Shadow of Love

Siapa sayangmu



Siapa sayangmu

0Kedua tangan hans tampak berusaha menyentuh tubuh anita sekenanya. "Sayangku... " ucap hans, memanggil anita dalam mabuknya."Sayang... aku sangat lelah...", Anita tidak meresponse ucapan hans sedikitpun. ia terus fokus mengelap wajah dan dahi hans dengan handuk hangat.     

"Sayang.. peluk aku please. aku sangat lelah. dia benar-benar menyebalkan. terus mengikatku. ... sayang .... kamu harus bersabar yahh sampai dia sembuh. setelah itu kita pergi jauh dari sini. okay " hans berbicara dengan nada merengek. sambil meraih dan menciumi satu tangan anita bagai anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya.     

"Sayang kamu tidak boleh marah sama aku ... pokoknya tidak boleh !.. kamu tidak boleh marah. mengerti..." hans berbicara meracau dalam mabuknya.     

"Lepaskan tanganku dulu, aku belum selesai membasuh tubuhmu." ujar anita lembut, tampak bersikap sabar menghadapi hans. namun bukannya melepas tangan anita, hans justru semakin mempererat pelukannya pada tangan anita."Tidak !, aku mau terus memelukmu begini. aku merindukanmu sayang.... aku mau terus bersamamu. aku tidak akan pernah melepasmu. paham !" jawab hans galak. berkeras terus memeluk tangan anita dengan lebih erat. "Kalau kamu berkeras begini. bagaimana aku bisa membuatmu nyaman"     

"Ahh. jadi kamu ingin membuatku nyaman..."     

"Iya. jadi lepaskan tanganku sekarang."     

"Baiklah sayangku...." jawab hans dengan nada menggoda, kemudian melepaskan tangan anita dengan tidak rela. Anita kembali menyeka wajah hans dengan lembut.     

"Sayangku...."     

"Siapa sayangmu...." anita bertanya dengan suara lirih. seraya menatap kearah hans dengan bimbang. merasa takut dengan jawabban yang akan didengarnya. Hans tampak kebingungan. balik menatapnya dengan tatapan kosong. berpikir sejenak. kemudian memanggilnya dengan suara serak. "Kamu."     

"Siapa aku..."     

"Sayangku...."     

"Siapa sayangmu "     

"Kamu... Anita-ku..." jawab hans parau. lalu secara tiba-tiba ia menarik tangan anita dengan kuat hingga tubuh anita yang duduk disampingnya terjatuh kedepan wajahnya.     

Melihat wajah anita yang berada tepat didepannya. hans langsung menyambar bibir anita dan menciumnya dengan ganas. Anita berusaha mendorong tubuh hans. namun ia telah terperangkap dalam pelukan kuat suaminya itu. membuatnya tidak dapat berkutik. dan meskipun ia tidak tahan dengan bau alkohol yang pekat dari mulutnya , namun ia terpaksa harus menerima.     

"Aku menginginkanmu sayang... " seketika hans memutar posisinya dalam sekali gerakan. meskipun sedang mabuk, namun seolah tidak mengurangi tenaga hans untuk menaklukan anita seperti biasanya. ia berbaring miring disamping anita dengan tubuh bagian atas menindih dada anita.     

"Sa-yang..." sambil mencium bibir anita, hans menarik tangan anita untuk menyetuh ereksi dibawah sana. Anita menuruti keinginan hans dengan patuh, dan tangannya yang terampil melepaskan satu persatu piyama yang dikenakan anita.     

"Jangan kasar.... pelan-pelan..."     

"Aku tahu...."     

Mereka lalu bercinta sepanjang malam dengan penuh hasrat. seolah semua baik-baik saja seperti biasanya.     

.     

.     

Hari demi hari berlalu, Anita merasa hubungan mereka kian hari seolah kian jauh. ada satu waktu, ia merasa hans seperti terjebak olehnya. karena kehamilannya yang membuat hans seolah terperangkap. bagai burung dalam sangkar. terpenjara oleh ikatan pernikahan dengannya. namun sebenarnya hati dan perasaannya ada pada sirena. sikap hans yang kian dingin padanya adalah sinyal kuat yang mendukung opini itu.     

Anita masuk kedalam ruang dokter specialis kandungan pribadinya. Hari ini adalah jadwal untuk check up rutin kehamilan. ia berbaring diatas bed menghadap kearah layar komputer yang tampak menyala. seorang suster datang padanya, tersenyum sopan dan memberitahu tentang procedure yang akan dokter lakukan. suster itu menyibak kaos anita hingga dibawah dada dan menurunkan celana longgar anita tepat diatas kemaluan. untuk persiapan pemeriksaan USG.     

Seorang dokter wanita kemudian datang untuk melakukan pemeriksaan. sembari menekan perut anita dengan alat USG ditangannya. ia mengeryitkan dahinya. "Mrs. hans, apakah anda tahu bayi anda sangat aktif bergerak ..."     

"Iya dok. saya bisa merasakannya. tapi bukankah itu bagus dok. bertanda ia sehat"     

"Memang benar. namun jika terlalu aktif juga mempunyai beberapa resiko." dokter kandungan itu lalu memberitahu anita berdasarkan hasil USG yang dilihatnya, ada sedikit masalah dengan bayinya. karena terlalu aktif bergerak di dalam kandungan. membuat bayinya terlilit tali pusarnya sendiri. tentu keadaan ini sangat berbahaya. bahkan kemungkinan terburuk bayinya dapat meninggal karena tercekik tali pusarnya sendiri. untuk itu ia harus berusaha menenangkan bayinya. dokter menyarankan anita untuk terus follow up seminggu dua kali dan minum beberapa resep obat yang dapat memberi efek tenang pada bayinya.     

Anita segera menelfon hans untuk memberitahu kabar ini. "Yaaa. sayang ". Suara hans terdengar tenang dari ujung telfon sana. "Hans, aku barusan selesai check up ke dokter kandungan..."     

"Ohh i see. Is everything okay ?" tanya hans.     

"Bisakah kamu datang ke rumah sakit disini please ... ada sesuatu yang harus kamu ketahui. ini sangat penting. tentang bayi kita"     

"Ada apa dengan bayinya .... katakan padaku sekarang. jangan membuatku penasaran"     

"Kamu harus melihatnya sendiri. dan bicara langsung dengan dokterku." ucap anita tegas. dalam hatinya berharap, agar hans menyempatkan waktunya bisa datang kedokter kandungannya kali ini .     

"Sayang... aku sedang on meeting right now. aku akan telfon ibu untuk datang kesana menemanimu sekarang yahh " Anita sebenarnya tidak terkejut dengan penolakan hans. namun, saat ini ia benar-benar sangat membutuhkan perhatiannya. mengapa hans bisa demikian tega padanya. hatinya menangis dan terkoyak.     

"Tidak. tidak usah menelfon ibu ! aku akan menghandlenya sendiri. kamu lanjutkan saja meetingmu. tidak perlu merepotkan ibu untuk urusan kecilku ini." jawab anita dengan nada ketus. rasa kesalnya sudah tidak terbendung lagi. atas jawabban hans yang justru menyuruh ibu untuk menemaninya.     

"Sayang ... apakah kamu marah ". 'Tentu saja aku marah ! pada saat bikin anak saja gak melibatkan ibu. giliran ada masalah meminta ibu mengurusnya. suami macam apa itu!' batin anita penuh amarah.     

"No I'm not. aku akan tutup telfonnya sekarang. I won't bother you anymore". tanpa menunggu jawaban hans, anita langsung menutup telfon dan mengakhiri percakapan mereka. air matanya pecah seketika. membanjiri wajah cantiknya. ia benar-benar marah dan kecewa. Hans telah mengabaikan ia dan bayinya. membuatnya merasa begitu tidak berharga. bahkan untuk permintaan kecil, menemaninya pergi check up kedokter pun tidak pernah dipenuhinya dengan berbagai alasan. sementara dengan satu telfon dari sirena, ia akan langsung datang secepatnya. sungguh tidak adil.     

Hans menghembuskan nafas panjang seraya menatap layar smartphone ditangannya. ia seperti telah terbiasa dengan sikap anita yang mematikan telfon ditengah perbincangan yang tidak disukainya. namun kemudian tersenyum kecil. seakan sudah mengerti karakter istrinya saat marah padanya. ia tidak merasa khawatir sedikitpun. karena anita akan kembali baik seperti semula jika telah selesai dengan marahnya. ia tahu isterinya itu sangat pengertian pada pekerjaannya. begitulah yang hans pikirkan tentang anita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.