Shadow of Love

Kamu sudah mendapatkan hatiku



Kamu sudah mendapatkan hatiku

0"Dasar wanita gila !" maki Hans kesal, wajahnya terang-terangan menunjukkan rasa jijiknya pada Vanessa. namun Vanessa tidak peduli, ia tersenyum dengan penuh percaya diri. dan justru mendekatkan bibirnya tepat didepan telinga Hans, "Dan wanita gila ini, akan menunggumu... at room 37,Anyelir.... kau bisa datang setelah selesai dengan isterimu... jangan khawatir, aku akan bersabar menunggumu. okay" bisik Vanessa pelan, ia lalu kembali duduk dengan tegap, dan mengedipkan satu matanya kearah Hans sambil menyesap sampanye dalam gelasnya dengan ekspresi tenang.     

"Jangan malam ini.... nanti isteriku curiga," jawab Hans gusar. seolah sedang memohon pengertian Vanessa.     

"Kalau begitu, Sepertinya kau harus bekerja lebih keras lagi, agar ia tidak mengetahuinya... ",     

"Ness.... dengarkan aku. kamu tidak boleh egois begini padaku. kita ketemu dijakarta saja. Okay."     

"Tapi aku menginginkanmu malam ini...." jari kelingking Vanessa mengikat erat satu jari kelingking Hans didepannya. mereka saling bertatapan penuh arti.     

"Aku pasti akan menepati janjiku..." ujar Hans tegas. meyakinkan Vanessa.     

Vanessa menatap kearah Hans dengan lekat, seolah sedang mempertimbangkan ucapan Hans padanya.     

"Baiklah. kita bertemu di Jakarta. kamu kosongkan waktumu tanggal sepuluh... kita bertemu ditempat biasa...."     

"No... i can't, tanggal sepuluh aku ada business trip ke japan, ... another day..."     

Wajah Vanessa langsung bercahaya. menatap kearah Hans exited.     

"Great... kalau begitu aku akan menemanimu kejepang saja. jadi kita bisa bebas bermain sepuasnya disana. bagaimana ?,"     

"Hmm...terserah kamu saja..."     

"Deal !"     

"Kamu urus visa dan tiketku...."     

"Aku tahu. tenang saja nanti aku yang atur..."     

"Good !. that's my man !"     

Anita berjalan kembali kemeja makan. dari kejauhan ia dapat melihat dengan jelas, Hans dan Vanessa tampak duduk sangat dekat sambil berbincang. kepala Hans sedikit tertunduk kearah Vanessa. sementara wajah Vanessa miring kearah Hans. tangan Vanessa yang putih dengan kukunya berwarna merah memegang lengan baju Hans yang berwarna terang. bahasa tubuh mereka mengisyaratkan keintiman dan percakapan dengan suara rendah itu seolah menegaskan kedekatan mereka berdua.     

Setelah beberapa saat. wajah Hans menjadi cerah, Hans tersenyum kearah Vanessa sambil menepuk puncak kepalanya dengan mesra.     

Anita terpaku ditempatnya. hatinya terasa panas dan terbakar, 'Nita.... jangan negative thinking !, kamu harus percaya pada Hans... dia sudah menjelaskan segalanya !, tidak ada apa-apa diantara mereka. Jangan membuat kesalahan lagi. dewasalah !' Anita berusaha meyakinkan diri. bahwa apa yang terlihat saat ini, tidak seburuk seperti yang dibayangkannya.     

Tadi Hans juga sudah menjelaskan siapa Vanessa dengan gamblang. juga menegaskan siapa dia untuk Hans dengan terbuka. semua sudah jelas.... jadi bukankah seharusnya ia tidak bersikap cemburu buta lagi.....     

"Sayang kamu sudah kembali..." sapa Hans gugup, saat melihat kedatangan Anita.     

"Iya..." Anita kembali duduk dikursinya, otomatis memisahkan kedekatan antara Hans dan Vanessa.     

Baru saja Anita menghempas pantatnya dikursi. Vanessa segera bangkit dari tempat duduknya,     

"Hans ... nita.. kalau begitu aku tidak akan menganggu waktu kalian lagi.... kalian lanjutkan bersenang-senangnya. aku pamit pergi dulu, mau cuci mata ke bar sebentar, siapa tahu aku beruntung menemukan pasangan untuk menemani tidur malam ini hehehe..." ucap Vanessa berseloroh, "Kalau begitu cepat pergi sana ! tunggu apa lagi !" balas Hans, sengaja mengusir. Vanessa membalas dengan mencibir bibirnya pura-pura galak, ia kemudian berlalu pergi sambil membawa sampanye dalam gelas itu bersamanya.     

.     

.     

.     

Hans mendengakkan kepalanya keatas. ia menyandarkan tubuhnya ke tiang kokoh bangunan ditepi private pool dikamarnya, pandangannya terlihat sendu, menatap ke langit biru yang tampak indah diatas sana. sesaat kemudian asap rokok mengepul putih keluar dari mulutnya perlahan. entah mengapa ia merasakan dadanya terasa sesak.     

'Kenapa aku bisa sial begini... kenapa masalah selalu datang disaat aku sedang baru memulai bersama nita lagi.... Kenapa masa lalu seakan tidak rela melepaskan kebahagiaanku.... apa sebenarnya salahku ...' gumam Hans pilu, mengerutu kesal. ia kembali menghempas nafasnya panjang. dan asap rokok kembali membumbung diudara sekitarnya.     

Hans merasa marah pada dirinya sendiri. mengapa tidak mampu mengatasi kelemahannya sendiri. ia membuang sisa rokoknya dan menginjaknya hingga berantakan. tubuhnya merosot kebawah. ia lalu mengusap kepalanya dengan kedua tangannya. mencoba melepaskan beban berat dan rasa bersalah dalam hatinya.     

Sekian waktu kemudian, ia merasa lebih tenang, ia kemudian berdiri. lalu berjalan kembali ke dalam kamarnya. ia mendapati isterinya tampak tertidur lelap diranjangnya.     

Dengan gerakan pelan, Hans ikut berbaring disamping tubuh Anita , seketika bibirnya melengkung, tersenyum kecil menatap wajah isterinya yang terlihat tidur dengan begitu tenang dan tanpa beban. ia membelai wajah polos anita dengan lembut, Anita memang berbeda, ia teringat kebiasaan aneh Anita, betapapun ia sedang menghadapi masalah seberat apapun, namun yang jelas tidak akan pernah bisa menganggu tidur isterinya itu. 'Dasar tukang tidur !' Hans memukul ujung hidung anita dengan jari telunjuknya pelan.     

Anita merasakannya. matanya langsung terbuka, namun detik selanjutnya kembali terpejam dan langsung mengusir jari telunjuk hans dari ujung hidungnya, bagai sedang mengusir nyamuk. Hans tertawa lebar dalam diam, matanya terus mengawasi isterinya. dalam hatinya ia begitu mengaggumi kepolosan dan keindahan wanita didepannya itu , ia sadar tidak mudah baginya untuk dapat menyentuh dan memilikinya kembali seperti saat ini. merasakan kembali kehangatan sikapnya padanya. 'Maafkan aku sayang... aku janji akan menuntaskan ini segera. dan tidak akan mengulanginya lagi....'     

Hans mengecup puncak kepala Anita dengan lembut. ia kemudian merekatkan pinggang Anita padanya. sengaja menempelkan pada tubuhnya. hingga nafas mereka saling bertabrakan dan menyatu. ia menatap wajah polos Anita yang begitu menggoda, membuat gairah lelakinya seolah membuncah naik. Hans menyentuh dahi Anita dengan telunjuknya, kemudian merunut terus menyentuhnya turun ke hidung, kemudian turun ke bibir, ke leher dan terus turun kebagian bawah tubuh isterinya.     

Hans menatap lekat isterinya, menempelkan bibirnya pada bibir Anita dan melumatnya pelan. Anita langsung terbangun, ia membuka matanya, ia tidak terkejut, ia tahu saat ini Hans sedang menginginkannya, Anita hanya tersenyum, ia segera merangkulkan kedua tangan ke leher suaminya dengan mesra. menyambut ciuman suaminya, dan membalasnya dengan tak kalah panas. menikmati setiap sentuhan Hans ditubuhnya. mereka berdua saling berbalas ciuman intimately. Hans meremas buah dada anita, lalu menghisapnya dengan lembut dan dalam.     

Anita mulai mendesah pelan. Hans bergerak menyatukan tubuh mereka. saling memberi dan menerima dengan cara yang paling primitive. saling membelai mengikuti harmony lagu milik mereka berdua.     

Anita menahan teriakkan yang mencakar tenggorokannya. merasakan kejantanan Hans yang menghujam hebat kedalam dirinya. begitu kuatnya menghancurkan tiap penghalang.     

Anita melayang.... "Sayang ...." satu patah kata itu terdengar menembus udara. membuatnya merasakan kehangatan yang begitu ia rindukan.     

.     

.     

Setelah bersabar selama lima hari penuh. akhirnya Jenny menyerah juga. ia merasa tidak tahan lagi dengan kehadiran Prastian dirumahnya. yang semakin hari semakin bersikap seenaknya sendiri, seolah menganggap rumahnya bagai miliknya sendiri. Jenny menghela nafas panjang. mencoba mengatur nafasnya. ia menepuk wajahnya sendiri, agar menampilkan ekspresi wajah senormal mungkin. ia menatap pintu kamar didepannya dengan gugup. lalu dengan berhati-hati ia mulai mengetuk pintu kamar itu beberapa kali.     

"Pras.... bisa keluar sebentar gak .... aku mau bicara," ucap Jenny sopan, berbicara dari depan pintu kamar tamu yang sekarang digunakan prastian.     

Jenny menunggu dengan sabar reaksi Prastian. dan tidak berapa lama, ia mendengar suara langkah kaki mendekat kepintu.     

"Ada apa... " Prastian keluar kamar dengan wajah berantakan, membuka pintu kamarnya dengan santai.     

"Kapan kamu berencana meninggalkan rumahku."     

Tanya Jenny on point. rasa respect nya langsung menghilang setelah melihat reaksi tidak hormat Prastian padanya.     

"Ohhh itu.... jadi kau berniat mengusirku ?... asal kamu tahu, sebenarnya aku sudah berniat pulang kerumah kemarin.... tapi unexpectedly kamu menyerangku tiba-tiba. see.... lihat nih. bekas luka lebamku juga belum sembuh"     

"So....."     

"Yahh, kamu harus bertanggung jawab !. setidaknya kamu harus membiarkan aku tinggal disini sampai lebam ditubuhku sembuh, setelah itu, baru aku pulang kerumah... khan ini salahmu. jadi itung-itung ini bentuk pertanggung jawaban kamu padaku,"     

"Apakah aku gak salah dengar ?!, cuma lebam kecil begini, kamu se-dramatis itu. ohh my..." ujar Jenny mencibir, seolah tidak percaya dengan kelakuan Prastian.     

"Bagaimanapun ini bukan lebam biasa jenn... ini bisa dikategorikan KDRT .... bisa dilaporkan ke pihak berwajib dan ke komisi perlindungan Pria ... ini termasuk tindak pidana kejam. Aku sudah dokumentasikan semua bekas lukaku ini. untuk jaga-jaga sebagai bukti otentik kalau kamu nanti berani menghajarku lagi."     

Jennifer tersenyum getir, giginya gemeretak menahan marah. 'Huhh dasar biawak licik. gak tahu di untung !! gak tahu berterima kasih ! tukang drama !' geram Jenny dalam hati. ia tidak menyangka Prastian bisa berpikir sejauh itu dan berani mengancamnya.     

"Jadi kau bermagsud mengancamku sekarang?"     

"Ahh... aku ? mana berani aku mengancamu Jen.."     

"Terus. kalau bukan untuk mengancamku. Apa magsud kata-katamu tadi.... sengaja mendokumentasikan luka kecilmu itu juga"     

"Jangan negative thinking dulu padaku. ini hanya buat jaga-jaga saja kok.."     

"Berjaga- jaga kenapa ? "     

"Agar kamu bersikap manis padaku "ucap prastian dengan ekspresi genit.     

"Ew-wwh dasar mesum !."     

Jenny spontan menjauhkan dirinya dari Prastian, wajahnya tampak enggan, tidak ingin menjalin kontak fisik dengan Prastian.     

"Mau kemana... aku belum selesai bicara..."     

Prastian reflect mengambil tangan kiri Jenny, menghalangi Jenny yang berniat pergi dari hadapannya. Jenny kaget, spontan ia menoleh kebelakang, mengangkat satu tangannya, bermagsud memukul Prastian. tapi saat mata mereka bertemu ia langsung menahan lemparan tangannya kuat-kuat.     

Ia terkejut saat melihat Prastian ternyata sudah mempersiapkan camera on pada smartphonenya.     

"Gak boleh main pukul jenn... " ucap prastian lembut, langsung meraih satu Jenny, dan menaklukannya dengan senjata camera on yang sengaja terus mengarah pada wajah mereka.     

Wajah Jenny tampak berubah memerah karena marah. matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis. menahan emosi yang memuncak dihatinya.     

"Jenn, maafkan aku. aku tidak bermagsud membuatmu marah. aku tidak ingin bermain tarik ulur lagi."     

"Percayalah... kamu sudah mendapatkan hatiku Jen..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.