Shadow of Love

Ternyata pergi demi berondong muda



Ternyata pergi demi berondong muda

0"Bagaimana Jenn. Apakah semua persiapan meeting sudah beres ?!" tanya Hans, menelfon Jenny dari dalam mobil yang membawanya menuju kekantor.     

"Hehehe, tenang saja pak. semua masalah sudah beress !!" jawab jenny santuy, menjawab telfon dari hans dengan nada exited.     

"Wuihh. Semanggat bener jawabnya. ada apa nihh gerangan ?..tumben amat ..." hans mengerutkan keningnya, merasa penasaran.     

"Ahh, masa bapak lupa sih, bukannya tadi bapak sendiri yang ngasih perintah, agar saya membereskan bu sirena, terserah saya bagaimanapun caranya hehehe...."     

"OH itu....jadi gimana, kamu berhasil ngusir dia atau ngak?"     

"Tentu saja sudah dong pak ! siapa dulu... Je~nny" jawab Jenny percaya diri. menepuk dadanya sendiri penuh rasa bangga.     

"Hah serius ?, hebat bener kamu Jenn... emang kamu apain dia, bisa nurut begitu ?" tanya hans terheran, ia tidak menyangka jenny benar-benar berhasil membuat sirena pergi dari kantornya tanpa incident apapun, menginggat kharakter keras kepala sirena, yang tidak akan tunduk dengan siapapun. apalagi pada permintaan seorang jenny. lalu bagaimana caranya Jenny dapat menaklukan sirena tanpa perlawanan ?. Hans tampak berpikir keras, tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya pada jenny.     

"Umm actually it's not a big deal pak..." jawab Jenny sok iyes. berlagak diplomatis.     

"Hahaha... Okay ... Okay. whatever.... aku apresiasi kerja kerasmu jenn. good job Jenn !.... don't worries , I'll give you big rewards you deserve"     

"Hah. Serius pak !, beneran dapet hadiah nihh pak ..as~eekk"     

"Tenang saja, nanti aku traktir kamu belanja sepuasnya di PI , tapi dengan satu syarat ..."     

"Hah kok masih pake syarat segala ..."     

"Tenang saja. Syaratnya gampang kok. gak bakal menyulitkanmu.... nanti, kamu hanya perlu ajak nita ikut shopping bersamamu ke PI. terus kamu yang bayarin belanjanya, tapi pake kartuku. bagaimana ?"     

'Hadeuh dasar bucin. kalau emang cinta ngapain gengsi. ngomong aja ke orangnya langsung, antar sendiri pergi belanja... dengan begitu bukannya justru lebih menguntungkan untuknya. nita jadi tahu jika kamu masih menaruh perhatian padanya... dan kalian bisa berbaikan lagi' gumam Jenny sotoy. memarahi ponsel ditangannya dengan geram. 'Ada jalan pintas yang lebih mudah. ngapain malah milih muter-muter gak jelas '     

"Ahh beres pak. kalau itu mah ke~ciill... serahkan semua pada saya hehehe "     

"Hahaha good...good ... aku suka gayamu sekarang Jenn. … then, sampai ketemu dikantor !".     

'ternyata bisa gokil juga nih sekretarisku. perasaan dulu kaku macam kanebo kering kgkgkg' gelak hans terkekeh.     

.     

.     

.     

Prastian tampak menghisap rokoknya dalam-dalam. menatap layar ponselnya cemas. memikirkan anita, yang tidak memberi kabar padanya beberapa hari terakhir. Prastian bahkan tidak dapat tidur dengan nyenyak memikirkan anita menghabiskan harinya bersama hans saat ini. sejak saat anita pergi meninggalkan rumah Jenny beberapa hari yang lalu. ia belum mendapatkan kabar anita sama sekali. semua panggilan telfonnya tidak dibalas. ingin sekali ia menanyakkan pada Jenny tentang bagaimana keadaan anita. tapi ia ragu. ia takut jenny tidak akan mau memberitahunya.     

Prastian terus berpikir keras, bagaimana caranya agar dapat mendapatkan kabar dari Anita. Pikirannya terus berkelana untuk mencari cara agar dia bisa menghubungi wanita itu. Disela kebimbangannya tiba tiba ponsel miliknya berbunyi. Pras selalu mengambil ponsel yang berada di sampingnya. Lalu dengan segera menerima meskipun tak ada nama pemanggil di sana     

"Pras— ini aku Nita, ini nomor baruku." Suara yang ia rindukan terdengar di telinganya begitu lembut. Tentu saja dalam sekejap Pras bisa mengenali suara itu.     

"Nit, bagaimana keadaanmu? kamu di mana sekarang? aku benar-benar mencemaskan kamu," kata prastian, yang langsung memborbardir pertanyaan pada Anita.     

Anita jelas mengerti kekhawatiran yang tengah dialami oleh Prastian. Itulah juga yang menjadi salah satu alasannya menghubungi pria itu menggunakan nomor barunya. ia tahu saat ini prastian pasti sedang mencemaskan dirinya. kenyataannya ia tidak mungkin bisa berbicara dengan prastian dengan tenang, selama hans berada didekatnya. ia tidak ingin memancing emosi Hans. ia tidak mau terjadi perang antara hans dan prastian untuk yang kesekian kalinya. jadi ia menggunakan kesempatan keluar rumah kali ini untuk menjelaskan situasinya pada prastian secara langsung. biar bagaimanapun prastian berhak tahu keadaannya. prastian telah banyak membantunya selama ini. bagaimana mungkin ia bisa langsung melupakannya setelah bertemu dengan hans kembali.     

"Pulang kerja, kamu jemput aku yahh... Jemput di kantor. saat ketemu nanti, aku akan ceritakan semua ke kamu." Anita berkata kepada Prastian. Anita tak ingin membuat Pras menjadi lebih cemas.     

Sementara itu pertanyaannya belum mendapatkan jawaban dari Anita. Pras lalu kembali bertanya mengenai lokasi wanita itu saat ini. "Kamu sekarang di mana?"     

"On the way ke kantor," jawab Anita singkat. Anita meminta ijin ibu untuk pergi kekantor. dengan alasan ia harus bertemu klien penting. beruntung ibu tidak merasa keberatan, ibu bahkan menawarkan diri akan membantu menjaga Bryan selama ia pergi ke kantor. 'Ahh mamah memang yang terbaik' gumam anita dalam hati.     

"Ohh, i see, hati-hati di jalan yahh, aku jemput kamu pulang kantor nanti...," ucap Pras, berjanji kepada Anita.     

"Okay, see you pras...." Anita kemudian mengakhiri panggilannya dengan Prastian.     

Sore hari kemudian....     

Prastian memastikan telah menyelesaikan semua pekerjaan hari ini. ia menutup laptop dan memasukkan kedalam tas khusus laptop miliknya. hatinya merasa tidak sabar untuk segera bertemu dengan anita. perasaan rindu, cemas, exited bercampur menjadi satu. Beruntung sore ini jalanan tidak terlalu padat. Membutuhkan waktu lebih kurang lebih sepuluh menit menuju kantor Anita. Itupun karena jalan yang tak terlalu macet hari ini. saat ia tiba di sana, terlihat Anita sudah menunggunya, wajah prastian seketika berubah cerah, hatinya berbunga-bunga saat melihat anita berlari kecil menuju ke mobilnya. perasaan ini seperti membawanya kemasa lalu. pada saat mereka masih berstatus sebagai sepasang kekasih. kala itu, Anita selalu berdiri didepan gerbang kos demi menunggunya datang menjemput, agar mereka dapat pergi bersama ke kampus.     

Prastian tersenyum kecil penuh arti. hatinya kini bagai gerimis. begitu sejuk dan indah.     

"Kamu sudah lama menunggu?" sapa Prastian, seraya ikut membetulkan seat belt yang dikenakan Anita yang duduk di sampingnya.     

Anita menggelengkan kepalanya kemudian menjawab pertanyaan dari Prastian. "Tidak juga, kebetulan aku juga baru keluar kok."     

Bibir prastian melengkung keatas. 'Huhh dasar keras kepala. jelas-jelas kamu sudah menungguku dari tadi. ! masih saja tidak mau mengakui...'     

"Kita mau ke mana?" tanya prastian santai. sambil mulai melajukan mobilnya keluar dari area kantor anita.     

Anita berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menjawab penawaran dari Pras dengan antusias. "Kita cari tempat makan yuk?"     

"Kamu mau makan apa?" tanya prastian lembut.     

"Apa aja," jawab Nita.     

"Kita ke Pasific Place ya? Ada resto seafood yang enak di sana," tawar Pras. Hanya itu saat ini restoran yang tersirat di benaknya. Dan Ia berpikir kalau Anita pasti akan suka.     

"Boleh," jawab Anita sambil anggukan kepala.     

Prastian langsung melajukan     

mobilnya ke arah sudirman. Menuju ke restoran seafood favoritnya. Perjalanan memakan waktu yang tidak terlalu lama dari kantor anita. Meskipun jalanan cukup padat, tapi tidak ada kemacetan.     

Sampai kemudian akhirnya mereka tiba di restoran yang dimaksud oleh Prastian. Keduanya kemudian segera duduk di meja dekat dinding taman. mereka langsung memesan makanan mereka masing-masing. Sambil menunggu makanan mereka tersaji, keduanya mengobrol ringan sambil menunggu pesanan mereka datang.     

Mereka tengah asik berbincang ketika tiba-tiba cahaya blitz kamera memapar wajah anita berulang kali. Anita merasa silau, reflect ia menoleh ke samping. menghadap kearah cahaya. dan seketika wajahnya langsung membeku. ia tampak terpana menatap sosok wanita didepannya. 'Sirena.....' gumamnya lirih.     

Sirena tampak berdiri di samping mejanya. ia masih tampak memegang ponsel ditangannya, terus merekam pertemuan mereka. juga mengambil foto Anita dan prastian, dengan ponsel miliknya.     

"Hiii Nit, long time no see," ucap sirena. menyapa anita santai, ia kemudian mengambil duduk di samping prastian.     

'Hmm baguslah. ternyata ia sudah sembuh sekarang. cepat juga prosesnya...' batin anita bersyukur. ia tidak menyangka ternyata sirena telah sembuh seperti semula. padahal saat terakhir kali ia melihatnya saat itu. kondisinya masih sangat serius dan terbaring lemah di rumah sakit.     

Sirena memandang kearah Prastian dan Anita secara bergantian , matanya bagai scanner yang meneliti mereka dari ujung rambut hingga ujung kaki.     

Sirena menatap sinis kearah anita. bibirnya yang sensual terbuka seolah sedang menantangnya. penampilannya begitu stylish, masih seperti dulu. mengenakan pakaian branded sebagai outfitnya, dengan kaca mata hitam melekat pada wajah cantiknya, serta make up tebal, dan lipstick merah menyala, secara keseluruhan penampilannya terlihat bagai artist terkenal ibu kota.     

Prastian tampak merasa risih dengan tatapan Sirena yang tampak menyelidik penuh kebencian padanya dan anita.     

"Siapa kamu ?" tanya Prastian dengan nada ketus. balas menatap Sirena dengan tatapan dingin, mengintimidasi.     

Namun, jelas saja gadis itu sama sekali tak teritimidasi. ia hanya tersenyum samar seolah mengejek.     

"Dasar tidak sopan !, seenaknya saja mengambil gambar orang lain tanpa ijin ! Apakah kamu tidak pernah belajar tentang attitude ?" ucap Prastian lagi, satu tangan prastian menjulur ke depan, berusaha merebut ponsel milik Sirena.     

Tetapi dengan gerakan tak kalah sigap. Sirena langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas miliknya.     

"Kamu tanya dong sama pacarmu itu, dia kenal kok siapa aku... bukankah begitu anita....," jawab Sirena santai, diikuti tatapan genit ke arah Prastian, dan langsung beralih menatap Anita tajam.     

Anita tampak memberi kode pada Prastian dengan matanya, sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali agar tidak memperdulikan aksi Sirena. 'Ternyata ia sama sekali tidak berubah... sifatnya masih sama seperti yang dulu. arrogant dan bossy'     

"By the way, selera kamu bagus juga Nita. Selalu mendapatkan yang segar dan enak dipandang," sindir Sirena on point, seraya menatap ke arah Prastian sinis.     

"Aku ingin tahu reaksi Hans, kalau dia melihat foto ini. Bagaimana kalau ia tahu jika isteri yang ia cintai selama ini ternyata pergi meninggalkannya demi berondong muda. Upppss!" lanjut Sirena. Sambil melihat kearah ponsel miliknya yang berada di dalam tas. penuh kemenangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.