuk mengangkat setengah badan suaminya itu, membuat nafasnya terengah-engah dan berkeringat. "Huh menyusahkan saja." ucap anita kesal, seraya berusaha melepaskan celana panjang hans dengan susah payah. setelah selesai mengganti pakaian hans ia membantu hans untuk minum sup hangat agar meredakan mabuknya. Anita memperlakukan hans dengan penuh cinta seperti biasanya.     

Anita tampak begitu menawan meski sedang hamil dengan perut yang membuncit. ia masih tampak sangat mempesona meski hanya berpakaian piyama tidur seadanya. dengan rambut panjangnya yang tergerai indah. wajah polosnya nyaris tanpa makeup sedikitpun. namun kecantikkanya justru kian terpancar mahal dan apa adanya.     

Hans membuka matanya perlahan. namun tatapannya seakan langsung terkunci pada sosok didepannya. " Sayang...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.