Shadow of Love

Don't try me



Don't try me

0Hans mengerti magsud permintaan sirena. dengan sabar ia segera merapikan posisi duduk sirena "Bu... aku antar sirena masuk ke kamarnya dulu yah, ia tidak boleh duduk terlalu lama, dan tidak boleh kecapean". hans mencoba memberi pengertian pada ibu atas kondisi sirena kini. bermagsud pamit untuk membawa sirena pergi dari taman saat itu juga. "Biar ibu yang dorong kursi rodanya ..." tanpa basa basi ibu langsung mengambil alih peganggan kursi roda sirena, ia memicingkan matanya, menatap sinis kearah pegangan tangan sirena dan segera menghempas tangan sirena pada lengan hans. Hans tersentak kaget, menatap kearah ibu gugup, ia merasa tidak tega pada sirena, tapi ia juga tidak berdaya untuk melawan ibu, hans menunduk lesu tidak berdaya. memilih diam dan patuh menuruti keinginan ibu, tanpa membantah sedikitpun.     

Hans tahu ibu sedang sangat marah padanya. satu yang pasti, sebrengsek apapun dia. pantang baginya melawan dan menyakiti ibu yang melahirkannya. itu adalah prinsip. yang tidak dapat ditawar.     

Hans membawa bungkusan buah yang ditinggalkan ibu dilantai. ikut berjalan dibelakangnya tanpa kata.     

Anita menyaksikan semuanya dalam diam. tubuhnya masih terlihat gemetar. lututnya lemas dan hampir menyerah. namun ia tidak akan membiarkan dirinya terjatuh. ibu melirik kearahnya dengan muram, melihat anita terus mengikuti setiap langkahnya dan sengaja berjalan menempel disampingnya. sementara hans terus menatap istrinya itu dengan penuh kecemasan. hatinya sedikit gentar saat melihat anita seolah bersikap tidak peduli padanya.     

"Sayang... bagaimana hasil pemeriksaannya tadi....apa kata dokter ..." tanya hans lembut, berusaha menyapa dan membuka perbincangan dengan anita, hans berjalan mendekat padanya dan mencoba menyentuh tangan anita untuk mengenggamnya. meminta anita untuk berjalan disampingnya.     

Namun anita menghindar dan tidak mau disentuh olehnya. ia tampak menundukkan wajahnya kebawah. hatinya terlalu sakit hingga tidak mampu untuk berpura pura lagi. meskipun ada ibu disampingnya. dalam hatinya terjadi pergolakan luar biasa. ia berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah. demi menjaga harga dirinya. tentu saja ia tidak mau terlihat lemah dan kalah dihadapan sirena. tidak akan !.     

"Apakah anak kita baik-baik saja..." tanya hans lagi, kembali mencoba meraih tangan anita. Ibu melirik kesamping. ikut merasakan intensitas kemarahan anita. ia mengertakkan giginya dengan kesal.     

"Huh ! ternyata kamu masih ingat punya istri yang sedang hamil..." jawab ibu kesal. sengaja menjawab pertanyaan hans mewakili anita.     

"Ibu... jangan bicara seperti itu"     

"Jadi kamu merasa tidak bersalah setelah apa yang kamu lakukan pada isterimu. lihat dia baik-baik.... tubuhnya bahkan sudah tidak bisa bergerak dengan leluasa karena sedang mengandung anakmu. tapi ia harus menghandle semua urusan kehamilannya sendiri. sementara kamu sebagai suaminya justru terus asik merawat orang lain sampai lupa waktu. dasar suami tidak bertanggung jawab !!" kata-kata ibu meluncur begitu epic. membela posisi anita dengan begitu sempurna.     

Hans hanya diam. terus menatap kearah anita lekat. ia merasa bersalah, namun tidak tahu bagaimana menjelaskan posisinya.     

Sesampai dikamar perawatan. ibu mendorong kursi roda sirena ketepi ranjang dan langsung memanggil suster pribadi sirena melalui telfon intercom yang terletak dimeja samping tempat tidur. ibu berbicara dengan suster pribadi sirena dan memberi perintah untuk segera kekamar sirena secepatnya.     

Suasana dalam kamar sirena berubah begitu mencekam...     

Ibu berbalik menatap kearah hans, mengambil bungkusan buah yang ada ditangannya dengan kasar dan langsung meletakkannya ke atas meja. lalu mengambil bouquet bunga dari tangan anita menaruhnya dalam vase dan ia letakkan pada meja ditepi jendela.     

Sirena tampak mengkode hans agar mendekat kepadanya dengan panik, namun hans tidak bergeming, terus menatap anita penuh rasa cemas.     

"Everything is done !, so you can go now !" ucap ibu sambil menatap galak kearah hans. ketika melihat suster sirena telah datang kedalam ruang perawatan sirena. Hans masih tidak bergeming. terus menatap kearah anita dengan wajah cemas. "Bukankah kamu harus kerja dan mengurus kantor ?"     

"Ehh. iyaa bu..." Hans segera menyadari situasinya. menatap kearah ibu dengan gugup.     

"Lalu mengapa kamu masih bengong disitu ? .. aku dan nita akan disini temani sirena. jadi kamu bisa pergi sekarang ! jangan khawatir, kami akan menjaganya dengan baik".kata ibu dengan nada tegas.     

Sirena segera menatap wajah hans dengan mimik tegang. sambil menggelengkan kepalanya menatap kearah hans. ia tentu paham dengan magsud kata 'akan menjaganya ' dari ibu. ia berharap hans melihat padanya dan mengerti arti tatapan matanya. ia tidak mau ditinggal sendiri bersama ibu. itu sama saja dengan menyerahkannya ke tempat penjaggalan.     

"Sayang, aku pamit dulu yah. kita bicara lagi nanti dirumah" ucap hans lirih, sambil menyentuh tangan anita sekejap. harapan sirena seketika pupus tak bersisa. ia menatap hans dengan putus asa. ia tahu riwayatnya sudah tamat.     

Hans mengerti ibunya sedang sangat marah padanya, ia menganggukkan kepalanya kearah ibu berpamit, lalu segera beranjak meninggalkan     

ruangan tanpa bicara sepatah katapun.     

Suster pribadi sirena membantumembaringkan sirena keranjang tidurnya, meletakkan cairan infus kembali ke tiang ditepi tempat tidur. memeriksa seluruh luka ditubuh sirena apakah baik-baik saja, kemudian menyelimuti tubuh berbaringnya dengan selimut branded milik sirena.     

"Are you feeling better naa... " tanya ibu hans dingin, kedua tangannya bersedekap diatas perut dan terus menatap sirena tajam. " a little bit tante.... terima-kasih tante sudah repot datang untuk menjenguk saya" jawab sirena pelan. mencoba menghindar dari tatapan ibu, menjadi salah tingkah sendiri.     

"Hmm don't worry. I'm sure ,you'll be better soon" ucap ibu dengan intonasi tajam, lalu berjalan mendekat ke tepi ranjang, dan langsung duduk ditepi tempat tidur seraya tetap menatap sirena tajam. detak jantung sirena mendadak berpacu kencang, wajahnya berubah memucat. tubuhnya kini seakan terkunci dalam perasaan terintimidasi oleh ibu yang duduk tepat disebelahnya. dan tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya.     

"Aku tahu keadaanmu sekarang belum pulih betul. tapi aku yakin. kamu akan segera sembuh cepat atau lambat ...."     

"I'm warning you naa... jangan menggunakan rasa bersalah hans untuk memaksanya terus berada disisimu !, karena itu berarti kamu memaksaku untuk bertindak tegas padamu !. kamu tentu sudah sangat paham dengan kharakterku khan !. kamu mengenalku sejak kecil. pernahkah aku bersikap begini marah padamu ?"     

"So don't try me ... don't try to push me to the limit.... atau kamu akan menyesal. mengerti.."     

Anita terhenyak seketika. tidak menyangka dengan serangan ibu yang begitu savage dan tidak terbatahkan. membuat sirena tidak berkutik dan diam seribu bahasa. berpura pura dungu dan memejamkan matanya.     

Ibu segera mengambil handbag miliknya, tanpa basa-basi dan tanpa berpamit pada sirena ia langsung menggandeng tangan anita untuk pergi meninggalkan kamar perawatan itu.     

Anita berjalan terhuyung mengikuti langkah ibu. seraya memeluk satu tangan ibu dengan erat, ibu memperlambat langkahnya. wajahnya kembali hangat dan tersenyum kecil kearah anita. mereka lalu berjalan sambil bergandengan tangan menuju kembali ke mobil.     

Anita menghembuskan nafas lega, pembelaan ibu seperti air hujan yang membasahi jiwa keringnya. menyaksikan sendiri bagaimana ibu yang tidak pernah berkata keras pada siapapun berubah menjadi ganas untuk melindunginya. Anita menatap ibu penuh cinta dan rasa kagum.     

" I love you mah …" mata mereka saling bertemu, ibu tersenyum hangat dan membelai perut anita lembut, " I love you more sayang.. ingat jaga kesehatanmu dan bayimu yahh... jangan terlalu banyak berpikir, bayimu juga akan merasakan stress yang sama jika kamu terus memendam marahmu. mengerti".     

Anita menganggukkan kepalanya mengerti. kembali memeluk lengan ibu dengan erat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.