Shadow of Love

It's okay. jangan terlalu khawatir



It's okay. jangan terlalu khawatir

0Hans tersenyum dingin. menatap mata anita yang tampak tegang. bibirnya sedikit terbuka, basah dan lembut. kancing kemejanya masih setengah terbuka, ia tadi belum sempat mengancingnya dengan sempurna, hingga tanpa sadar mengekspose buah dadanya yang begitu ranum, sangat menggoda.     

GLEK ! Hans menelan ludahnya sendiri. tiba-tiba ia merasa tenggorokannya begitu kering. menatap bibir anita penuh gairah, tatapan matanya terkunci menatapnya. ia seakan tidak pernah puas untuk menelusuri tubuh wanita dihadapannya. wajah hans semakin lama semakin mendekat kearah bibir anita. hanya tinggal satu inches saja bibir mereka bertemu, dengan gerakan reflect tiba-tiba tangan anita memblock wajah hans.     

"Bryan menangis. Aku harus kebawah sekarang" tanpa basa-basi anita langsung berlari menuju pintu dan keluar kamar tanpa permisi.     

Hans hanya dapat berdiri mematung ditempatnya. merasa sangat kecewa. ia seakan baru saja tersadar . telah melewatkan kesempatan besar didepan mata. 'Huhh ' Hans mengepalkan tangannya dengan kuat. menyesali mengapa terlalu lambat meresponse. membiarkan anita lolos darinya begitu saja.     

Hans melepas paksa dasi dilehernya. ia merasa sesak bernafas. ia membanting tubuhnya diatas ranjang. memejamkan mata, berusaha untuk menenangkan diri. Melihat anita yang begitu mempesona, membuat hasrat lelakinya bergolak hebat. seolah sejuta semut sedang merayap ditubuhnya. ingin sekali merengkuh tubuh indah isterinya itu kedalam pelukannya seperti dulu.     

Hans mengambil satu botol air mineral didalam kulkas, kemudian meneguknya dalam sekejap.     

'Damn !!! bagaimana bisa aku menahan hasratku … jika ia berada nyata didepanku !, huh shitt !!' umpatnya kesal. menggerutu dalam hati.     

Hans sebenarnya memang tidak pernah meninggalkan rumah. ia sengaja bilang pada anita bahwa dirinya akan pergi kekantor hanya agar anita dapat menikmati waktunya dirumah dengan tenang. ia tahu, anita begitu tertekan dengan kehadirannya. ketakutan jika Bryan diambil olehnya.     

Hans memutuskan untuk beristirahat diruang kerjanya. berada dilantai bawah dibelakang ruang tamu. sambil mengawasi kegiattan anita dan Bryan dari monitor cctv diruang kerjanya. saat mengetahui anita keluar sendirian dari kamar Bryan, ia sengaja terus mengawasinya. membiarkan anita berkeliling rumah dan mengenang kembali memory tentang rumah mereka.     

Namun ia tidak dapat mengendalikan diri untuk ikut menyusul anita. saat melihatnya masuk kedalam kamar pribadinya. pikirannya langsung traveling. so exited. ingin memanfaatkan kesempatan berduaan dengan anita didalam disana.     

Namun sayang, harapan tidak sesuai kenyataan. kesempatan emas itu telah pergi begitu saja. Hans menggigit bibirnya kuat. merasa kesal kenapa ia tadi begitu slow response. sungguh menyebalkan. Hans berusaha menenangkan dirinya.ia tampak melakukan push- up , sit- up dan beberapa gerakan otot dilantai kamarnya sendiri untuk meredakan hasratnya yang memuncak saat ini.     

.     

.     

.     

Anita berjalan turun ke lantai bawah dengan langkah tergesa, jantungnya berdegup kencang, ia tidak menyangka hans akan pulang kantor secepat ini. dan memergokinya masuk kedalam kamarnya. ".     

Huh kenapa sial sekali nasibku ! " Anita meruntuk dirinya sendiri, ia memukul kepalanya dengan pangkal tangannya.     

"Buk ..."     

"Awwwh !!" Anita langsung berteriak terkaget,     

"Aaawwwh !!!" mbak fitri yang berada dibelakangnya juga tak kalah kaget. ikut berteriak tidak kalah kerasnya. ia langsung memeluk dinding dibelakangnya. bagai cicak yang sedang belajar merayap didinding.     

"Mbak!!! ngaggetiin aja, " pekik anita kesal. ingin rasanya memukul pantat mbak fitri dengan keras. tapi niatnya seketika lenyap, saat melihat wajah pucat mbak fitri yang juga tak kalah kaget seperti dirinya. mereka berdua akhirnya justru tertawa terbahak. "Mbak fitri lain kali kalau mau ngaggetiin bilang-bilang dulu .... ibuk tadi beneran kaget nih..."     

"Lagian buk..... fitri gak niat mau kagettin ibu. ibunya aja yang gak fokus. bengong didepan pintu macam satpam mall"     

"Huh enak aja..."     

"Ehh itu buk, saya mau ngasih tahu ... adek badannya tiba-tiba anget, barusan saya ukur suhu tubuhnya 37,8 buk..." kata mbak fitri sopan. kembali fokus ketopik pembicaraan.     

Anita terkejut, ia langsung masuk kedalam kamar Bryan. untuk memeriksa sendiri keadaan Bryan, ia segera mengambil thermometer telinga dan mengukur sendiri suhu tubuh puteranya.     

"Iya. badannya sedikit panas mbak..." ia lalu menempelkan punggung tangannya didahi Bryan. ia dapat merasakan suhu tubuh Bryan yang memang agak panas.     

"Mbak, tolong siapin obat panas sama air putihnya adek yah... biar ibu sendiri yang suapin ke Bryan..."     

"Emm maaf buk.... sebenarnya saya lupa membawa obat panas adek buk.... masih tersimpan dirumah bu jenny. soalnya tadi pagi adek baik-baik saja. jadi saya gak kepikiran buat bawa obat panas segala"     

"Hah ! .... jadi gimana dong mbak..."     

"Kalau begitu siapin dulu kompres hangat untuk adek. juga air putih dalam botol yah mbak ..."     

Anita mencoba untuk tenang, dan tidak panik. ia terdiam sejenak. berusaha mencari solusi. beberapa detik kemudian ia seperti mendapat ide, ia langsung mengambil ponsel disampingnya dan menelfon Jenny.     

"Jenn.... apakah kamu sedang sibuk ?"     

"Ehh nit. biasa saja. ini lagi beres-beres file, mau prepared pulang"     

"OH. kebetulan sekali.."     

"Ehh...Gimana..gimana ?"     

"Jen... bisa minta tolong gak?, nanti kalau sudah sampai rumah, tolong ambilkan obat panas Bryan yang disimpan dikulkas bagian atas, botolnya berwarna yellow dan purple... minta tolong dua-duanya dikirim kerumah hans please... pake delivery aja jen biar praktis."     

"Hahh ! Bryan panas??"     

"Iyaa badannya agak anget sekarang ... takutnya nanti malam suhu tubuhnya tambah naik,"     

"Kok bisa... tadi pagi ia masih baik-baik saja kok. btw, jadi sekarang kamu ada dirumah bapak bukan ?"     

"Iya jenn... Aku harus temenin Bryan tinggal sementara dirumah daddynya. maaf yah Jen, kita pergi gak pamitan dulu sama kamu. Hari ini benar-benar hectic. jujur. sebenarnya juga gak pengen tinggal disini... semua serba mendadak tadi," keluh anita. Anita tiba-tiba menghentikan ucapannya. menghela nafasnya panjang. menatap Bryan dalam pelukannya dengan tatapan kosong.     

"Nanti aku ceritain semua kalau kita ketemu .."     

"Iyaa. it's okay. aku ngerti kok..." Tentu saja jenny sangat memahami situasi anita saat ini. ia sangat paham tekanan yang dihadapi sahabatnya itu. menginggat ia sangat tahu betul bagaimana sifat bossnya yang sangat arrogant dan mendominasi.     

"Ya udah .. aku msu bersiap pulang sekarang. nanti aku bawain obatnya Bryan kesana"     

"Kamu kirim pake ojek saja jenn. gak usah diantar sendiri, ngerepottin kamu saja.."     

"Gak repot kok nit... aku juga ingin sekalian lihat Bryan. kangen tau' ... yaa udah kamu perhatiin Bryan saja, kabarin aku yahh kalau ada apa-apa     

"Iyaa Jenn. pasti ! ... terima kasih jenny. hati-hati bawa mobilnya yah"     

"Iyaa. Tenang saja...."     

Telephone berakhir.     

.     

.     

Tak Tak Tak !     

Derap sepatu Hans terdengar mendekat. berjalan masuk kekamar Bryan,     

"Ada apa ? Kenapa Bryan menangis ?"tanya hans pada anita. Bryan tampak rewel. Bryan menolak minum air putih yang diberikan anita. wajahnya terlihat memerah. ia terus bergerak tidak nyaman, seolah ingin kabur dari pelukan Anita.     

"Bryan sakit. badannya tiba-tiba panas.... " jawab anita singkat, tidak dapat menyembunyikan ekspresi cemas diwajahnya. ia tampak terus berusaha menenangkan puteranya. menimang Bryan dalam pelukannya sembari terus menepuk punggung belakang Bryan dengan lembut.     

"Hahh ! kok bisa.... Ayokk kita bawa Bryan kedokter sekarang juga " seketika Hans ikut panik, ia langsung mengandeng pinggang anita, menggiringnya keluar kamar, untuk membawa Bryan pergi periksa kedokter bersamanya.     

"Tidak usah panik. tunggu dulu sebentar. aku sudah kasih minum air putih barusan, siapa tahu berhasil meredakan panasnya… aku juga sudah menyuruh jenny untuk mengirim obat panasnya kesini. kita tunggu beberapa jam lagi, nanti kalau keadaan-nya belum juga ada perubahan, baru kita bawa kedokter"     

"Apa gak kelamaan yank.... kenapa harus nunggu hingga beberapa jam lagi ?, kalau nanti justru tambah parah bagaimana ?"     

"Kamu tenang saja. Bryan memang suka begitu, dia tidak bisa kelelahan. daya tahan tubuhnya masih lemah, jadi gampang terserang flu. juga mungkin karena ia belum terbiasa dengan kamar barunya disini, jadi ia tidak bisa tidur siang dengan nyenyak tadi...."     

"Ahh anak daddy... kasian sekali...." Hans menganggukkan kepalanya mengerti. raut wajahnya tampak merasabersalah. ia membelai kepala Bryan dengan lembut. menatap kearah puteranya dengan tatapan cemas. memilih tidak melanjutkan protesnya lagi.     

"It's okay. jangan terlalu khawatir. Bryan akan baik-baik saja ... anak kecil begini wajar kok." jelas anita, menenangkan hati hans, agar tidak terlalu khawatir dengan keadaan Bryan. mereka saling bertatapan penuh arti. saling menguatkan. mereka seolah berdamai dengan sendirinya. Anita bahkan tidak keberatan ketika Hans menyuap makanan untuknya sementara ia sibuk mengurus dan mengendong Bryan dalam pelukannya. ia membuka mulutnya dengan lebar ketika hans menyuap nasi untuknya. Anita tahu, ia tidak boleh egois. ia harus tetap sehat dan punya energy untuk menjaga puteranya. karena hampir seharian ini ia tidak makan apapun. maka ia menerima saja ketika hans berinisiative menyuap makan malam untuknya.     

Mereka semakin kompak. saling bahu membahu merawat Bryan.     

Anita tidak menyadari kancing kemeja putihnya tersingkap , kancingnya terbuka terlalu rendah kebawah. seketika membuat Hans tidak fokus. tentu saja ia tidak bisa menghindari pemandangan indah didepannya. matanya mencuri pandang kearah belahan dada anita yang tampak menyembul ranum mempesona. buah dada anita terpampang indah menyempul diantara wajah Bryan yang berada dalam pelukannya.     

Hans menahan nafas dengan hati-hati. ia merasa kepanasan didalam kamar Bryan yang jelas-jelas ber AC dingin. tidak dapat mengendalikan hormones lelakinya.     

"Hans.... !" tiba-tiba anita memanggilnya.     

"Yaaa...." Hans menoleh kesamping. menelan ludahnya dengan cepat. sorot matanya berbinar cerah. menatap kearah anita penuh harapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.